53| Jokes On You

3.9K 399 30
                                    

Ganesa baru saja selesai menumpuk paket yang diantarkan oleh kurir di ruang tengah dan sedang menggerutu betapa laparnya dia menunggu rombongan pulang. Sambil bertolak pinggang pria itu menatap takjub beberapa paket dan surat yang disortirnya menjadi milik Vic, milik Fathia, dan milik penghuni selain mereka berdua.

Di saat pekerja dan pelajar di luar sana kebingungan mencari uang untuk kebutuhan sehari-hari selama pandemi, dua wanita itu malah terus mendapatkan barang secara gratis dari orang-orang. Bahkan ada yang sampai rela membayar dengan harga tinggi.

"Apa si Caca gue racunin jadi selebgram aja, ya? Bisa kayaknya gue jadi manajernya sekalian," pikir Ganesa mengambil acak paket milik Vic, membaca resi yang menempel, lalu mengocoknya. 

"Hai."

"Fath," sapa Ganesa pada Fathia yang berjalan membawa sebuah mangkuk beralaskan piring dan sebuah botol yang diapit di lengan. "Mie rebus lagi, Fath?"

"Mie goreng. Udah sarapan?"

"Belom, nih. Tadi nitip Jacob sama Vic, tapi mereka belum balik juga."

Mendengar nama Vic disebutkan, Fathia mengangkat kedua alisnya sambil mengangguk. "Udah ada kabar dari keluarganya Robyn?"

"Nihil, Fath. Kayaknya solusi terakhir gue bakal nyoba tanya stafnya di hotel nanti siang."

"Mau datengin semua hotelnya?"

Ganesa tertawa mendengar kekhawatiran dari intonasi Fathia. Dia menggeleng. "Yang pusatnya aja. Bisa gempor gue kalo ngedatengin hotelnya satu-satu."

Fathia tertawa pelan. Wanita itu berjalan ke tengah meja, meletakan mangkuknya di meja, lalu memeriksa tumpukan paket miliknya. "Aku baru tau Robyn di Jakarta cuma berdua sama ibunya, ya? Ayahnya di luar negeri?"

"Meninggal sejak dia kecil," jawab Ganesa pelan. "Robyn sama nyokapnya pindah ke Jakarta sejak bokapnya meninggal dan yang gue tau they don't really have close relatives here."

Tangan Fathia membolak-balik paket kecil dari tumpukan miliknya lalu merobek kemasannya. "Pantes tiap libur hari raya Robyn nggak pernah pulang. Ibunya sibuk kali, ya? Jadi nggak ada waktu untuk kumpul."

"Yeah, with all of those high end hotels and businesses, kayaknya nyokapnya pun jarang tidur, Fath." Ganesa mengerutkan keningnya, merasakan basah pada kedua telapak tangan dan refleks menjauhkan paket milik Vic yang sedang dipegangnya. "Oh, damn!"

Ganesa memundurkan tubuhnya ketika dari paket Vic mulai merembes cairan coklat kehijauan. Bau amis pun mulai menguar. Membuat Ganesa kebingungan menatap paket yang seharusnya—menurut apa yang tertera—berisi case ponsel.

"A quick question, Fath. Sekarang lagi tren casing hape yang ada air-airnya, ya?"

Fathia menanggapi sambil berusaha menjaga jarak. "Pernah liat ada tren bikin case hape jadi kayak lava lamp—itu apa, sih?"

"Nice question but I don't know the answer," jawab Ganesa yang mencoba membalikan paket ke sudut lain, tapi tetap saja merembes. "Tolong ambilin lap, Fath."

Fathia bergegas ke dapur dan kembali dengan dua buah lap. Dia membantu Ganesa membersihkan kekacauan yang ada. "Kayaknya kamu harus kasih tau Vic untuk nggak belanja frozen food pakai ekspedisi reguler. Kita kan nggak tau kondisi transportasinya, takut busuk di jalan. Mubazir juga dari kemarin dia buang-buang paket kayak gini."

"Kayak gini?"

Fathia mengangguk sambil melebarkan lap di lantai dengan kakinya. Karena tidak tahan dengan bau amisnya, dia mundur. "Dari kemarin-kemarin dia belanja, tapi pas sampe dibuang karena busuk. Herannya masih aja dibeli dan nggak kapok. Nggak ngerti deh aku, apa sih yang dibeli? Nggak bisa ke supermarket aja, ya?"

When He Text You After MidnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang