𝐀 𝐋𝐢𝐧𝐞 𝐨𝐟 𝐄𝐱𝐞𝐬 : 𝐒𝐚𝐭𝐲𝐚 𝐌𝐚𝐡𝐞𝐯𝐚𝐧𝐝𝐫𝐚 [ᴏɴ ɢᴏɪɴɢ]

𝐓𝐎𝐊𝐎𝐇

𝑆𝑒𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑛𝑎𝑝𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑟ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎. 𝑆𝑎𝑡𝑦𝑎 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑙𝑢 𝑛𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢 𝐴𝑦𝑎ℎ. 𝑊𝑎𝑙𝑎𝑢𝑝𝑢𝑛 𝐴𝑦𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑡𝑒𝑛𝑔 𝑐𝑢𝑚𝑎 𝑚𝑎𝑟𝑎ℎ𝑖𝑛 𝑆𝑎𝑡𝑦𝑎.❞

- 𝐒𝐚𝐭𝐲𝐚 𝐉.𝐃

𝐒𝐚𝐭𝐲𝐚 𝐉𝐚𝐠𝐚𝐫𝐞𝐤𝐬𝐚 𝐃𝐞𝐬𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫
19 Desember, Kotamadya Yogyakarta

Menggenggam telepon di tangan kanannya. Menatap langit biru. Sudah dikejar, sudah di usahakan, sudah di pukul. Apa hanya -0 rasa untuk Satya?

Satya, lelaki playboy dengan tingkah konyolnya yang seabrek. Perlu di ketahui, Satya menjadi playboy sudah dari sejak dini. Mungkin kelas 3 SD yang lagi masa centil-centilnya pada cewek-cewek. Cowok galak yang sering keluar masuk BK yang dimarahin malah nyolotan. Manusia yang super duper sibuk akan kisah percintaan nya, yang terkadang membuat teman-teman nya memaki dirinya. Apalagi ketika cowok itu memilih untuk ngapel ketimbang untuk berkumpul bersama mereka. Jangan salah, Satya memiliki jadwal yang terancang sepanjang kertas roll. Hari ini ketemu siapa, ngebetin siapa, jalan bareng siapa, makan bareng siapa, nyari cewek dimana, inceran cewek dimana, anter jemput cewek, menggoda menghasut dan memikat cewek, jadwal nongkrong, jadwal salting dengan menggulingkan badan seperti cacing kepanasan, entah di markas maupun pinggir jalan. Jadwal memperdalami ilmu menggoda dan menggombal dengan berguru ke Putra, Galang, dan para Abang alumni nya. dan satu lagi yang paling membuat syok teman-temannya itu adalah DEEP TALKKKKKKK!!!! Aneh apabila lelaki seperti Satya melakukan hal seperti itu pada pacarnnya. Apalagi membayangkannya berbicara saling berhadapan, entah senkonyol apa muka cowok itu. Yang mereka tau, Satya sulit di ajak Deep Talk, mengenai permasalahan, terutama permasahalan hidup dan cinta. Belum memulainya saja, Satya sudah memberi respon dengan tawaan seolah-olah itu sekedar lelucon belaka..

Jalan lagi ke hal konyol Satya, Satya memiliki banyak kenalan. Mungkin karna anak badung itu yang gampang bergaul sasimo. Bukan hanya cewek yang di sekolah saja, diluar sekolah pun ia punya. Satya si jamet pasar jum'at yang setiap malam nya mejeng disana memberi cat calling pada setiap cewek yang berlalu-lalang. Cowok yang juga di cap sebagai kolor merah karena kehadirannya yang setiap harinya tercatat oleh tinta merah. Sungguh, guru-guru disana ingin sekali mengeluarkan Satya. Tak sanggup dengan tingkah anak itu yang sering membuat onar, bertengkar dengan siswa lain, bukan hanya laki-laki tapi juga perempuan. Jika di panggil masuk ke BK, lelaki itu malah memutar balikan fakta dengan menjadikan diri sebagai korban dari keributannya.