XLIX

808 239 65
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.

Entah bagaimana portal itu menghilang begitu saja setelah Tuan Betel mengetuk-ngetukkan tongkatnya ke tanah sebanyak dua kali. Setelah melihat kejadian ini, sungguh bukanlah sebuah kebetulan kalau lukisan dan lorong jalannya memang benar menghilang malam itu. Bukankah seekor kupu-kupu memberitahu Hyades bahwa ada orang yang mengawasi mereka saat di ruang senjata? Ya, sepertinya memang benar kalau itu Tuan Betel.

"Wah, kita dibodohi," bisik Coastal pada Aphelion. "Lukisan yang kau dan Equinox Hyung lihat, ternyata lukisan yang hilang."

"Mengapa demikian?" tanya Aphelion. "Mungkinkah ia sengaja? Agar Hyades bisa bergabung di sini?"

Coastal cepat-cepat melirik lawan bicaranya sekilas. "Ssshh, jangan cepat-cepat tersanjung dengan itu. Ingat, ia juga ingin kita semua mati."

"Oh, kau benar." Aphelion mengangguk buru-buru.

Tuan Betel beralih pada Pangeran Philip. "Kau dan aku berjalan memimpin di depan. Bagian belakang akan diambil alih oleh seluruh panglimamu untuk berjaga-jaga kalau ada orang yang membuntuti kita semua."

"Baik. Aku setuju." Philip mengangguk. "Bagaimana menurut kalian?"

Hyades mengedik. "Kami melakukannya sesuai perintah."

Kemudian Philip beralih pada Tilda. "Kau tetap di belakangku."

"Tentu," angguk Tilda.

"Luphius, kau bersamaku."

Setelah Luphius setuju, kemudian semua orang mulai bergerak sesuai saran Tuan Betel. Hyades cukup keheranan, karena tampaknya kakek tua itu sungguh dipercayai oleh Pangeran Philip. Memang, sih, ia yang sudah membantu menyelamatkan si pangeran selain Luphius. Tetapi sebagai pemimpin, ia juga perlu tahu batasan sekalipun berniat membalas budi. Sejauh yang Hyades amati, Pangeran Philip adalah pangeran yang plin-plan. Bagaimana dengannya? Pangeran seperti apa Hyades di mata orang-orang?

"Yah, mengingat ia belum lama memegang takhta lalu dibuang," desis Hyades.

"Apa?" tanya Sideris tiba-tiba. "Kau bicara padaku?"

"Ya ampun. Aku bicara sendiri," cibir Hyades. Mendadak jari-jarinya keram karena barang bawaan.

Coastal mendadak muncul ke tengah-tengah keduanya dengan senyum lebar. "Kakek tua itu menjadikan kita tameng, ya?"

Hyades dan Sideris mengernyit bersamaan. "Maksudmu?"

"Kita ditaruh di bagian belakang perjalanan untuk berjaga-jaga kalau ada yang mengikuti," jawab Coastal. "Ya, kalau mengikuti saja. Kalau tiba-tiba menyerang? Kita yang mati duluan."

Terdengar ringisan Coastal setelah Sideris memukul tengkuknya satu kali. "Jangan asal bicara, bodoh!"

"Aku serius. Kau ini, kan, punya otak? Pikirkan saja," kesal Coastal.

Nebula {Resurgence}Where stories live. Discover now