-Yang Membawa Bencana

391 90 5
                                    

Seungcheol sedang sibuk menembakkan pistol menuju papan target saat tiba-tiba saja Mingyu menepuk bahunya dari belakang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seungcheol sedang sibuk menembakkan pistol menuju papan target saat tiba-tiba saja Mingyu menepuk bahunya dari belakang. 

"Apa?" seru Seungcheol setelah mengembalikan atensinya ke papan target. Ia menutup satu matanya untuk memfokuskan pandangan, lalu menarik pelatuk pistol. Sebuah peluru melesat cepat dan berhasil melubangi tepat di lingkaran merah kecil yang berada di tengah papan target. "Assa, satu lagi."

"Minghao punya rencana bodoh." jawab Mingyu sambil terus menoleh gelisah ke arah Minghao yang sibuk menulis sesuatu di sebuah stan sementara (Y/n) mati-matian membujuk untuk memintanya berhenti.

"Minghao, atau kau yang bodoh?"

"Aku serius, Hyung!" rajuk Mingyu bersamaan dengan letusan senjata di tangan Seungcheol.

"Wah, tembakanmu jitu juga." Penjaga stan yang sejak tadi hanya berdiri di sisi mereka bertepuk tangan dengan seringai lebar. Ia lalu membalik tubuhnya untuk mengambil sesuatu dari atas meja, lalu menyerahkannya sebuah lipatan kain pada Seungcheol. "Kau seharusnya mengikuti lomba menembak jarak jauh. Kau bahkan bisa memenangkan sebuah mobil dari pertandingan itu." katanya.

"Oh, terima kasih. Aku mungkin akan mempertimbangkannya." jawab Seungcheol setelah menerima uluran tangan penjaga stan. Ia lalu meletakkan pistol itu di atas meja, lalu berjalan menjauh diikuti Mingyu di belakangnya. "Jadi Minghao kenapa?" tanyanya.

Mingyu, dengan paniknya, mulai menceritakan percakapan mereka dengan seorang pria asing yang mereka temui beberapa saat yang lalu hingga ke bagian dimana Minghao tiba-tiba saja muncul dan dengan impulsifnya langsung mendaftar untuk menjadi pejuang di arena.

"Sungguh?" Seungcheol menghentikan langkahnya lalu langsung membalik tubuhnya menghadap Mingyu hingga hampir saja pria tinggi itu menubruknya karena terkejut.

"Iya. Aku kan sudah bilang sejak awal." gerutu Mingyu lagi.

Seungcheol mengusak rambutnya kesal. Buru-buru ia mempercepat langkahnya mendekati Minghao, lalu menarik kerah pria itu untuk menjauh dari stan sebelum Minghao bahkan sempat menandatangani persetujuan pendafataran di tangannya.

"Minghao, apa-apaan kau ini?" tanya Seungcheol tanpa basa-basi.

"Apa, sih?" Minghao dengan cepat menepis cengkraman Seungcheol dari bagian belakang kerah kemejanya lalu melompat menjauh. 

"Berapa kali kukatakan padamu untuk tidak mengambil keputusan sepihak? Kita ini satu tim, kau tak bisa sembarangan memutuskan sesuatu seperti ini. Kau tidak hidup sendirian. Apa kau bahkan berpikir bagaimana perasaan kami jika sesuatu terjadi padamu?" serbu Seungcheol pada pria yang lebih muda darinya itu. 

"Betul sekali. Ditambah juga, kau dengar sendiri kalau pria itu bilang, sejauh ini belum ada yang pernah berhasil memenangkan pertandingan itu hidup-hidup." tambah Jihoon yang sejak awal hanya berdiri di dekat gerobak dengan Wonwoo di sampingnya.

Zₒₘbᵢₑ ₐₚₒcₐₗyₚₛₑ Bₒₒₖ 2: 𝔻𝕖𝕒𝕕 𝕆𝕣 𝔸𝕝𝕚𝕧𝕖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang