11. Rahasiain dari Mama, Ya?

680 96 1
                                    

Malamnya, setelah semua menyelesaikan makan malam, Juan menghampiri Sean yang sedang belajar di kamarnya.

"Bang." Panggil Juan, setelah itu ia menutup pintu dan mendekat ke Sean dan duduk di kasur.

"Kenapa dek?" Tanya Sean, ia meletakkan pensilnya karena tatapan Juan terlihat serius.

"Hmm..." Sebenarnya Juan masih bingung, ini harus ia bicarakan atau tidak.

"Kenapa? Ada masalah?" Sean berpindah tempat duduk ke sebelah Juan.

"Itu.."

"Abang jangan kasih tau mama ya?" Sean mengangkat alisnya, bingung, "Memangnya kenapa kalo mama tau?"

"Pokoknya jangan dikasih tau, Juan cuma kasih tau ini ke abang, kalo ke abang-abang yang lain, takutnya mereka marah sama Kiki."

"Kiki? Kenapa Kiki?"

"Juan liat Kiki merokok sama Jeandra di belakang les." Ucap Juan.

Sean terkejut bukan main, "Jeandra juga?!"

Juan mengangguk lemah.

Jeandra itu anaknya teman mama yang selalu mama bandingkan dengan Sean karena mereka seumuran.

"Kok bisa mereka berdua? Terus kok kamu tau itu Jeandra?" Masalahnya, mereka semua belum pernah bertemu dengan Jeandra, kecuali mas Jaki yang selalu mama bawa ke acara pertemuannya dengan teman-temannya karena mas Jaki paling pintar.

"Juan dikasih tau sama temen bang, Juan sama temen liat sama-sama."

Sean mengusap kepalanya, pusing. Ia yakin kalau Kiki diajak oleh Jeandra.

"Gimana ya kalo mama tau si Jeandra itu kaya gitu bang?"

Sean menggeleng tidak tahu, ia benar-benar tidak habis pikir. Hampir lemas mendengarnya, Riki itu dua tahun lebih muda dari Jeandra, bisa-bisanya Jeandra mengajak Riki.

"Abang mau liat ngga besok? Kayaknya besok mereka bakalan kaya gitu lagi."

Sean mengangguk, "Boleh."

"Oke, abang diem diem aja ya? Besok Juan suruh ke belakang les kalo misalnya mereka kaya gitu lagi."

"Oke deh, nanti chat abang ya, kamu tidur sana, capek kan belajar di les?" Ucap Sean sambil tersenyum manis.

Juan ikut tersenyum melihat senyuman Sean, ia mengangguk, "Abang kenapa ga ikut les sama kita?"

Sean terdiam sebentar, lalu tersenyum lagi, "Gapapa, mungkin biayanya mahal, lagian abang bisa belajar sendiri kok, atau nanti minta tolong sama mas Jaki."

"Ohh.. oke deh, abang jangan lupa tidur juga ya." Ucap Juan, setelah itu pergi keluar kamar.

Sean menghela napasnya, kemudian mematikan lampu untuk beristirahat.

Esoknya sepulang sekolah, Sean pulang ke rumah dan mengganti bajunya, setelah itu ia makan siang, mencuci piringnya, dan kembali ke kamar.

Kali ini, ia harus berbohong pada mama. Ia mengambil tasnya, dan mendatangi mama yang sedang berada di kamar.

Sean mengetuk pintu, lalu keluarlah mama.

"Kenapa?" Tanya mama.

"Ma, Sean mau kerjain tugas sama Jenan, boleh?"

"Siapa Jenan?" Mama bertanya lagi.

"Temen sekolah Sean ma." Jawab Sean.

"Yaudah."

"Sean pam-"

Brak!

Belum lagi Sean mencium tangan mama, mama sudah menutup pintunya. Mama memang sudah sering melakukan hal-hal seperti ini padanya, tapi rasanya selalu saja sakit. Tapi yasudah, sekarang yang terpenting, ia harus memastikan apakah benar Kiki merokok bersama Jeandra, anaknya teman mama yang selalu mama banggakan.

Untungnya, rumah Jenan dekat dengan les itu, Sean juga sudah memberitahu Jenan tadi saat di sekolah. Dengan senang hati Jenan mempersilahkan Sean datang ke rumahnya sambil menunggu kabar dari Juan.

Saat sudah menutup pintu rumah, sudah ada Jenan disana dengan motornya, "Ayo naik Sean!" Ucapnya.

Sean berlari ke arah Jenan, dan menaiki motor Jenan.

Sesampainya di rumah Jenan, Sean berjalan mengekori Jenan. Rumah Jenan termasuk besar untuk tiga anggota keluarga. Sesekali Sean melihat banyak foto Jenan bersama kedua orang tuanya, foto-foto itu terlihat sangat harmonis, membuat Sean sedikit iri melihatnya.

Akhirnya mereka sampai di kamar Jenan. Di lemari Jenan, ada beberapa foto Jovan disana, di meja Jenan juga ada foto Jovan. Sean tersenyum melihatnya.

"Gue kebawah dulu ya." Ucap Jenan, dibalas dengan anggukan Sean.

Tidak berapa lama, Jenan datang membawa minuman dan beberapa makanan ringan.

"Ga usah repot-repot Nan, gue kan cuma nunggu kabar Juan doang disini." Ucap Sean.

"Gapapa elah, lo kaya sama siapa aja." Ucap Jenan, "Nih dimakan dulu." Sambungnya.

Sean mengangguk, ia minum sebentar, jujur saja ia sangat gugup, daritadi ia hanya membuka chat dirinya dengan Juan, menunggu kabar dari Juan.

"Nanti lo kesana jalan kaki? Mending gue anterin." Ucap Jenan.

"Emang lo ga keberatan?"

Jenan menggeleng, "Engga sama sekali, gue mau bantuin lo." Ucapnya.

Mendengarnya, Sean tersenyum, "Yaudah deh boleh."

Akhirnya setelah beberapa menit mereka berbincang, muncul notifikasi dari Juan.

"Bang, mereka ke belakang les."

Jenan dan Sean langsung bergegas menuruni tangga. Jenan mengeluarkan motornya dengan cepat, menyalakannya, lalu mereka pergi ke tempat les tersebut.

Sesampainya di sana, sudah ada Juan yang menunggu kedatangan abangnya.

"Abang sama siapa?" Tanya Juan, Juan belum mengenal Jenan.

"Ini Jenan, temen abang, rumahnya deket sini, jadi abang tadi mampir ke rumahnya dulu.

"Kenalin, gue Jenan." Ucap Jenan mengulurkan tangannya sambil tersenyum.

Juan tersenyum dan menjabat tangan Jenan, "Aku Juan, adeknya bang Sean."

"Sini ikutin Juan bang."

Mereka melewati lorong kecil yang lumayan panjang. Saat sampai di ujung lorong, mereka mengintip dibalik tembok belakang les. Tepat di belakang gedung les, ada Kiki dan Jeandra sedang merokok disana. Sean seperti melihat orang yang berbeda. Kiki yang lucu dan sedikit jahil sekarang terlihat seperti anak nakal. Sean tidak suka melihatnya, apalagi melihat senyum puas dari Jeandra. Entah apa maksud si Jeandra untuk mengajak Kiki, padahal masih banyak murid di les ini.

Juan menepuk pundak Sean, dan berbisik, "Bang, udah ya? Udah mau bel." Raut wajahnya berbeda. Sepertinya Juan juga tidak tega melihat Kiki yang seperti itu jika dilihat dari raut wajahnya yang lemas.

Sean mengangguk dan meninggalkan tempat itu dengan langkah yang tidak bersemangat.

Haruskah ia beritahu ini kepada mama? Atau berikan nasehat kepada Kiki secara empat mata saja?

Kata Mama | Kim SunooWo Geschichten leben. Entdecke jetzt