3. Pria Aneh

1.1K 138 12
                                    

"Ibu...," sapa Rina sambil masuk ke rumah.

"Rina, bagaimana? Sudah dapat pekerjaannya?"

Rina mengangguk lalu duduk di kursi, dia melihat ibunya yang sedang ... menjahit? Sejak kapan ibunya mempunyai mesin jahit? Perasaan tadi pagi belum ada mesin jahit di rumahnya.

"Ibu, Ibu sudah beli mesin jahit? Kapan belinya?" tanya Rina.

"Tadi siang Ibu beli, tadi siang Ibu dapat info katanya ada promo di toko depan sana, langsung saja Ibu gercep. Lumayan kan dapat setengah harga," jelas Rini membuat Rina terkekeh.

"Ibu ini memang pemburu diskonan," ucap Rina.

"Iya dong. Ibu gituloh. Ah iya, kamu dapat pekerjaan di mana?" tanya sang Ibu pada anaknya.

"Di apotek rumah sehat Aselin, Bu. Untung aku hafal nama obat-obatan dan jenis-jenisnya. Jadi aku keterima walaupun hanya dengan ijazah SMP," jelas Rina.

"Apotek? Kamu jadi apoteker? Terus kamu hafal nama dan jenis obat dari mana? Kamu kan selalu belajar tentang desain, bukan apoteker."

"Aku kan sering belajar bareng dengan Zifa, Bu. Zifa selalu semangat menghafal nama obat dan jenis obat, nama penyakit itu obatnya itu, sampai aku ikut hafal," jelas Rina lagi dengan semangat.

Tetapi sesaat kemudian Rina menjadi murung, raut wajahnya terlihat tidak suka membuat sang Ibu mengernyit.

"Kenapa, Sayang?"

Rina menggeleng dan tersenyum. "Besok aku mulai kerja ya, Bu."

"Iya, Sayang. Jangan terlalu capek ya."

Rina mengangguk. "Iya, Bu. Kalau begitu aku mandi dulu ya, Bu, setelah mandi aku mau ke warung."

"Iya, ya sudah sana."

🔗🔗🔒🔗🔗

Setelah mandi, Rina memakai celana training biru dongker dan jaketnya berwarna pink. Dia mengambil uang lalu memasukkannya ke saku jaket. Rina mengurai rambut panjangnya lalu menciputkan jaketnya.

"Ibu, aku ke warung dulu ya," seru Rina sambil memakai sandalnya yang ada di depan rumah.

Rina berjalan menyusuri trotoar. Jam segini jalanan lumayan ramai, dia melihat delman di pinggir jalan, ada tukang dagang kaki lima. Rina belok ke kanan, di situ ada warung Bu Minah, dia sudah kenal dengan pemilik warung karena tadi pagi dia sudah ke sini.

"Punten...."

"Mangga... eh Neng Rina, bade meser naon Neng?"

"Saya beli beras lima liter, telur sekilo, mie goreng 3, mie kari 3," ucap Rina.

Bu Minah dengan cekatan mengantongi apa yang dipesan Rina.

"Ini, Neng...." Bu Minah memberikan kantong kresek yang lumayan besar berisikan belanjaan Rina.

"Berapa, Bu?" tanya Rina.

"105 ribu, Neng."

Rina memberikan uang lembar 100 ribu dan 5 ribu.

"Kalau ada apa-apa jangan sungkan minta tolong ke Ibu ya Neng."

"Iya, Bu. Kalau begitu saya permisi, mari...."

Rina menaruh belanjaannya di lantai, rasanya dia lelah dan tidak kuat mengangkatnya.

"Kenapa, Neng?" tanya Bu Minah lalu keluar dari warungnya dan menghampiri Rina.

"Rasanya berat belanjaannya, Bu. Padahal biasanya tidak seperti ini," ucap Rina.

"Mungkin karena efek hamil, Neng, memang suka begitu. Harusnya Neng juga jangan kelelahan dan ngangkat yang berat-berat," nasihat Bu Minah.

Balanced Hate and Love ⭕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang