49. Caca Gapapa.

5.6K 412 8
                                    

Selamat membaca
.
.
.
.
.
.

Tuhan, engkau menciptakan semesta berserta isinya. lalu, kenapa engkau tidak menciptakan ku beserta kebahagiaan ku? Kenapa hanya ada luka saja, Tuhan? Aku lelah.

Coretanbutterfly.


Untuk kesekian kali nya Caca tertawa, ia mengerutuki dirinya yang terlampau bodoh, bahkan disaat mereka mengharapkan kepergian Caca, Caca masih selalu ada di sini, ia masih berharap bahwa ini semua hanya mimpi, "pantesan kalian membenci Caca, haha lucu ya?" Gumam Caca seraya menyeka air matanya.

Hati nya terasa sangat perih, sakit, sesak semua berbaur menjadi satu. "Kenapa di sembunyikan sih? Kenapa kalian nggak jujur, biar Caca sadar gitu hehe-"

Air matanya menggenang di pelupuk mata Caca, tangannya pun merekat ujung bajunya menyalurkan rasa kesal, marah dan jengkel. "Kenapa? Kenapa kalian jahat?"

"Caca selalu bertanya sama diri Caca kenapa Mamah selalu menjauh saat Caca dekati? Kenapa Mamah selalu dongkol saat Caca cium pipinya? Kenapa Mamah tidak pernah perduli akan perkembangan Caca, Caca selalu bertanya-tanya, apa salah Caca? Sampai Mamah seperti ini pada Caca? Dan Haha-" Caca terkekeh kecil, ia usap air matanya yang menetes

"-Caca paham, ini alasan Mamah membenci Caca bukan? JAWAB MAH! JAWAB MA-

BRUGHH...

Tubuh Caca terpental jauh menubruk tembok, akibat dari tendangan yang Aldi layangkan padanya. Dada nya naik turun, matanya memerah memancarkan aura kebencian, giginya mengantup, bahkan darahnya seolah-olah mendidih, ia tidak terima jika Caca meninggikan suaranya kepada Mamah nya- Anna.

Aini dan Anna pun terkejut akan kelakuan kasar dari Aldi, pasalnya yang mereka tau Aldi sangat menyayangi dan melindungi Caca, tapi sekarang?

Caca meringis pelan, punggungnya terasa sakit dan ngilu akibat benturan keras tadi, tendangan Aldi bukan main-main, bahkan dadanya ikut terasa nyeri setelah terpental barusan. Bibir gemetar Caca tersenyum menatap sang Abang, "dua tamparan dan satu tendangan," gumam Caca lirih namun masih terdengar di telinga Aldi.

Air mata Aldi menetes, demi tuhan ia refleks melakukan hal tadi, ia benar-benar tidak sadar telah menendang Caca hingga terpental membentur tembok.

Aldi mendekat namun Caca menggeleng cepat, dengan tubuh yang bergetar Caca beranjak dari tempatnya, Aldi melangkah maju dan Caca melangkah mundur. "jangan lukai Caca lagi, Caca nggak suka hiks-"

"Nggak! Jangan mendekat! Jangan lukai Caca lagi! Jangan..."

"Caca takut," cicit Caca.

Aldi tidak perduli, ia terus berjalan maju dan Caca pun terus berjalan mundur, Caca ketakutan bahkan tubuh nya bergetar hebat, "Ma-af ab-"

Caca menggeleng cepat, air matanya terus mengalir, tatapannya kosong, sudut bibirnya sobek dan berdarah, "jangan lukai Caca-" pinta gadis itu dengan pilu, dengan terlatih Caca berlari meninggalkan ketiganya yang mematung di buatnya.

Baru pertama kali mereka melihat wajah ketakutan dari Caca, biasanya gadis itu tidak pernah mempunyai rasa takut, tapi barusan?

"Maafin Abang Ca, Abang nggak sengaja," lirih Aldi menatap sesal punggung Caca yang semakin menghilang dari pandangannya.

"AGRH SIALAN!"

°Caca°

Suara gemuruh hujan dan angin kencang menghiasi malam hari ini, takut? Tidak Caca sama sekali tidak takut, ia lebih takut melihat Abangnya.

CACA GAPAPA [END]Where stories live. Discover now