CHAPTER 13

30.6K 3.3K 546
                                    

HAPPY READING

🌵

"Hiks.. Ayressss.. Hiks....."

"Sabar, Za."

"Ga mau, hiks...."

"Ga boleh begitu, Za. Dosa!"

"DIAM!" sentak Yoza. "Diem hiks.... Gue ga terima," tangis Yoza semakin menjadi.

Tangan kekar itu mengelus punggung Yoza untuk menenangkan.

"Dia juga manusia, Lo ga bisa kayak gini."

"DIAM GUE BILANG DIAM," amuk Yoza memeluk tubuh Ayres. "INI SEMUA GARA-GARA, LO!"

"Maaf!"

"Gue marah, hiks. Bisa-bisanya tu dokter salah ngasih info," tangis Yoza.

Sudah tak bisa menahannya, Ayres tertawa geli. Dia memang sempat pingsan, tapi tak lama kemudian dia sadar. Luka yang di alami Ayres tak terlalu parah, untung saja dia memakai helm. Meski beberapa bagian tubuhnya terluka, setidaknya Ayres selamat.

"Jahat, hiks. Dia bilang lo meninggal," kata Yoza masih menangis.

Ayres masih memeluk tubuh Yoza. Gadis itu bergetar hebat, bahkan saat Yoza masuk ke ruangan itu. Ayres bisa melihat Yoza seperti orang gila, berteriak memanggil namanya.

"Udah ih, jangan nangis lagi, sayang. Yang meninggal pasien lain," kata Ayres mengusap kepala Yoza.

"Masih kemusuhan sama dokternya, suruh pecat aja," ujar Yoza lagi.

Ayres tak bisa untuk tidak tertawa. "Hei, liat gue," kata Ayres menangkup wajah Yoza. "Lo lihat, kan? Gue ada disini, gue sama lo sekarang."

Yoza mengangguk kecil. "Jangan tinggalin gue," isak Yoza lagi. "Mana sanggup gue kehilangan, lo."

Ayres menghapus air mata Yoza. "Iya sayang."

Yoza menegakkan tubuhnya. "Gue belum hubungi siapa-siapa, gue telpon bokap lo dulu," katanya.

"Ga usah," tolak Ayres. "Dia bakal pergi besok, biarin aja."

Yoza mendengkus. "Mana bisa gitu, dia bokap lo. Harus tau keadaan lo gimanapun itu."

Yoza menelpon ayah Ayres, tapi tak di angkat. "Ga di angkat," kata Yoza.

"Ga liat jam?" tanya Ayres.

Benar juga, sekarang sudah jam 12:37. Mungkin ayah Ayres sudah tidur, karena itu Yoza memilih untuk mengirim pesan saja. Begitu juga dengan Yoza yang mengirim pesan ke ibunya, karena tadi dia pergi tanpa sepengetahuan siapa-siapa.

Handphone Yoza berdering, menandakan panggilan masuk.

Bang Karsa is calling...

"Siapa?" tanya Ayres.

Yoza tak menjawab, dia memilih untuk menjawab panggilan.

"Halo, Za. Kenapa nelpon gue tadi? Gue baru buka hp."

Entah mengapa rasanya Yoza kembali bersedih. Apalagi melihat tangan Ayres yang harus di perban, kepala Ayres juga ikut di perban.

"Bang, hiks..," isak Yoza, bukan hanya Karsa yang terkejut. Ayres saja langsung melotot.

"Yoza kenapa? Hei, lo dimana? Kenapa nangis?"

"Ayres bang."

"Ayres kenapa?"

"Kecelakaan, hiks.."

"Astaghfirullah, serius? Sekarang lo dimana?"

"Di rumah sakit, gue sendirian."

ADORE U [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang