𝟎𝟔 || 𝐁𝐀𝐍𝐂𝐈 𝐒𝐋𝐀𝐘

463 341 177
                                    

Tekan vote sebagai apresiasi bagi penulis, komentar sebanyak-banyaknya sebagai dukungan tambahan pada para pemain

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Tekan vote sebagai apresiasi bagi penulis, komentar sebanyak-banyaknya sebagai dukungan tambahan pada para pemain. Thank you!💐

Perasaan kesal terus menyelimuti seorang lelaki muda berparas tampan yang sedang di hadapi dengan banci di depannya.

Bola mata yang tak kunjung mereda menatap lawan bicaranya. Tak ada celah sedikit pun yang diberikan padanya.

"Lo bisa ga gausah ikutin gua? Gua mau ke sekolah. Gue telat karena lo. Ganggu anjir ngikutin gua. Naksir sama gua?" Marah Galen membentak manusia jadi-jadian di depannya.

Rolet, panggil saja seperti itu. Bencong pasar rebo yang entah darimana keberadaanya bisa mencapai kota ini mengganggu siswa yang kebetulan saja ia lewat dan bertemu dengan nya.

Rolet menggerakkan tubuhnya gereget menenteng radio dan tas yang ia bawa di pergelangan tangannya. "Ih, kan aike mau ikutin you. Masa marah? Aike fans you!"

"Ga perlu. Sinting ya lo? Udah jam segini. Ngintilin gue terus! Stop ikutin gua!" kata lelaki berwajah tampan itu menaiki motornya.

"Ih aike ikutin you karena aike mau ketemu Satya!" teriak Rolet berlari kecil menahan motor Galen lalu berusaha menaikinya.

"Bisa naek angkot! Turun dari motor gua. Cepet!!!" titah Galen.

Rolet cemberut marah pada lelaki itu. Mendengus sebal dan langsung memeluk punggung Galen. "Gak akan!"

Galen melepas pelukan Rolet dan beranjak dari motornya membuat Rolet terjatuh dan menghindar dari tindihan motor. "Ah monyet!" kesal Galen pergi menuju warung di depannya.

"Bang Satya brengsek!"

Rolet terbangun membersihkan kotoran yang menempel pada tubuhnya yang terlihat terbuka dengan dress pendek serta dandanan yang menor merona. "Ih, aike monyet? You yayang monyet!"

"Kendarain tuh sendiri!" kesal Galen menduduki bangku panjang depan warung menggeletakkan kuncinya penuh amarah.

"Idih ngambek!"

"Bu, susu vanila satu!"

"Idih, kok ga jadi pergi sih Len? Malah mampir ke warung. Gimana si? Lelah Rolet di permainkan mas-mas tampan seperti Galen!" Rolet melangkahkan kaki nya lalu duduk di samping Galen.

"Apasi? Gausah deket-deket banci!" Menjauh dari Rolet.

"Ini mas!" Galen meraih segelas susu dari ibu penjual.

𝐀 𝐋𝐢𝐧𝐞 𝐨𝐟 𝐄𝐱𝐞𝐬 : 𝐒𝐚𝐭𝐲𝐚 𝐌𝐚𝐡𝐞𝐯𝐚𝐧𝐝𝐫𝐚 [ᴏɴ ɢᴏɪɴɢ]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon