11 | Lunch with Your Ex

11.5K 677 55
                                    

Sudah tiga hari sejak Karina dan Vic berbincang di dapur dan terhitung sejak semalam, Karina pamit untuk pulang ke rumah orang tuanya. Katanya ayahnya sakit.

"Hopefully, Papa Karina will be okay," ujar Jacob yang sedang membantu Vic mengupas telur. "And the Mommy too. And also the whole family."

Vic mengangguk. Dia memisahkan paprika hijau yang sudah dipotong dadu ke dalam piring yang sudah berisi bahan masakan lain. "Be careful, Jack. Gue nggak mau telurnya jadi gradakan. Harus mulus, oke?"

"Iyaa, Nyah. Siap laksanakan!" Jacob mengusap keningnya dengan lengan ketika sebutir telur berhasil dia kupas tanpa cacat. Sekarang dia masih harus mengupas setidaknya sembilan telur lagi. Wow, it's a lot of work.

"By the way, Vic. What about the photoshoot? Me udah siap menemani."

"I cancelled it," jawab Vic yang sedang memeriksa ponselnya. "Lagi pandemi begini, gue nggak mau ambil resiko. Tadi pagi gue cek, ternyata hotelnya dijadiin lokasi perawatan pasien Covid. Untung kemarin udah gue batalin duluan."

"So sad," ujar Jacob. "Me penasaran sama Haikal. He looks so fine di akun IG-nya."

"He's straight, married, have one kid, and expecting a new one. Lagian lo udah ada Satria, Jack."

Jacob mendengkus. "Married to a woman doesn't mean he's 100% straight, Hon," papar Jacob sambil mengupas kulit telur satu per satu. "And I think, a married man shouldn't be randomly asking a woman to model for him. Di hotel bintang tiga di pinggiran Jakarta."

Vic berhenti mengiris cabai merah besar dan menatap Jacob yang sedang menyipitkan mata di hadapan sebutir telur. "That's why I ask you to come along. Kalau ada apa-apa, kan ada elo."

Hidung Jacob tampak mengerut. "Seharusnya you ajak someone yang lebih terpercaya, Hon. You bisa ajak Fabian."

"Gue bisa dikira gila kalo tiba-tiba minta dia nemenin ke hotel," ujar Vic yang sengaja menekan kata 'Hotel', menirukan apa yang Jacob lakukan sebelumnya.

"What if Fabian yang jadi gila karena nggak expect tiba-tiba diajak ke hotel?"

Vic memutar matanya dan berbalik untuk menyiapkan wajan. "Ngawur."


✿✿✿


"Itu di ruang tengah siapa, sih?"

Jacob dan Vic saling bertukar pandang.

"Emang ada siapa?" tanya Jacob seraya meletakan telur kelima yang sedang dia kupas dan bergegas ke ruang tengah. "Who are they?" tanya Jacob sekembalinya dari usaha mengintip ke ruang tengah. Kedua alisnya bertemu di kening.

"Itu pertanyaan gue, jangan balik nanya," tegur Robyn. "Emang kita boleh ngundang tamu selama pandemi?"

"Nggak ada aturannya, sih. Kalo keluarga harusnya masih boleh."

"They don't look like family member to me," lanjut Jacob yang ingin kembali duduk, tapi tempatnya sudah direbut Robyn. "They have huge box with them and they definitely not kurir paket."

"Nggak ada yang pake masker juga," tegas Robyn sambil mencomot sebutir telur dan mengunyahnya. Melihat aksi Robyn, Jacob langsung bertolak pinggang. Dipukulnya lengan Robyn bertubi-tubi sampai Robyn mengaduh dan menyingkir dari kursi.

"Bad Robyn!" omel Jacob yang langsung sigap menjauhkan wadah berisi telur dari jangkauan Robyn. Namun, pelaku tidak kapok dan semakin gencar mencoba mencuri butir telur kedua.

"Robyn! Jacob!"

Dua pria itu berhenti bergulat memperebutkan telur rebus dan menoleh ke ambang pintu. Fathia berdiri di sana dengan dua tangan bertolak pada pinggang dan tatapan tajam (entah memang dia sedang menatap tajam atau riasannya siang itu membuat wajahnya semakin terlihat galak). "Bisa tolong kecilkan suara kalian? Aku ada meeting sama klien untuk endorsement. Suara kalian sampe ke depan."

Yang ditegur saling pandang.

"Kalau mau bercanda, tolong jangan bersuara. Ini penting banget buat aku."

"Lo udah izin sama Bu Kos mau ngundang mereka ke sini?" tanya Robyn. "Tamu lo lebih dari lima orang dan nggak ada satu pun yang pake masker."

Fathia terdiam menatap Robyn. "Mereka semua owner brand, Robyn. Meetingnya hanya sebentar dan kami semua dekat, jadi nggak perlulah pakai masker. Toh, di dalam rumah."

Robyn sudah buka mulut, akan mengatakan sesuatu, tetapi Jacob segera memotong. "Vic! Are you okay?" ujarnya dengan dramatis. Vic terkesiap dan tidak menduga tiba-tiba dihampiri Jacob yang langsung memegangi dua tangannya. "Robyn, please check her! I think she got cut."

Mendengar ucapan Jacob membuat Robyn langsung menghampiri Vic dan memeriksa tangan wanita itu. "Mana yang luka?"

"Gue nggak luka," jawab Vic sambil menoleh ke arah meja, tempat di mana dia meletakan sebungkus bubuk kaldu yang akan dia buka kemasannya. "Gue tadi lagi baca tanggal expired bumbu penyedapnya."

Kepala Robyn menoleh pada benda yang dimaksud dan kembali memeriksa dua tangan Vic. "Jack, lo jangan bikin kaget dong," gerutu Robyn setelah memastikan tangan wanita di hadapannya memang baik-baik saja. Hanya sedikit berbau pedas.

"Me cuma mau mencegah you buang-buang tenaga untuk si Nyonya," aku Jacob yang sudah kembali duduk bersama telur-telurnya. Dia tersenyum ceria tanpa merasa bersalah. "And the only way to stop you is her. I know you enjoy grab-grab her, you're welcome."

Robyn berdecak.

Fathia pun sudah pergi dari dapur dengan memanfaatkan keributan yang Jacob ciptakan.

Sementara Vic meneruskan kesibukannya menyiapkan bumbu tumisan. Dengan rona merah di pipinya dan posisi membelakangi Jacob yang menatapnya dengan senyuman sejuta makna.


✿✿✿


Jacob dan Robyn duduk di pendopo. Asyik menyantap makan siang dengan menu telur masak lada hitam buatan Vic sambil mengobrol. Sepertinya Jacob sedang konsultasi karena Robyn sempat menyebutkan kata 'resep'.

Vic duduk di meja bar dapur sambil menggulir timeline Twitter. Dia berniat ikut makan siang setelah menuliskan satu status pada akunnya yang nyaris berdebu.

"Memories warm you up from the inside. But they also tear you apart," tulisnya sambil menyertakan foto piring berisi nasi, lauk, dan mug ungu yang sudah disiapkan. Begitu tweet terkirim, dia langsung bergabung di pendopo.

Tidak sampai lima menit, sebuah notifikasi masuk. Seorang followernya membalas tweet yang dia kirimkan.

'Kafka on The Shore by by Haruki Murakami. DNF at page 27. Is it worth to continue?'

"Makan dulu, baru main hape," tegur Robyn yang sedang menyingkirkan potongan paprika ke pinggir piring.

Sambil cengengesan, Vic hendak meletakan ponselnya. Namun, pesan dari Karina sukses membuat napsu makannya hilang.

Siang itu, ayah Karina meninggal dunia di IGD rumah sakit karena Covid-19.


--------------------


A/N:

Turut berduka untuk Karina dan keluarga :(

Early update karena aku pengen update :(

Anyway!
Terima kasih untuk 7000++ Views ya, Guys!
Semoga kalian terhibur, ya.

Jangan lupa ketik 'Baby Girl' kalau udah siap disidak sama Bu Kos jadi-jadian kita ;)

When He Text You After MidnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang