surat rindu

15.6K 977 312
                                    

" salam sayang, salam rindu, untuk istri ku tersayang".

Ku tulis sebuah kenyataan yang sangat menyakitkan, jika "kau tak lagi bersama ku saat ini".
Dan aku harus mengakui, ini adalah menyiksa ku, menyiksa batin ku, tapi aku paham sepenuh nya, jika kau meninggalkan ku atas kedzoliman ku terhadap mu,

Seribu kata maaf tak akan mungkin bisa mengobati sakit hati mu, tapi hanya ini yang bisa ku ucapkan " maaf kan aku sayang ku".

"Menyesal?" lebih dari sekedar kata sesal. Tapi Semenyesal apapun aku terhadap perbuatan ku padamu, nyatanya sekarang belum bisa membawa mu kembali ke pelukan ku.

Kamu tahu?, pergimu adalah kehancuran ku, setelah aku mengetahui kenyataan yang sebenernya.

Sekali lagi "Maaf", karena seharus nya aku menjadi orang yang paling pertama pasang badan untuk mempercayai mu, kala ada yang tak percaya pada mu. Tapi nyatanya? Bahkan saat itu aku sendiri yang tak percaya pada mu.

Istriku,,,,
Saat aku tahu kenyataan yang sebenernya, saat itu juga aku menjadi makhluk paling sengsara, paling tersiksa, karena aku tak mempercayai mu,
Dan...
Saat aku melihat perut mu sudah tak sebesar dulu lagi, perasaan ku campur aduk, antara senang karena pada akhir nya dia terlahir di dunia, tapi juga sedih, karena bukan aku yang kali pertama meng-adzan-i nya,. Tapi terkadang pikiran buruk menghampiri ku , takut jika kamu tak mau merawat nya, dan melakukan hal yang tak di inginkan terhadap anak ku.
Anak ku?
Rasanya terlalu bejat jika aku memanggil nya anak ku, setelah sebelum nya aku tak mengakui nya sebagai anak, bahkan menuduh mu yang tidak-tidak.

Tapi di luar itu semua, aku mempunyai ketakutan terbesar, yaitu jika suatu saat nanti dia juga tak mau mengakui aku sebagai ayah nya, tak mau memanggil ku ayah sebagaimana anak-anak pada umum nya,

Untuk meminta mu pulang, kembali ke ndalem, kembali ke pelukan ku, rasanya aku sangat hina untuk itu.

Kini hati ku kacau, karena disatu sisi aku ingin membiarkan mu menyembuhkan luka hati mu tanpa aku, tapi rasanya rindu ku sudah tak bisa terbendung, ingin ku pada mu juga sudah berkali-kali menyiksa ku,

Aku selalu berdoa dalam sujud panjang ku, agar suatu saat nanti kamu pulang ke ndalem ini, ke rumah ini. Karena ternyata semua yang aku miliki, semua yang ada dalam diriku ini tak ada artinya tanpa hadir mu dalam hidup ku.

Beberapa hari lalu, aku sempat di vonis tipus oleh dokter, umi memarahi ku habis-habisan karena aku tak bisa menjaga diri,walau begitu umi selalu merawat aku, tapi setiap umi menyuapi aku, aku malah tambah kangen sama kamu, andai kamu ada disini, aku pastikan kamu yang akan menyuapi ku,

Aku selalu sakit dan nelangsa, karena bahkan akubtak tahu keberadaan dan kondisi anak istri ku sendiri, jika bukan karena aku menepati janji ku pada mu untuk tidak mencari kamu dan informasi tentang mu, mungkin setiap hari aku akan pergi mencari mu, dan tak akan pulang jika kamu belum bersama ku. Dan saat ini,,, hanya tirakat ku yang mungkin bisa menjaga dan membersamai mu.

Tapi aku selalu yakin, jika suatu saat nanti Allah aku meluluhkan hati mu, untuk kembali dalam rengkuhan ku, aku tak akan pernah berjanji apapun lagi pada mu, tapi aku akan membuktikan semua tanpa harus berjanji, ku buktikan bahwa aku akan membuat mu bahagia dan tak akan bersedih apalagi mengeluarkan air mata kesedihan.

Dan untuk jagoan abah, jangan rewel ya nak, jangan merepotkan umi mu, cukup abah saja yang membuat umi mu menangis, kamu jangan!.
Sampai kapan pun, aku akan selalu menanti bibir mungil mu memanggil ku " Abah".


Salam sayang, salam kangen dari abah untuk jagoan abah, dari aku untuk mu istri ku.




Mata anisa tak henti mengeluarkan air mata, hati nya sesak setiap membaca coretan demi coretan yang ada di kertas itu, coretan yang di tulis dengan tangan gus zaki langsung,
Kini anisa kembali lemah tak berdaya setelah selesai baca tulisan suami nya itu. Dengan posisi terduduk lemah di lantai, di depan almari dan di samping tempat tidur yang bersebrangan dengan tempat tidur, membuat nya tak terlihat dari pintu.

" Assalamualaikum" salam gus zaki sembari membuka pintu, dan langsung menujukan pada tempat tidur, untuk melihat istri tercinta nya.

Tapi anisa tak mendengar suara salam gus zaki, karena dia masih terpuruk dengan memeluk erat surat yang tadi di baca nya.

Gus zaki sedikit, panik, saat tahu anisa tak ada di atas tempat tidur, dan malah beras di bawa. Gus zaki sudah mengira bahwa bisa terjatuh, hampir dia menyesal karena dia meninggalkan anisa sendiri di kamar.

" kamu kenapa kamu kenapa??, apa yang sakit??" tutur gus zaki panik, langsung ikut duduk ndlosor ke lantai, mengikuti istri nya.

Tapi sebelum gus zaki duduk, anisa terlebih dulu meraih kaki gus zaki, di peluk nya erat-erat,dan menangis tersendu sambil memeluk kaki gus zaki. Seolah dia ingin meminta maaf sedalam dalam nya.



" suusttt,,, kenapa kenapa" tutur gus zaki sambil pelan-pelan mencoba melepaskan pelukan anisa pada kaki gus zaki.


" Maaf kan kulo" ucap anisa terbata-bata dan suara serak karena masih menangis.

Sementara gus zaki langsung memeluk anisa yang tengah menangis.

"Maaf untuk apa??? Cerita kan pelan-pelan ya!" pinta gus zaki sehalus mungkin, agar anisa tenang dalam peluk nya.

Gus zaki baru menyadari, jika anisa tengah memeluk sepucuk kertas, dan dari warna surat itu, gus zaki langsung tahu apa yang terjadi pada anisa.

"Sudah,,,semua telah berlalu, kita telah berhasil melewati masa masa sulit itu," tutur gus zaki setenang mungkin. Sambil memeluk anisa yang masih saja mrnangis dalam dada gus zaki.




"Alhamdulillah kamu sudah sembuh" tutur gus zaki lagi, setelah memeriksa suhu badan anisa, tetelah menempelkan tangan nya di bagian kening anisa. Dan mencium kening anisa dalam dalam, karena merasa pujaan hati nya telah kembali, doa doa nya terkabul kan oleh allah.

" kita keluar jalan jalan yuk, biar kamu bisa lebih fresh, besok kita ke salatiga, dan ke tempat yang aku janjikan pada mu" tutur gus zaki pada anisa yang masih belum mau melepas kan pelukan nya pada gus zaki.

******
" Lho mas,,, ini motor siapa?" tanya anisa setengah penasaran.

" Motor kamu dunk, kamu ingat kan, dulu pas hamil besar kamu minta di belikan motor, tapi baru kesampaian sekarang"tutur gus zaki sambil menarik gas motor metik itu, mengelilingi halaman ndalem, dan kembali lagi ke posisi semula, di mana masih ada anisa yang berdiri disana.

" Mas... Mulai sekarang njenengan nggak perlu menuruti semua keinginan saya, nggak perlu mewujudkan semua wish list saya" ucap anisa dengan khawatir,

Anisa takut jika gus zaki berpikir semua yang di berikan gus zaki kepada mu itu sia sia.

" kalau bukan aku siapa lagi?, aku nggak akan pernah meng-izin-kan orang lain mewujudkan semua cita dan keinginan mu, hanya aku yang boleh mewujudkan itu" tutur gus zaki lantang, memandang intens mata anisa, menusuk ke dalam mata nya,

Anisa memilih menunduk karena tidak kuat berada tatapan dengan gus zaki, dan mendekat ke motor yang di kendarai gus zaki, kemudian duduk di belakang gus zaki, .

" pegangan!" tutur gus zaki pada anisa, tanpa menoleh ke belakang.

" sudah pegangan kok" tutur anisa sambil mengeraskan pegang nya pada sisi jog ( tempat duduk motor) dan pada besi bagian belakang jog.


" pegangan aku, nanti ngebut,kamu jatuh lagi" tutur gus zaki masih belum puas.

" Tapi kan kita mau keliling pondok mas, enggak enak kalau di lihat santri, abah umi sama warga" tutur anisa masih menego.

" Alasan,,,, pegangan nggak?!!?" tutur gus zaki sedikit jengkel dan mengancam.

Tanpa suara lagi, anisa langsung melingkarkan tangan nya pada perut gus zaki dari belakang, memeluk gus zaki secara langsung atau tidak langsung.


Merasakan itu, gus zaki melihat ke arah perut nya, di lihat tangan istri nya yang tengah melingkar sempurna di perut nya.

Langsung gus zaki menarik pelan gas motor metik nya, dengan senyum puas dan bahagia nya.






Kwkwkkww ada satu part lagi, nantikan ya,,,,, sesempet ku pokok nya,
Doakan lancar juga KKN ku,,,,
Minta di komen yang banyak, biar aku semangat heheh

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 19, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Aku, Wanitanya GusWhere stories live. Discover now