Jujur

828 58 0
                                    

"Halo Rea, Assalamualaikum Re" Ucapnya dari seberang telepon, suaranya tetap tenang seperti biasanya.

"Rea? Kamu baik-baik aja kan?" tanyanya lagi. Aku langsung buru-buru menghapus air mataku, menormalkan napasku dan suaraku.

"Waalaikumsalam, saya baik-baik aja dok" ucapku. Dalam hati "Mana bisa aku baik-baik aja"

"Ada apa telpon malam-malam?" tanyanya

"Dokter dimana?" tanyaku

"Di rumah" jawabnya

"Ada yang dokter sembunyikan dari saya?" tanyaku

"Tentang apa Re?" Tanyanya

"Keluarga dokter Reyhan" Ucapku

"Aku sudah menulis semuanya secara jelas di CV kan?" tanyanya

"Apa benar dokter Dharma menikah lagi?" tanyaku spontan

"Dari mana kamu tau Rea?" tanyanya

"Jadi benar?" Tanyaku memastikan

Ku dengar ia menarik napas, dan menghembuskannya pelan.

"Papa menikah lagi saat saya kuliah. Saya bahkan sempat tidak percaya dengan kabar itu, karena orang tua saya terlihat baik-baik aja. Mereka sangat pintar menutupi semua ini, lebih tepatnya Mama yang terlalu sabar dan meminta kepada semua anaknya untuk tetap menerima Papa sebagai Papa kami. Tadinya saya mau bilang ke kamu soal ini, karena saya pikir ini bukan suatu masalah. Dan saya pastikan saya hanya akan menikah sekali seumur hidup" Ucapnya

Saat itu juga kakiku lemas. Daffa menang, mungkin dia senang jika sudah menghancurkanku untuk sekian kalinya. Aku memegang ponsel dengan gemetar, keringatku bercucuran. Aku menarik napas dan kembali bicara kepadanya.

"Papa sama Mama minta aku buat akhiri hubungan sama kamu" Ucapku

"Apa? Karena papa saya menikah lagi Re?" tanyanya

"Iyaa" ucapku lirih

"Kamu setuju?" tanyanya

"Tentu engga, andaikan dari awal dokter bilang ke saya dan Papa dokter. Mungkin saya bisa menjelaskan dihadapan Papa dan Mama" Ucapku

"Maafkan saya Re" Ucapnya

"Semua sudah terlanjur dok, keluarga saya pikir kalau dokter tidak sungguh-sungguh dalam hubungan ini, karena belum ada keterbukaan" ucapku

"Nggak mudah Re buat saya cerita. Bahkan nggak mudah untuk saya menerima semua ini, mengingat papa saja bisa membuat saya ingin menghilang saja dari Bumi. Semua orang di tempat kerja saya membicarakan Mama, Mama yang gagal menjaga pernikahannya. Padahal jelas, papa yang salah." Ucapnya dengan suara bergetar.

Aku berusaha memahami perasaannya. Tentunya walaupun dalam konteks yang berbeda, aku dan dokter Fani mengalami hal yang sama. Yaitu diselingkuhi, hebatnya dokter Fani memaafkan sementara aku memilih pergi, dan aku tau rasanya. Saat aku hanya mengalaminya sendiri, dokter Fani mau tidak mau membagi rasa sakitnya bersama anak-anak. Dan dokter Reyhan juga merasakannya.

"Iya dok saya ngerti, tapi saya juga ngga bisa berbuat apa-apa. Keputusan Papa udah final" Ucapku lemah

"Besok kamu masih di Bandung kan? Saya kesana ya sama Mama" Ucapnya

"Iya dok, saya tutup dulu ya telponnya. Assalamualaikum" Ucapku

"Maafin saya sekali lagi ya Rea, Waalaikumsalam" Ucapnya

Siapa lagi yang bisa aku mintai pertolongan kecuali Allah, aku pun menyerahkan semua kepadanya. Entah ia akan membukakan jalan yang mana, dan membolak-balikan hati siapa.

------------------------------------------------------------------------

Kalau kalian jadi Rea mau gimana? Nurut diri sendiri atau ortu?

Jangan lupa voment ya

SETELAH PUTUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang