Sang Pengembara

8 0 0
                                    

“Ini maksudnya apa Andi?”

“papa sama mama dipanggil bu guru ke sekolah. Tadi Andi bikin kepala Jordi berdarah pa,” jawab Andi dengan jujur.

Andi masih menginjak bangku sekolah dasar dan ini untuk pertama kalinya orang tua Andi dipanggil kesekolah karena Andi melakukan kesalahan besar hingga temannya dibawa ke rumah sakit.

“kenapa Andi melakukan itu. Papa nggak pernah ngajarin Andi buat nyakitin temen kayak gini. Kamu liat kan temen kamu kepalanya berdarah. Dia masuk rumah sakit. Orang tuanya pasti sangat sedih sekali. Jangan pernah untuk mengulanginya lagi ya,”

“maafkan Andi pa. Andi tidak akan mengulanginya lagi pa,”

Papa Andi pergi begitu saja meninggalkan Andi sendirian. Papanya jelas marah. Dan papa Andi ingin memberikan pelajaran kepada Andi. Papanya membiarkan Andi merenungkan kesalahannya sendirian.

Tak jauh dari tempat Andi duduk ada sang kakek yang sedang membaca Koran dipinggir kolam ikan. Kakek merasa ada yang janggal dari raut muka cucunya itu. Lantas kakek memanggil Andi untuk mendekat.

“Andi, sini.”
Andi berjalan mendekati kakek nya dan segera duduk di bangku sebelah kakek.

“mengapa wajahmu Nampak muram Andi?. Apa Andi ada masalah. Cerita ke kakek.”

“tadi Andi melempar kepala teman Andi dengan batu kek. Terus papa sama mama dipanggil kesekolah. Dan papa sangat marah kepada Andi. Papa mendiamkan Andi.”

“kenapa Andi melakukan itu?”

“Andi tidak salah kek. Andi hanya ingin membuktikan kepada teman-teman bahwa yang mereka
bilang selama ini benar. “

“Memangnya apa yang dibilang temanmu kepada temanmu yang satu ini. Siapa namanya?."

“Jordi kakek. Namanya Jordi.”

“Ya, apa yang mereka bilang ke Jordi?”

“Mereka bilang bahwa Jordi berkepala batu. Jadi Andi coba buktikan dengan melempar kepalanya menggunakan batu kek. Tapi ternyata kepala Jordi sama saja dengan kepala yang lain. Kepala Jordi berdarah kek.”

“Hahahah kakek tau maksudmu Andi.”

“Kenapa kakek tertawa?”

“Baiklah, kakek akan menceritakan suatu kisah. Kakek harap kau mengerti maksud dari kisah ini.”

.

Alkisah. Dulu, di dalam hutan yang jauh dari perkotaan hiduplah seorang pemuda. Ia menyukai ketentraman dan memilih untuk tinggal di hutan sendirian. Ia tak memiliki keluarga, kerabat atau siapapun. Ia bertemaankan sepi. Ia memutuskaan untuk menjadi seorang pemburu. Bukan hanya memburu hewan-hewan yang ia temui dihutan. Namun, ia juga berburu berlian. Ia menukarkan hasil buruannya kemudian ia belikan berlian yang ia inginkan. Dan uang hasil dari membeli berlian tersebut ia berikan kepada anak-anak yatim piatu ataupun gelandangan yang membutuhkan. Sungguh mulia hatinya. Ia menjual hasil buruannya di kota dan menabung uang dari hasil buruannya untuk membeli berlian tersebut.

Awalnya hanya sedikit yang ia dapat. Ia sering ditipu dengan pembeli yang membeli buruannya. Namun, ia tetap sabar dan selalu berbuat baik terhadap siapapun. Dan begitulah kehidupan sang pemburu setiap harinya. Tidak ada yang merugikan dirinya maupun orang lain. Hingga ia memutuskan untuk melakukan perjalanan yang amat berbahaya dalam hidupnya. Sungguh malang nasib pemburu berhati mulia ini.

.


Tak jauh dari kota yang bernamakan Ramah Tamah berdirilah sebuah kerajaan besar yang dipimpin oleh seorang raja yang sangat baik hati dan dermawan. Raja tersebut memberi nama kota dibawah naungannya dengan sebutan kota Ramah Tamah. Karena penduduk di kota tersebut sangat lah ramah kepada siapapun. Baik sesama penduduk disana maupun pendatang yang datang dari kota-kota seberang. Raja selalu mencontohkan hal baik terhadap rakyatnya. Sang raja sangatlah menjaga keseimbangan dalam periode kepemimpinannya. Ia tak memandang rendah rakyatnya.

Sang raja sangat suka berkunjung dan berkeliling kota untuk menyapa rakyat-rakyatnya. Sang raja juga rendah hati. Ia tak pernah malu untuk ikut membantu para penjual dipasar ketika ada yang kesusahan.

Seperti pagi ini misalnya. Sang raja turun ke kota untuk membeli roti gandum bersama prajurit-prajuritnya. Roti gandum yang ia beli akan ia bagi-bagikan kepada rakyatnya yang kelaparan. Ketika ada seorang buruh yang sedang mengangkat berkarung-karung gandum dan nampaknya buruh itu kesusahan. Sang raja dengan senang hati membantu mengankat karung tersebut. Membuat rakyat yang melihatnya nampak antusias ingin ikut membantu juga. Sang raja selalu mencontohkan untuk selalu berbaik hatilah kepada siapa pun. Walaupun ia orang jahat sekalipun. Jangan sekali-kali menyakiti orang lain.

Antologi KataDove le storie prendono vita. Scoprilo ora