10 ; Kelegaan

624 18 3
                                    

P E M B U K A A N

P E M B U K A A N

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


AUTHOR POV

Pagi ini, Aluna sedang bersiap untuk pergi ke Sekolah. Ia harus masuk hari ini, selain karna ada beberapa ujian yang harus ia ikuti, Aluna juga tidak ingin membolos lebih lama. Ia tidak ingin melewatkan banyak pelajaran dengan menambah waktu bolos.

Puas memandangi penampilannya di depan cermin, Aluna pun lekas meraih tasnya dan berjalan santai keluar dari kamar. Dengan senyum tipis, Aluna bergerak menuruni undakan tangga hingga sampai di lantai bawah. Disana, Aluna langsung di sambut oleh beberapa pelayan yang sedang bekerja. Mereka menyapa Aluna dengan sopan, dan Aluna menjawab sapaan mereka dengan tak kalah sopan pula.

Kini, tujuan Aluna adalah ruang makan. Ia harus sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat ke Sekolah. Saat sampai di tujuannya, mata Aluna langsung melihat keberadaan Matthew. Pria itu sedang duduk di kursi meja makan dengan masing – masing tangan yang memegang pisau dan botol kaca berisi selai. Entah mengapa, pagi ini tidak ada rasa gelisah ketika Aluna bertemu dengan Matthew di ruang makan, sangat jauh berbeda dengan pagi sebelumnya dimana Aluna selalu merasa gelisah dan tidak nyaman ketika hendak makan bersama dengan Matthew.

"Good Morning, sweetheart!" sapa Matthew seraya mengoleskan selai pada roti di piringnya.

"Pagi juga, kak." Aluna duduk di kursi samping Matthew.

Wajah Aluna dan Matthew tampak lebih cerah di banding biasanya. Ia juga terlihat lebih santai dibanding pagi sebelumnya, dan Matthew pun terlihat sama. Aluna merasa jika Matthew benar – benar telah kembali menjadi Matthew yang dulu ia kenal. Percakapan mereka semalam sepertinya menuai kesuksesan besar dalam mengubah beberapa hal. Terutama kecanggungan serta ketidaknyamanan yang biasanya mendominasi di antara mereka mendadak sirna setelah percakapan itu.

Dan hal ini sungguh membuat Aluna merasa lebih nyaman ketika berada di dekat Matthew. Ia sangat senang karna harapannya agar Matthew kembali seperti dulu sudah terwujud, dan Aluna sangat berharap jika hal ini akan berlangsung sangat lama. Jika perlu, Aluna ingin hal ini berlangsung selamanya.

"Kamu cantik dengan baju pink itu," puji Matthew sembari melihat Aluna dengan tatapan normal. Tidak ada lagi hasrat yang menggebu di mata Matthew ketika manik matanya menatap Aluna. Hal ini jugalah yang membuat Aluna merasa semakin nyaman dan tenang.

Aluna tersenyum manis untuk merespon pujian kakaknya. Pujian sederhana yang entah mengapa sukses membuat Aluna merasa bahagia. "Benarkah? Baju ini hadiah dari Katerine," jawab Aluna pelan.

Matthew mengangguk pelan lalu berkata, "Tidak aneh, Katerine memang pandai dalam fashion. Dan kamu juga selalu terlihat cantik dengan baju apapun," ujar Matthew lagi.

"Hmm, kakak bisa saja," jawab Aluna sembari tersenyum manis mendengar pujian tambahan dari kakaknya.

Di detik berikutnya, Matthew menukarkan piring berisi roti yang sudah di beri selai miliknya dengan piring kosong milik Aluna. Matthew memang sengaja menyiapkan roti itu untuk Aluna. Ia juga mengoleskan selai kesukaan Aluna pada roti itu. Hidup berdampingan selama bertahun – tahun membuat Matthew hafal dengan beberapa hal yang menjadi favorite Aluna. Entah itu dari segi makanan atau Gandre film dan musik, Matthew hafal semuanya bahkan di luar kepala.

Matthew & AlunaWhere stories live. Discover now