Chapter 23 (Makan Siang Gratis)

180 16 0
                                    

"Tampil? Yeahh akhirnya!" teriak Saras kegirangan.

Tiga kawannya yang lain turut berjingkrak mendengar kabar yang baru saja didapatkan. Mendapatkan jadwal tampil untuk pertama kalinya di hadapan banyak orang, sekaligus menjadi ajang pecah telur untuk grup musik mereka.

Penampilan di atas panggung berjalan lancar dengan para penonton remaja di SMA 11 yang terlihat bersemangat ketika Bridge Band membawakan lagu perdana. Karena baru mempunyai satu lagu, Bridge Band lebih banyak meng-cover lagu-lagu milik penyanyi terkenal untuk melengkapi rentetan penampilan mereka.

Timo yang kini telah menjadi manajer dari Bridge Band tak pernah putus asa untuk mempromosikan kelompok musik berjumlah empat orang anak muda itu. Ia seringkali mempromosikan mereka untuk mengisi acara di sekolah-sekolah SMA maupun kampus-kampus dalam kota. Karena semakin banyak penyanyi dan band naungannya mendapatkan jadwal pekerjaan, maka semakin banyak juga keuntungan yang akan ia peroleh.

Usahanyapun tidak mengkhianati hasil, terutama bagi Bridge Band. Timo telah berjasa menaikkan nama band yang baru terbentuk beberapa minggu itu. Bridge Band berhasil meramaikan berbagai acara yang ada di beberapa sekolah dan kampus di Kota Bandung.

Di sela waktu berlatih di studio musik kebanggaan mereka, Timo mengirimkan pesan singkat kepada Ivan. Ia mengabarkan bahwa lagu pertama Bridge Band yang berjudul "The Only One" berhasil diputar di salah satu stasiun radio. Kabar itu membuat Ivan langsung menyalakan radio dari ponsel untuk mendengarkan salah satu stasiun radio yang dimaksud. Dan benar saja, lagu debut milik mereka bergema disana.

Mereka berempat sontak langsung berteriak kegirangan dan bangkit dari tempat duduk masing-masing untuk saling berdekatan satu sama lain. Keempat anak muda itu berpelukan untuk merayakan pencapaian tersebut. Kekompakan mereka selama ini ternyata membuahkan hasil yang tak sia-sia.

Seusai berpelukan, Ivan menoleh ke arah gadis yang baru saja ia rangkul di sampingnya. Senyum lebar yang semula ditunjukkan Ivan menjadi  merona malu. Gadis yang ia tatap menundukkan pandangan sejenak, dan kembali menatap wajah Ivan sambil tertawa kecil untuk memecah rasa canggung di antara mereka berdua. Meskipun sebenarnya, Nadi tak bisa memungkiri kalau dirinya turut tersipu malu di hadapannya.

Ivan turut tertawa kecil. Perasaan canggung mereka berdua menjadi cair kembali. Tak mau terus saling bertatap, ia langsung mengarahkan perhatian pada semua anggota band lainnya.

"Kita harus buat lebih banyak lagu, biar nanti jadi album pertama kita. Ayo semangat!"

Seruan itup dibalas semangat oleh tiga anggota band. Lalu mulai menyusun pencapaian selanjutnya agar tak terlalu terlena dengan hasil yang telah mereka peroleh saat ini.

Jadwal mereka untuk berlatih di studio musik semakin padat. Kini mereka bisa mendapatkan jadwal pekerjaan dua hingga empat kali dalam seminggu. Tak hanya itu, mereka berempat juga harus menciptakan dan mempersiapkan materi lagu baru untuk jadwal manggung yang akan mereka dapatkan nanti. Tak ayal jika semua anggota band menjadi sering kelelahan setelah masing-masing dari mereka harus membagi waktu antara pekerjaan lain, pendidikan, dengan karir musik yang tengah mereka jalani.

Namun di balik kesibukan baru, hari-hari mereka menjadi lebih berwarna. Tali temali persahabatan telah terbentuk semenjak dunia musik berhasil menyatukan visi dan misi mereka. Kebersamaan mereka tak hanya sebatas hubungan profesionalisme pekerjaan. Di luar waktu itu, mereka seringkali pergi bersama mengunjungi beberapa tempat hiburan. Meskipun menyegarkan pikiran dengan hanya mengunjungi tempat kafe dan bioskop, tapi dari sanalah ikatan batin mereka semakin terbentuk satu sama lain.

Salah satu di antara mereka berempat terlihat selalu ingin mendekati salah satu dari dua orang gadis dalam kelompoknya. Gadis manis berambut sebahu yang tampak cukup misterius. Tatapan matanya yang dingin menyimpan misteri teka-teki yang belum terpecahkan. Namun hal itulah yang semakin membuat Nadi menarik di matanya. Gadis yang tak terlalu banyak bicara dan hanya mau bersikap apa adanya. Setiap ia tersenyum, membuat mata Ivan enggan lepas memandang wajahnya.

sHe ✔Where stories live. Discover now