03 - Kebohongan Tetangga

251 90 143
                                    

Sebagian manusia diciptakan dengan rasa penasaran yang tinggi, yang kadang menjadi sesuatu yang menyusahkan. Jihoon kadang kesal dikala tubuhnya ingin beristirahat setelah membereskan rumahnya, justru ia penasaran dengan perumahan ini setelah mendengar cerita dari Hyunsuk.

Dengan dalih sekalian ingin membeli snack-snack, Jihoon keluar menuju minimarket yang katanya letaknya tidak terlalu jauh dari rute blok E&EE. Dan benar saja saat dia di ujung jalan, Jihoon melihat sebuah taman dan di dekatnya ada sebuah kolam yang berukuran lumayan besar, namun sayangnya keadaannya sepi.

Melewati taman, ada sebuah cafe, restoran, minimarket. Ah iya! Minimarket. Tujuannya datang ke sini.

Jihoon memasuki minimarket dan menuju ke rak snack, memilih snack mana yang ingin ia makan kemudian melangkah ke kasir untuk membayar. Bersamaan dengan itu seseorang juga menaruh belanjaannya ke meja kasir, Jihoon meliriknya, tapi kemudian menoleh karena ia mengenal pemuda itu.

Dia Hyunsuk.

Hyunsuk tersenyum canggung saat tatapan mereka bertemu. "Jihoon? Ngapain di sini?" tanyanya basa basi.

Jihoon mengangkat plastik berisi belanjaannya selesai ia membayarnya. "Ini," Jihoon melirik ke arah belanjaan Hyunsuk yang sedang di hitung oleh kasir, "Samaan kayak kamu."

Jihoon melangkah keluar dari minimarket, diikuti Hyunsuk di belakangnya, kemudian dengan sengaja memperlambat langkahnya agar sejajar dengan Hyunsuk.

Atmosfer antara mereka berdua tidak berubah sejak kejadian tadi siang, tetap canggung. Selama perjalanan pulang mereka diam, tidak ada satupun berbicara. Merasa tidak enak dengan keheningan ini, Jihoon angkat berbicara, mencoba untuk membuka obrolan, "Tamannya sepi ya."

Walau masih merasa sedikit kikuk, Hyunsuk tetap menjawab, "Iya, hari biasa memang sepi. Ramai kalo malam minggu sama ada acara doang."

Jihoon mengangguk tanda mengerti, kemudian kembali hening karena tidak ada lagi pembicaraan selanjutnya. Saat melewati rumah Jeongwoo, lagi lagi perhatian Jihoon teralihkan menatap rumah itu.

Seharian ini ia tidak melihat Jeongwoo keluar dari rumah, entah karena dia memang anak rumahan dan senang berada di dalam rumah, atau dia terkurung di dalamnya.

"Kamu," seru Jihoon menghentikan langkah Hyunsuk yang ingin menuju rumahnya, "Benar-benar enggak tahu apapun tentang Jeongwoo?"

Lama Hyunsuk terdiam, kemudian ia menggeleng. "Aku enggak tahu apa-apa tentang Jeongwoo," jawab Hyunsuk yang terkesan ragu-ragu berbicara.

Sepertinya percuma bertanya kepadanya, ia enggan membagi cerita yang ia ketahui. Dan Jihoon tidak bisa melakukan apa-apa untuk memaksanya membuka mulut, membiarkannya meninggalkan dirinya dan masuk ke dalam rumahnya.

Jihoon menghela nafas, membuka pintu gerbang dan masuk ke dalam. Tapi kemudian ia keluar lagi ketika melihat Jeongwoo dari kejauhan berjalan menuju kemari.

Jeongwoo berjalan dengan lambat, mungkin karena kakinya terluka. Jihoon menunggunya sampai dia berada di dekatnya. "Dari mana?"

Kebiasaan pemuda ini, Jeongwoo hanya diam dan tidak menjawab pertanyaannya. Plastik yang ia genggam disembunyikannya di belakang tubuhnya saat Jihoon mengintip, menimbulkan bunyi dentingan botol kaca yang saling bertabrakan.

"Apa itu?"

Jeongwoo malah menunduk, tidak berniat dan berani untuk menjawab pertanyaannya.

"Jeongwoo? Kamu enggak bisu kan?"

Barulah Jeongwoo mengangkat kepalanya, menjawab dengan berkata lirih, "Maaf."

"Oke, ganti pertanyaan. Kakimu udah diobatin?" Jihoon memperhatikan kaki pemuda itu, lukanya semakin parah dan kakinya sedikit membengkak. "Belum ya? Kenapa nggak diobatin?"

EQUANIMITY | TREASUREOnde histórias criam vida. Descubra agora