Abian | Bab 1

19.1K 1.7K 46
                                    

Seorang laki-laki berumur 15 tahun dengan wajah imut dan lugu tengah tidur dengan memeluk tubuhnya sendiri. Ia berusaha menghalau udara dingin agar tidak menembus kulitnya, tapi itu sia-sia karena ia tidur di luar ruangan tepatnya di depan toko tanpa adanya selimut.

Abi membuka matanya, netra yang berwarna amber itu terlihat, Abi mengerjapkan matanya lucu.

"Aduh, badan Abi sakit lagi hiks," Isak Abi, selalu seperti ini, badannya sakit karena tidur tanpa alas, walaupun terbiasa tapi badan kecil dan rapuhnya selalu merasakan sakit.

Abi mengusap matanya lalu berdiri dan berjalan menuju pasar yang ada di dekat toko itu.

Pasar nampak ramai, banyak sekali suara tawar menawar, suara yang selalu menyambut Abi di pagi hari.

"Abi harus semangat, kalau Abi malas, Abi gak bisa makan," ucap Abi.

Rutinitas setelah bangun tidur, menyemangati dirinya sendiri.

Abi menghampiri ibu-ibu yang tengah kesulitan dalam membawa belanjaan.
"Ibu, ibu mau Abi bantu?"

Ibu-ibu itu terpesona dengan suara lembut dan juga wajah polos pemuda di depannya.

"Tapi ini berat, biar ibu saja, kamu main aja ya, di mana orang tua kamu?" Balas ibu itu.

Abi menggaruk kepalanya, kenapa semua orang yang ditemuinya selalu bertanya seperti itu, orang tua?

"Aduh, ibu jangan tanya kayak gitu, Abi gak tau mau jawab apa, Abi bantu ya." Abi langsung mengangkat belanjaan ibu itu dengan tangan kecilnya.

"Ke motor itu kan?" Abi berjalan ke arah motor yang sudah terparkir, ibu itu mengikutinya.

"Terimakasih ya, ini buat kamu." Ibu itu memberikan Abi uang 20 ribu.

"Wah, Abi dapat uang, makasih ibu baik hati" pekik Abi.

Abi berjalan dengan riang sambil memegang uang itu, bibirnya terus menunjukkan senyuman yang amat manis.
Sekarang waktunya sarapan, ia bisa membeli makan dengan uang itu.

Dengan segera, Abi pergi ke salah satu warteg dan membeli makanan, penjual warteg yang memang sudah mengenal Abi itu ingin memberi Abi makanan gratis, tapi Abi menolak, "Abi punya uang buat beli makan, ibu jualan kan juga buat cari uang, kalau ibu kasih makan Abi terus, nanti ibu bangkrut loh."

Pemilik warteg itu tersenyum geli, ia tidak akan bangkrut jika harus memberi makan Abi saja, tapi pemilik warteg itu hanya menurut dan menerima uang Abi.
"Terimakasih anak ganteng."

Abi tersenyum malu, "hihihi, makasih, Abi emang ganteng dan imut."

Abi keluar daei warteg dan makan makanannya di depan warteg. Biasanya di dalam, tapi di dalam penuh.

"Bahagia banget, Abi bisa makan, terimakasih tuhan untuk makanan pagi ini." Itu yang selalu Abi ucapkan, Abi selalu bersyukur dengan apa yang ia dapatkan.

Setelah makan, Abi kembali mencari orang yang perlu bantuannya, Abi ikhlas tapi jika orang yang dibantunya memberikan sesuatu, Abi terima, karena itu rezeki hihi.

"Abi!" Panggil salah satu pedagang baju di parkiran.

Abi menghampiri bapak penjual baju yang tengah kesusahan membawa barang dagangannya sebanyak 4 tas besar.

"Abi bisa bantu bapak, nak? Banyak banget baju-bajunya, bantuin ya," pinta bapak itu.

Abi mengangguk semangat dan mengangkat 2 tas besar dengan tangan kurusnya. Abi mengikuti bapak penjual baju menuju ruko.

"Terimakasih ya, oh iya, ini ada baju bonus buat Abi, pasti cocok." Bapak penjual baju memberikan Abi satu kresek berisi baju.

"Makasih banyak ya pak, bapak selalu ngasih Abi baju, padahal kan bisa buat dijual," Abi tersenyum sambil melihat isi kresek itu.

Abian [ on going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang