06. Mirip Jovan

1.6K 306 23
                                    

"Bangun pemalas!" Mama melempar Sean dengan sendok sup.

Bagian kepala sendok tepat mengenai kepala Sean dan membuat Sean merasa sedikit sakit.

"Maaf Ma," ucap Sean.

Mama mengabaikan Sean dan pergi kembali ke dapur.

Abang-abang dan adik-adiknya masih belum bangun, hanya dia saja. Tapi tak apa, Sean mengambil yang positif nya saja. Semoga dia jadi terbiasa bangun lebih awal dan nanti tidak repot jika ada tugas yang belum ia selesaikan.

Setelah selesai mandi, ia memakai bajunya lalu pergi ke dapur.

"Ngapain? Ga ada makanan buat kamu."

"Nggak, ma. Sean cuma mau pamitan aja," ya, Sean sudah tahu Mama tidak memasakkan sarapan untuknya.

Hari ini ujian. Kata Mama, Sean tidak boleh membuang-buang waktu untuk makan, Sean harusnya belajar saja.

Ya, belajar.

"Sana pergi, kalo ranking kamu rendah, jangan harap kamu bisa masuk rumah."

Sean hanya tersenyum dan pergi untuk berangkat ke sekolahnya.

"Van, seandainya lo masih ada. Pasti sekarang kita udah saling cerita dapet sarapan apa, kalo sama-sama nggak dapet ya saling ketawain nasib," gumam Sean sambil berjalan ke sekolah.

"Bro."

Sean merasa dipanggil, dia menoleh ke belakang.

"Sendirian aja nih?" Tanya seorang anak laki-laki yang memanggilnya tadi.

Sean hanya mengangguk.

"Gue join ya?" Tanya nya lagi.

Sean kembali mengangguk.

"Aduh tapi maaf, lo bisu?"

Pertanyaan kali ini bukan dibalas dengan anggukan lagi, tapi pukulan kecil yang tidak terlalu sakit.

"Enak aja lo!" Ucap Sean.

Anak itu tertawa, "Ya habisnya lo ngangguk doang."

"Ya capek banget gue ngomong iya terus, mending ngangguk," ucap Sean.

"Iya, sih."

Sean melirik anak itu diam-diam. Seragam mereka sama, berarti mereka satu sekolah.

"Anak baru?" Tanya Sean.

Anak itu menggeleng, "Bukan. Pasti lo ga pernah liat gue ya? Gue baru sembuh."

Sean ber-oh, lalu kembali bertanya, "Kelas berapa?"

"IPA XI-3."

"Eh satu kelas, dong? Nama lu siapa?"

"Jenan," ucapnya sambil tersenyum.

Senyumannya membuat Sean ikut tersenyum. Senyuman Jenan itu manis banget, giginya rapi, mukanya juga tampan.

"Gue Sean."

Setelah beberapa lama saling tatap-tatapan, alis Sean berkerut.

Ia malah melihat seorang Jovan ada di dalam Jenan.

Sean menggeleng-gelengkan kepalanya, "nggak mungkin dia Jovan!"

"Eh, kenapa?" Tanya Jenan.

Sean menggeleng, "Ayo masuk, mau ujian nih," Ucapnya, Jenan hanya membalasnya dengan anggukan.

Tapi serius, Sean seperti melihat Jovan.

...

Jenan, temen barunya Sean

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Jenan, temen barunya Sean.

Tbc

Kata Mama | Kim SunooHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin