23. Mistake

231 79 2
                                    

Aku mengabaikan Celestia dan mengikuti mereka ke gazebo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mengabaikan Celestia dan mengikuti mereka ke gazebo. Baik Valda maupun Eliza tampak tidak menyadari keberadaanku. Penasaran, kucoba menyentuh permukaan meja dan tertegun saat mendapati tanganku bergerak menembusnya.

"Kau tidak diizinkan mencampuri apa pun." Tahu-tahu Celestia sudah berada di sampingku. "Masa lalu tidak boleh diubah."

Bisa dimengerti. Mengubah masa lalu akan mengacaukan masa sekarang. Namun, aku tetap tidak bisa menenangkan jantungku yang berdenyut nyeri. Kupandangi Valda yang tidak menaruh curiga sedikit pun. Kedua tanganku saling meremas gelisah dan mulai muncul keinginan untuk kabur dari sana.

"Kita kembali sekarang?" Sepertinya Celestia berhasil menangkap emosi yang berkecamuk dalam diriku.

"Tidak." Suaraku agak bergetar. "Aku masih harus memastikan sesuatu."

Saat ini, Eliza tengah menuangkan teh ke cangkirnya Valda.

 "Yang Mulia Arkyn ingin membatalkan pertunangan."

Valda mengalihkan pandangan dari beraneka kue kecil di atas meja dan menatap Eliza.

"... kenapa?" tanyanya pelan. 

Aku tahu bagai ada kembang api yang membuncah di dadanya saat ini, tapi di saat bersamaan Valda merasa buruk karena merasa demikian.

Eliza kembali ke kursinya tanpa menuangkan teh untuk dirinya sendiri. "Karena seseorang."

"Siapa?" Valda tampak terkejut. "Arkyn tidak pernah cerita."

Eliza tidak menjawabnya dan tersenyum. "Silakan minum, Val. Tehnya kuracik sendiri."

"Oh, ya? Aromanya familier." Valda meraih cangkir dan kedua matanya membola sesaat kemudian. "Daffodil?"

"Benar sekali." Eliza tertawa dan melihat ke sekitar. "Di sini ada banyak. Aku kepikiran untuk sedikit bereksperimen."

"Aku tidak tahu kalau ini bisa dijadikan teh," puji Valda seraya menyesap tehnya hingga tandas.

Sebuah kesalahan besar.

Aku menarik napas dalam dan memejamkan mata. Mengalaminya langsung adalah hal yang sangat menyakitkan dan aku tidak yakin kuat menyaksikannya dari sudut pandang orang ketiga.

Terdengar bunyi pecahan kaca. Disusul suara berdebum dan rintihan pelan.

"Diriku" tengah sekarat dan aku hanya berdiri di sana tanpa sanggup berbuat apa-apa.

[End] Turning Back to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang