8 • nayanika

28 4 1
                                    

Semenjak bel pulang sekolah berbunyi, Nilu terburu-buru meninggalkan sekolah untuk menuju ke suatu tempat dengan mengendarai mobilnya. Menuju ke sebuah klinik yang dekat dengan rumahnya untuk menemui seseorang karena ingin memastikan kebenaran.

Papan persegi panjang bertuliskan "Poli Psikiatri" yang digantung di depan pintu menjadi sasaran pertama setelah kedua kaki Nilu menginjak klinik yang didesain seperti tempat instagram-able dan dibuat agar pasien dapat senyaman mungkin.

"Halo, Nilu!" sapa salah satu penjaga resepsionis yang hanya ditanggapi senyuman singkat dari Nilu.

Beberapa orang yang bekerja di klinik ini mengenalnya sebagai anak dari gubernur. Selain itu, ia juga dikenal sebagai pelanggan tetap sejak sebelas tahun terakhir.

Meskipun begitu, mereka tidak tau penyakit mental apa yang dideritanya karena ia tidak mau ada orang yang menyentuh dokumen berisi riwayat penyakitnya selain psikiater dan dirinya sendiri.

Brak!

Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Nilu membuka pintu dengan kasar membuat psikiater itu sungguh terkejut. Untung saja tidak ada pasien yang berada di ruangan ini sebelum dirinya.

"Nilu! Lo bikin gue kaget aja!" decih psikiater muda itu, "lain kali kalo masuk ketuk pintu dulu kek. Emang kenapa sih lo, kok kayaknya ada sesuatu yang mengejutkan?"

Kedua tangan Nilu menyentuh sudut meja kerja dengan tatapan intens yang ia tujukan kepada psikiater cantik, "Kak Daisy, kali ini lo harus jawab pertanyaan gue dengan jujur!"

"Pertanyaan apa sih?"

"Adik lo sekolah mana?"

Daisy nampak berpikir, "Gue nggak begitu dekat sama dia, jadi nggak tau."

"Sekarang kelas tiga bukan?"

"Kayaknya iya."

"Ketua OSIS bukan?"

"Nggak tau."

Nilu melototkan matanya, "Kak Daisy! Lo tau apa sih dari adik lo?"

Daisy terkekeh, "Kami sekeluarga udah jarang piknik sih, palingan kumpul bareng itu cuma sarapan. Lagian gue sama Papa sibuk banget, jadi jarang ngobrol panjang."

"Nama adik lo Kanagara Bumi bukan?"

"HAH IYA! Kok lo bisa tau nama dia? Jangan bilang dia ternyata sesekolah sama lo?"

"Kenyataannya emang gitu," kata Nilu sambil menghempaskan pantatnya di kursi yang biasa digunakan Daisy untuk berinteraksi dengan para pasien.

"So, why? Ada problem?"

"Dia tau rahasia gue!" Nilu menekankan suaranya di setiap kata.

"Maksud lo?"

"Dia tau kalau gue cuma anak angkat. Papa kandung gue meninggal karena sakit. Mama bunuh diri. Abang meninggal karena kecelakaan. Dan dia juga tau kalau gue punya penyakit mental," jelas Nilu membuat mulut Daisy menganga lebar.

"Kok bisa?"

Nilu menghembuskan nafasnya dengan kasar, "Ini salah gue sih. Gue yang kasih tau dia."

"WHAT?!" pekik Daisy sambil beranjak dari tempatnya, "Kenapa lo kasih tau dia? Lo suka sama adek gue makanya lo cerita rahasia lo ke dia?"

"Gue belum selesai ngomong, bangsat!" bentak Nilu yang awalnya sudah kesal jadi ingin melampiaskan amarahnya.

"Gue bisa kasih tau ke dia karena saat itu gue berada di bawah pengaruh alkohol," lanjutnya.

"Maksud lo, Bumi pergi ke klub?"

"Bumi?" Nilu mengernyit keheranan.

"Iya. Panggilannya Bumi. Emang di sekolah dipanggil apa dia?"

Sociopath GirlWhere stories live. Discover now