02. Olimpiade Sean

1.7K 315 36
                                    

Hari ini adalah hari pengumuman hasil olimpiade yang diikuti oleh Sean tiga hari yang lalu. Ia membuka akun media sosial milik olimpiade tersebut dan melihat hasilnya.

Setelah menemukan namanya, Sean melotot tidak percaya. Ia berlari keluar kamar dan menghampiri mama nya yang sedang berada di sofa ruang tengah.

"Maa! Mama! Liat aku dapet ranking berapa!"

Mama mengambil ponsel Sean dan mencari nama Sean di daftar itu.

Plak!

"Malu maluin, dapet apa kamu kalo cuma ranking lima doang? Hah?!"

Sean menundukkan kepalanya.

"Udah mama bilang dari awal. Kamu tuh nggak usah ikut olimpiade kayak gini. Liat tuh anak nya temen mama, dia dapet ranking satu. Mau diletakin dimana muka mama kalo temen mama liat nama kamu di peringkat lima?! DIMANA SEAN?!!" Mama mengguncang-guncang pundak Sean. Sementara Sean masih menundukkan kepalanya, ia menahan air matanya.

Mama membanting ponsel Sean dan pergi ke kamarnya.

Sean menangis sesenggukan sambil memungut ponselnya, "Aku udah berusaha, ma. Tolong hargai aku sedikit aja.." ucapnya.

Mahesa yang melihatnya dari kejauhan hanya bisa diam. Dia tidak bisa berpikir kenapa mama setega itu melakukan hal tersebut ke Sean. Cuma karena dia mirip papa dan cuma karena dia bodoh soal pelajaran.

Mahesa tau, Sean itu sebenarnya pintar, tapi nggak di asah aja. Buktinya dia bisa dapet ranking lima besar di olimpiade.

"Dek." Mahesa menghampiri Sean yang masih menangis sesenggukan.

Sean menoleh ke arah Mahesa, menatap mata kakak tercintanya itu sebentar dan pergi ke kamar meninggalkan Mahesa sendirian di ruang tengah.

Bukan apa-apa, Sean cuma pengen sendiri sekarang. Dia lagi nggak butuh seseorang.

.

Tok tok tok

"Dek, keluar dong, ini udah jam sembilan malam tapi kamu nggak keluar juga." Jayden mengetuk pintu kamar Sean.

Rasa khawatir Juan meningkat, "Bang Sean gapapa kan?"

"Dobrak aja gimana?" Kali ini Satria bersuara.

"Sean? Abang dobrak ya?" Ucap Jayden.

Ceklek

"Apasih dobrak dobrak, bang." Sean mengusap matanya, rambutnya terlihat berantakan. Sepertinya Sean ketiduran

"Udah jam sembilan ini, makan sana." Ucap Jayden.

"Males, aku capek bang, mau tidur, malam semuanya."

Sean menutup pintu kamarnya.

"Yaudah gak papa, biarin aja, jangan dipaksa." Ucap Mahesa. Kelima adiknya hanya mengangguk saja.

"Kalian ngapain di depan kamar dia?" Mama keluar dari kamarnya dan melihat ke enam anak kesayangannya berdiri di depan kamar Sean.

"Mama nggak bakal paham." Ucap Jayden, tatapannya terlihat malas menatap mama.

"Mama itu orang tua kalian, mama yang lebih paham." Ucap mama.

"Ya ya ya, mama lebih paham." Jayden pergi ke kamarnya.

Mama pergi ke meja makan dan membuka tudung saji yang ada di meja.

"Ini siapa yang belum makan?" Tanya mama saat melihat ada sisa satu ikan di meja.

"Sean ma. Biarin aja dia tidur, dia capek ma." Ucap Jaki.

Mama mendecak dan berjalan ke kamar Sean.

Bug bug bug!

"Buka pintunya!" Bentak mama.

Sean membuka pintu dan berdiri di depan mama, ia menatap mama dengan tatapan takut.

"Udah mama masakin kamu buat makan malam dan kamu seenaknya tidur? Kamu gak mau mama masakin lagi ya?"

"Nggak gitu, ma." Jawab Sean.

"Menjawab aja jadi anak, kenapa sih kamu nyusahin banget?! Kamu buat mama marah terus, kamu nggak pernah senengin mama kayak saudara-saudara mu yang lain."

"Aku ikut olimpiade buat senengin mama."

"Halah, percuma kamu ikut olimpiade! Bodoh tetep bodoh, gak akan bisa pintar, jadi gak usah ikut-ikut gituan, yang ada kamu maluin mama!"

Mama pergi ke kamarnya.

"Bang." Panggil Riki.

Tanpa menatap Riki, Sean langsung menutup pintu kamar dan menangis.

Lagi.

Kata Mama | Kim Sunooजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें