61 | Let's Get Married

5.8K 292 56
                                    

Dari banyak pilihan minuman di mesin pendingin, Ganesa memilih cola dan segera menenggaknya hingga tersisa setengah.

Tangannya meraih ponsel di saku celana, melihat jam yang tertera di layar, lalu menjejalkan benda itu kembali ke sakunya. Sambil menenteng satu keranjang biru berisi pembalut dan sabun, dia berjalan menuju kasir.

Selagi menunggu si petugas memindai seluruh belanjaan, Ganesa menghampiri Karina yang sedang berjongkok di lorong mie instan.

"Milih mie aja bingung, Kar. Gimana milih jodoh?" ledek Ganesa yang sedang menimbang rasa apa yang akan dibeli.

Wanita itu mencebik di balik masker putih yang dikenakan lalu menyerahkan dua jenis mie instant yang tadi membuatnya bingung pada Ganesa. "Apa yang mau gue pilih kalo opsinya aja nggak ada."

Mereka berdua beriringan menuju kasir.

"Ya, ampun, Kar. Jomlo belum ada setengah taun udah segitu frustrasinya. Santai dulu, kek. Mumpung lagi pandemi, jadi jomlo lo nggak terekspos sama temen kantor." Ganesa menunjuk ke etalase di belakang petugas kasir. "Mas, rokok satu. Donatnya dua, ya. Yang itu sama itu."

"Lo enak ngomong begitu karena temen tongkrongan lo nggak bawel, Gen," ujar Karina seraya meraih dua onigiri dari etalase dan menambahkannya ke tumpukan belanjaan. "Mas, mau boneless chicken satu dong. Sama sosis BBQ-nya satu. Eh, dua deh."

"Sosisnya dua, boneless chicken-nya juga dua, Mas," imbuh Ganesa.

"Kemarin gue update story pake foto macha latte yang kita beli. Just one random photo, loh. Tau nggak respon temen-temen gue gimana?" Begitu melihat Ganesa menggedikan bahunya, Karina meneruskan, "mereka semua nanya kapan gue nyebar undangan. Bayangin, Gen. Bayangin! Menurut lo di mana letak nyambungnya antara foto macha latte yang hampir habis sama pernikahan?"

Ganesa tertawa sambil mengeluarkan kartu debitnya. "Itu sih emang temen lo yang aneh. Nanti lo bayar ke gue aja."

"Perlu diganti? Kirain ditraktir."

"Masih pengen ditraktir setelah sarapan ketupat sayur padang nggak ngajak-ngajak?"

Karina tertawa sambil memukul lengan Ganesa. Ia berinisiatif membawa belanjaan, tetapi Ganesa menghentikannya. Begitu transaksi selesai, Ganesa membawa semuanya. Bungkusan makanan diberikan pada Karina.

"Gen, udah tau penyebab Vic sama Robyn berantem?" Sambil memasang seatbelt, Karina bertanya. Yang ditanya masih menyusun tas belanjaan di kursi belakang.

"Vic masih belum bisa diajak ngomong."

"Kemarin malem kalian sempat ngobrol, 'kan? Nggak ada bahas-bahas tentang Robyn?"

Ganesa menyusul duduk di belakang kemudi. Sambil menyalakan mesin dia menjawab, "the timing was not good, Kar. Udah bagus dia mau makan bareng-bareng, jadi sebisa mungkin gue nggak mau ngerusak suasana."

Di tempatnya Karina menanggapi dengan sebuah anggukan. Ia hanya diam saat Ganesa menyalakan mesin dan mulai mengendarai mobil keluar dari area parkir ruko.

"Was it really the timing," mulai Karina dengan hati-hati. "Or because Fabian was there?"

Mata Ganesa melirik pada penumpang di sampingnya. Dia mendengkus. "What are you implying, Babe?"

"You're jealous."

"Very funny, Kar. Try again."

"You're jealous, Gen," ulang Karina. "Lo cemburu ngeliat Fabian bisa ngebuat Vic keluar kamar dan makan bareng sama kita dan ngebuat Vic ketawa. Harus gue akui jokes dia semalem garing banget, tapi Vic ketawa. It's a good sign."

When He Text You After MidnightDonde viven las historias. Descúbrelo ahora