11. Gara-gara Rina

568 84 11
                                    

Sembilan tahun berlalu....

"Apa kau tidak bisa bekerja dengan benar?! Harusnya kau siapkan berkas-berkas untuk meeting nanti sore dari sekarang! Dan apa ini? Jumlah uang yang akan diinvestasikan salah! Apa kau sengaja ingin membuatku terkena masalah?!" bentak seorang pria.

Wanita di hadapan pria itu menunduk ketakutan.

"Kau dipecat! Pergi!"

"Ta-tapi!"

"Pergi!" bentak pria itu lagi sambil melempar berkas yang di tangannya pada wanita itu. Membuat wanita itu langsung pergi sambil menangis.

Pria itu duduk, lalu menelepon asisten pribadinya.

"Apa?"

"Carikan aku sekretaris lagi dan pekerjaannya yang sempurna."

"Apa? Lagi? Kau ini benar-benar, Ben."

"Carikan saja."

Pria itu menutup telepon secara sepihak, lalu menghela napas berat.

"Di mana kau, Rin? Aku benar-benar gila mencarimu. Sudah lebih dari sembilan tahun, bahkan aku tidak bisa menemukan jejakmu sama sekali. Ke mana kau membawa anakku?"

"Beno, kau ini benar-benar, ya. Sekretaris itu baru bekerja dua hari. Wajar saja dia membuat sedikit kesalahan, dia belum bisa menyesuaikan dan tahu apa saja kebiasaanmu saat akan meeting."

Pria yang dipanggil Beno itu menatap pria yang baru datang dan langsung mengomel. Asisten pribadi sekaligus sahabatnya sejak kecil, Darrel.

"Berisik ah, carikan saja atau pekerjaanmu akan bertambah."

Darrel berdecak. "Aku akan carikan lagi, tapi kau jangan gampang memecatnya lagi. Mereka butuh penyesuain dulu."

"Carikan yang sudah berpengalaman saja, tidak apa-apa deh pria atau wanita yang sudah sedikit berumur," suruh Beno terlihat malas.

"Kau yakin?" tanya Darrel mengangkat sebelah alisnya, "biasanya kan kau butuh yang muda dan seumuran agar kau bisa ajak tidur."

"Percuma jika hanya menyusahkan saja. Untuk mainan nanti bisa kucari di tempat lain. Apa pertemuanku dengan Rivandio Al Chaxiel nanti sore jadi?"

"Tentu saja."

"Undur saja. Aku malas."

Darrel melotot, ingin sekali dia melempar vas bunga di sampingnya ke wajah Beno. "Tidak bisa. Kau pikir dia tidak sibuk apa? Aku dan sekretarisnya sudah susah payah mencari waktu yang cocok untuk kalian bertemu. Dan kau? Kau ingin mengundurnya seenak jidat karena hanya malas?" omelnya kesal.

Beno mengusap-usap telinganya yang terasa panas karena omelan Darrel. "Hanya membahas pembangunan saja segitunya sekali kau," ucapnya lalu berdiri, berjalan menuju sofa.

Darrel menggeplak kepala Beno saat melewatinya. Beno hanya meringis lalu lanjut berjalan dan duduk di sofa.  "Hanya kau bilang? Pak Rivan itu klien kita, dia ingin membangun dan merenovasi rumah sakitnya jadi lebih besar lagi. Ini proyek besar. Dan dia ingin semuanya sempurna makanya ingin langsung bertemu denganmu," cecar Darrel.

Beno berdecak. "Iya, iya. Kau ini bawel sekali sih seperti Mommy. Sudah sana. Siapkan segera berkas-berkas yang akan dibahas nanti dengan Rivan lalu serahkan padaku," perintahnya malas.

Darrel memutar bola matanya malas, dia lagi yang kena, harusnya itu pekerjaan sekretarisnya. "Aku akan carikan sekretaris baru. Ingat, kau tidak bisa melampiaskan rasa frustrasimu karena tidak menemukan Rinamu itu pada orang-orang di kantor, apalagi membuat pekerjaanmu lebih buruk."

Beno hanya berdeham. Darrel pergi, lama-lama berhadapan dengan Beno saat bekerja memang benar-benar akan membuatnya memiliki niat untuk membunuh sahabat sekaligus bosnya itu.

"Sialan kau, Rin. Kau benar-benar membuatku gila karena mencarimu. Bagaimana jika aku benar-benar diusir dan dicoret sebagai pewaris Zenoraf karena tidak menemukanmu dan anakku?"

Beno mengacak rambutnya kesal. Pria itu memang mengetahui Rina hamil saat kuliah. Itu pun tahu karena mommynya mengamuk, tahu kalau dia merusak dan menghamili seorang gadis, dia bingung dari mana mommynya tahu hal itu. Mungkin juga sih karena kabar Rina yang hamil menyebar luas, apa lagi gadis itu sampai diusir dari kampungnya.

Dia jadi sedikit merasa bersalah. Karena rasa gengsinya pada teman-temannya, dia harus melakukan hal itu. Dulu dia benar-benar remaja yang bodoh dan tidak punya hati sampai merusak masa depan seorang gadis yang baik dan selalu menjaga dirinya.

"Semuanya gara-gara kau, Rina." Beno menunjuk foto besar Rina yang tersenyum ceria menggunakan seragam SMA di dinding. "Posisiku sebagai pewaris Zenoraf terancam. Rasa bersalah yang terus menggangguku selalu muncul. Dihukum Daddy dengan memberiku banyak sekali pekerjaan. Dijauhi Mommy. Gara-gara kau hamil juga aku harus menderita mual-mual dan muntah sampai keluar masuk rumah sakit selama tujuh bulan."

Ya, setelah mommy dan daddynya tahu dia merusak Rina dan sampai gadis itu hamil, mereka menghukumnya dan mengancam dirinya akan diusir jika tidak bisa menemukan Rina dan cucu mereka.

Tetapi, dua tahun yang lalu Beno menemukan sesuatu. Orang tuanya ternyata mempermainkannya. Mereka yang sengaja menyembunyikan informasi tentang Rina darinya, katanya untuk menghukum dirinya saja. Jika sampai umur anaknya sudah tujuh belas tahun lalu dia belum menemukannya, Beno tidak akan menjadi pewaris Zenoraf, kepemimpinan Zenoraf akan sepenuhnya diserahkan pada anaknya nanti.

Tentu saja Beno tidak terima. Selama ini dia sudah bekerja keras, bahkan menerima banyak pekerjaan dari daddynya, tetapi sampai sekarang posisinya belum juga naik untuk menggantikan daddynya. Benar-benar tidak adil jika nanti anaknya tiba-tiba menggantikan posisi daddynya langsung.

Ponsel Beno berdering, dia langsung mengangkat telepon itu saat nama 'Daddy' muncul di layar ponselnya.

"Kenapa, Dad?"

"Kata Darrel jadwalmu pagi ini sampai sore nanti kosong. Ke Bandung sana, gantikan Daddy untuk menyerang markas para mafia Thailand yang diam-diam masuk ke daerah kita tanpa izin dan mengacau di sana. Jangan sisakan satu pun. Daddy ada urusan."

Beno berdecak sebal. "Tapi, Dad, aku harus memeriksa beberapa berkas da--"

"Cepat ke sana sebelum mereka tahu rencana yang sudah Daddy siapkan. Kamu hanya menjalankan saja apa susahnya sih. Cepat."

"Memangnya Daddy mau ke mana sih?"

"Daddy mau menemui cucu dan menantu Daddy. Awas saja jika sampai mengikuti Daddy, orang suruhanmu akan langsung mati. Cari informasi dari yang lain saja, jangan dari Daddy dan Mommy langsung."

"Ish! Menyebalkan."

Daddynya terdengar tertawa, lalu berdeham dan berucap dingin, "Daddy tidak main-main. Jika orang suruhanmu mengikuti Daddy, mereka akan langsung mati."

"Iya, iya, aku paham."

"Tadi Daddy sudah menghubungi Darrel dan memberikan semua susunan rencana yang Daddy buat padanya. Ingat, jangan sisakan satu pun."

"Iya...."

Sambungan telepon terputus. Beno berjalan ke kamar pribadinya di ruangan ini untum bersiap.

"Kenapa juga Mommy dan Daddy mempermainkanku seperti ini lalu lebih membela Rina dan anakku sih?"

🔗🔗🔒🔗🔗

Tbc....

Anakku, kau bilang, Beno?😰

Si Beno kagak mau disalahin malah nyalahin orang. Yok sewa Ica buat mutilasi dia 😂😂 kata pembaca yang belom baca My Baby Triplets teh pasti mikir, siapa lagi Ica🤣Ica ga seumuran ya sama Beno, jauuuh beda🤣

Balanced Hate and Love ⭕Where stories live. Discover now