CHAPTER 25

26K 3.2K 316
                                    

HAPPY READING

🌵

Disaat sinar matahari mulai menggantikan gelapnya malam, suara burung bersautan di atas genteng. Di sebuah kamar, ada seorang Ayres yang tengah berleha-leha di atas kasurnya. Setelah menunaikan ibadah shalat subuh, laki-laki itu melanjutkan tidurnya. Padahal alarm yang dia setel sudah berbunyi sedari tadi.

Ceklek

"Den, bangun."

"Den Ayres, ayo bangun ini sudah jam 6 lewat."

Bukannya bangun, Ayres malah memperbaiki selimutnya. Bi Arum hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah kebo dari Ayres.

"Den, ini sudah siang. Ayo sekolah," kata Bi Arum lagi.

Dengan sangat malas, Ayres membuka matanya. Dia tak langsung bergerak, dengan posisi yang sama dia hanya menatap sayu pada jendela kamar yang sudah terbuka lebar.

"Mandi terus siap-siap, bajunya sudah Bibi siapkan," kata Bi Arum sebelum keluar dari kamar Ayres.

Ayres menghembuskan nafas pelan, meregangkan otot-ototnya dan berjalan masuk ke kamar mandi.

Tak membutuhkan waktu yang lama, Ayres kembali keluar dengan wajah yang jauh lebih segar, dia segera bersiap dan turun ke bawah untuk sarapan.

Dengan menenteng tas ranselnya, Ayres menuruni tangga menuju meja makan. Langkahnya terhenti sejenak, melihat Renaldi yang sudah berada di meja makan bersama Jovita.

Ayres tidak bohong, ini sedikit aneh baginya. Dia masih belum terbiasa dengan hidupnya yang sekarang, terlebih kehadiran Jovita di rumahnya. Dia benar-benar harus membiasakan diri.

"Ayres! Ayo cepat sarapan," kata Renaldi mengembalikan kesadaran Ayres.

Dia langsung saja menghampiri kedua orang itu dan duduk tepat di samping Jovita.

"Kamu pake mobil aja, biar Jovita berangkat sama kamu. Lagian mobil kamu nganggur kalau kamu pake motor terus," ujar Renaldi.

"Kalau gitu motor Ayres yang nganggur," balas Ayres menggigit rotinya.

"Kan motor selalu kamu pake ke markas."

"Kenapa gak Jovita aja yang pake mobil?" cetus Ayres.

"Dia belum ada SIM," jawab Renaldi. "Lagian berangkat berdua gak ada salahnya, biar kalian semakin dekat dan terbiasa."

"Berarti waktu dia bawa mobil Yoza, dia belum punya SIM." Ayres membatin.

Tegukan terakhir Ayres rasakan di tenggorokannya. Dia menyimpan gelas dan mengelap mulutnya dengan tisu.

"Ayo!" katanya.

Jovita berdiri dari duduknya, memasang tas dan memperhatikan Ayres yang tengah berpamitan pada Renaldi.

"Ayres pergi, assalamualaikum!"

Renaldi mengangguk. "Waalaikumsalam!"

"Assalamualaikum!" kata Jovita ikut mencium tangan Renaldi.

"Waalaikumsalam! Hati-hati," kata Renaldi tersenyum manis.

Kedua anak kembar itu keluar dan masuk ke dalam mobil yang sudah siap di depan rumah.

Tak ada percakapan di sana, mereka sama-sama diam sampai mobil Ayres sampai di sekolah. Ketika Ayres sudah melepas seat belt-nya, Jovita tetap tak bergerak.

Menyadari itu, Ayres menolah dan menatap Jovita. "Sesuai sama apa yang udah kita omongin, lo bebas ngasih tau tentang hubungan kita ke teman-teman lo," kata Ayres. "Jawab seadanya aja, gak perlu koar-koar. Ada yang nanya tinggal di jawab, gak usah mikirin omongan orang."

ADORE U [END]Where stories live. Discover now