Kwon Soonyoung. Desain Komunikasi Visual 2019

1.5K 262 28
                                    


Tok tok tok tok

Vernon menghentikan tangannya sebentar untuk memastikan bahwa benar ada yang mengetuk pintu kamar mandi. Ia berdecak pelan lalu mengabaikannya. Lagipula masih ada 2 kamar mandi lain yang kosong di samping. Acara mandinya tidak boleh terganggu.

Tok tok tok tok

Ketukan itu kembali berulang dengan lebih keras kali ini. Vernon kembali berhenti karna kali ini ada suara yang menyertainya. "Bang Jun? Bang Seungcheol?"

Ah, pasti penguni rumah yang lain. Merasa bukan dirinya yang dicari, Vernon lebih memilih diam dan melanjutkan bilasannya sampai benar-benar selesai.

"Bang? Siapa di dalem, woy?"
"Jawab Soonyong, heh. Jangan nakutin gue elah, Bang...."
"Bang Jun nih pasti. Bang elah...."

Suara itu tidak berhenti mengganggu Vernon yang untungnya sudah selesai dengan kegiatannya. Ia memakai bathrobenya dengan cepat, tak lupa berkaca sebentar. Lalu dengan tergesa-gesa membuka pintu yang mungkin sebentar lagi akan berlubang karna terus menerus diketok.

"Lha, lo siapa?" Laki-laki sipit menyambutnya kaget setengah mati. Memindai cepat tubuh Vernon dari atas ke bawah, lalu bernafas lega.

"Saya-"

"Apasih kok tiba-tiba ada bule nyasar?" Ia bergumam sendiri sambil berfikir sejenak. Membiarkan Vernon menggantung kata-katanya. 

"Hari ini-"

"Oh, lo Vernon anak baru di kosan, kan?" Sekarang Ia malah bernafas lega setelah berhasil menebak sosok di depannya. "Yaelaahh... Gue kira setan, woy!" Laki-laki berhoodie hijau itu, kini melengang pergi meninggalkan Vernon dari lorong kamar mandi, menuju pantry di bawah tangga.

Vernon terkekeh pelan, ini hari pertamanya di sini dan sudah ada yang menuduhnya hantu. Bagaimana hari selanjutnya?

"Gue tadi beli martabak di depan. Kalo lo mau ambil aja, ya," ujar laki-laki yang menuduhnya hantu pada Vernon yang keluar membawa alat mandinya, sambil menunjuk suatu bungkusan di atas meja. "Monmaap dah tadi. Gara-gara Seungkwan semalem ngajakin nonton horor, sih. Seharian ini gue parno kalo kemana-mana. Apalagi sore gini, kosan biasanya sepi." Laki-laki itu menjelaskan panjang lebar dengan mulut penuh martabak.

"Eh gapapa, Bang." Vernon tersenyum tipis. Ini kedua kalinya Vernon mendengar nama gadis itu, namun sampai detik ini Ia masih belum melihat batang hidungnya.

Laki-laki itu menjulurkan tangannya yang baru saja memasukkan potongan terakhir martabak ke mulut. "Beneran Vernon, kan? Gue Kwon Soonyoung. DKV 2019. Panggil Soonyoung aja pokoknya."

Vernon menatap tangan itu ragu. Ia baru saja mandi dan mau tidak mau mengotori tangannya lagi dengan menyentuh tangan berminyak Soonyoung. "Chwe Vernon jurusan teknik industri."

Soonyoung mengangguk cepat. "Gue ada di ruang TV. Kalo lo butuh apa-apa, bilang aja."

"Ma-makasih banyak, Bang." Vernon masih belum mengerti dengan penghuni di rumah ini yang dapat ramah kepada orang baru sepertinya dengan cepat. Baginya yang selama ini menghabiskan masa remajanya di Amerika, Vernon lebih percaya bahwa mahasiswa akan lebih memilih belajar demi masa depan dan apatis dibanding beramah tamah pada orang lain. Ya, Ia harusnya sadar bahwa Indonesia memang berbeda. Sepertinya sikap apatis yang akan dibangunnya nanti, malah harus Ia buang jauh-jauh. 

Vernon kembali ke kamar untuk mengganti bajunya. Beberapa barang sudah tertata rapi termasuk baju-baju yang saat ini tersimpan hangat di lemari. Buku-buku juga sudah tersusun di dalam laci meja belajarnya, yang mungkin akan bertambah lagi saat masuk kuliah nanti. Vernon kira, ini sudah cukup nyaman untuknya menginap. Namun Ia berjanji pulang malam ini pada ayahnya. Lagipula tumpukan koper di pojok ruangan membuat kamarnya terasa berantakan, dan masih ada barang-barang yang perlu Ia beli.

Tok tok tok 

"Vernon...."

Itu suara Soonyoung yang terdengar gelisah. Vernon mengerenyit saat membuka kamarnya perlahan, menemukan Soonyoung yang tertunduk menatap lantai.

"Sibuk, gak? Temenin gue nonton TV, dong," lirih Soonyoung malu-malu.

Tentu saja Vernon tidak dapat menahan tawanya. Soonyoung benar-benar takut sendirian dan memelas memintanya untuk menemani, benar-benar merendahkan harga diri laki-lakinya. "Boleh."

Soonyoung membuka pintu kaca yang terdapat tepat di depan kamar Vernon. Vernon mengikutinya setelah memastikan kamarnya tertutup. Ini kedua kalinya Vernon masuk ke dalam ruang TV. Ruangan yang sengaja dipersiapkan pemilik kos untuk berinteraksi antar sesama penghuni. Katanya ada ruangan lain yang mirip di atas untuk penghuni putri, tapi tentu saja Vernon tidak penasaran akan hal itu.

"Bang Seungcheol belum pulang dan Bang Jun gak tau ke mana. Selain kami bertiga dan lo tentunya, belum ada penghuni lain di sini. Bang Jaebum dan Bang Namjoon baru aja lulus semester ini dan keluar. Kalo Bang Sehun keluar karna mau nikah sama pacarnya. Jadi beneran sepi banget kosan, tuh. Makanya gue parno," jelas Soonyoung panjang lebar tanpa diminta Vernon. Vernon hanya mengangguk-angguk merespon seadanya. Lagipula Ia tidak terlalu peduli dengan penghuni lama yang tadi disebutkan Soonyoung. Sepertinya Vernon menemukan seseorang yang lebih banyak omong dibanding Jun di sini.

"Ambil, nih. Gak usah malu. Santai aja, Non," tawar Soonyoung sambil menunjuk piring berisi beberapa martabak pada Vernon yang akhirnya ikut duduk di sofa.

Vernon menatap piring yang dipegang Soonyoung heran. Laki-laki berhoodie hijau di sampingnya, memakan martabak telur dengan nasi yang melimpah. Ini baru saja Vernon temukan seumur hidupnya. Ia kira martabak telur dimakan menggunakan cuka pedas dan menjadikannya suatu cemilan yang agak berat. Tapi, dimakan dengan nasi? Apakah selama ini cara Vernon memakan martabak telur salah?

"Makasih, Bang. Saya masih kenyang. Nanti makan di jalan aja sekalian pulang."

Soonyoung tertawa terbahak sampai beberapa butir nasi yang dikunyahnya keluar dari mulut. Jangan lupa matanya yang mendadak hilang saat kekehannya bertambah keras. "Saya? Ya ampun lo kaya lagi gue ospekin aja. Santai. Non. Gak usah make saya-sayaan. Udah cukup Seungkwan aja yang bandel masih make aku-kamuan."

Vernon meraba lututnya ragu. Ia hanya bersikap sopan sedikit pada kakak tingkatnya. Lagipula tadi Jun tidak protes seperti halnya Soonyoung dengan cara Ia berbicara.

"Eh, tunggu. Lo mau pulang? Lo gak jadi ngekos sini atau gimana?" Pertanyaan aneh karna jelas Soonyoung melihat kamarnya sudah penuh barang dan cukup lengkap untuk ditinggali.

"Mungkin baru minggu depan saya -eh- gue mulai tinggal di sini. Sekarang masih ngisi barang dulu, lagipula itu yang minta ayah."

"Ah, gitu. Enak ya, masih ada keluarga."

Atmosfer dalam ruangan tiba-tiba berubah drastis. Vernon berkali-kali menelan ludah dengan berat. Ia tidak tau bahwa suasananya akan berubah canggung seperti ini.

"Ma-maaf, Ba−"

"SOONYOOOOOUNGGGG"


Jl. Diamond Nomor 17Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang