002. Awal yang Baru (2)

8.4K 1.4K 74
                                    

"Floor."

Rosa menoleh. Melihat Edeth yang tengah memetik bunga liar satu meter darinya. Ia tersenyum dan mengkoreksi ucapan anak itu, "Flower."

Edeth mengerutkan dahi. Balas menatap Rosa. Iris matanya yang berwarna merah, tampak berkilau ketika terkena sinar matahari, "Flour."

Wanita itu terkekeh. Jemari yang sedari tadi sibuk membuat flower crown terhenti. Memeriksanya sejenak dan memastikan bahwa mahkota itu sungguh telah selesai. Kemudian, membawanya menuju Edeth dan memakaikannya ke kepala kecil tersebut, "Flower," kali ini ia berujar lebih perlahan agar Edeth bisa membedakan antara kata tepung dan bunga.

"Ah!" Bibir itu tersenyum lebar, "Flower!"

"Ya!" balas Rosa tak kalah semangat. Kedua pipi putih itu ditangkup dengan sayang, "Smart baby."

Edeth terkekeh girang. Walau sesungguhnya, di dalam hati, ia tengah mengeluh dan berharap agar Rosa tak sadar bahwa itu adalah kekehan terpaksa.

Tubuh kecil itu Rosa angkat dan ia dudukkan di atas pangkuannya. Membenarkan letak mahkota di kepala tersebut dan tersenyum semakin lebar, "Our Omega is so smart, right?"

Si kecil itu tak tahu harus membalas apa. Merasa sebal tiba-tiba sebab sebutan Omega. Tapi, tetap ia coba untuk tutupi. Jadi, dia memutuskan untuk tertawa saja.

Rosa mengangguk, "So smart and so kind. Semua orang di desa juga sangat menyukai Our Little Ruby."

Sebenarnya, Edeth sedikit malu dengan sebutan 'Little Ruby'. Tapi, sudahlah. Karena memang warna matanya sangat mencolok dan menjadi ciri khasnya di desa ini. Tidak ada orang lain lagi yang memiliki mata beriris merah. Walau dulu ketika pertama kali muncul dia sempat dikira bangsa Vampire. Tapi, sekarang semua orang suka menatap matanya yang menurut mereka unik itu.

Kumpulan bunga yang sedari tadi ia petik, Edeth ulurkan. Lalu, mengambil salah satunya dan menyelipkan tangkai bunga tersebut di telinga si pengasuh. Edeth tersenyum puas, "Pretty Rosaline!"

Peluk hangat langsung diberi. Tuan Mudanya memang sangat menggemaskan. Kecil, mungil, serta manis minta digigit. Struktur wajah yang sangat mirip dengan Lady Callista, wanita yang ia layani sepenuh hati, membuat Rosa yakin ketika anak ini tumbuh, ia akan tampak sangat cantik. Walau warna rambut dan matanya benar-benar turun dari sang Master, tapi hal itu yang membuat ia bekali-kali lipat lebih menawan.

"Young Master," ia berbisik pelan.

"Yes?"

"Tolong jangan pernah lupa bahwa Lady Callista dan Master Uriel sangat mencintai Anda."

Edeth mengerjap. Ini kali pertama ia mendengar dua nama itu, tapi ia cukup paham siapa yang Rosa maksud kan. Kedua orang tuanya. Dahi mengerut. Ia mendesah sebal dalam hati. Apa keluarganya adalah keluarga yang taat? Kenapa nama yang diberi bersangkutan dengan Tuhan semua? Uriel yang berarti God is my light. Serta Edeth, God's chosen. Jika keluarganya sungguh-sungguh berisi orang yang taat agama, maka mungkin Edeth tidak akan cocok berada di dalam sana.

Dia tidak menyembah apapun.

Dia tahu Tuhan itu ada, tapi dia tidak menyembahnya.

Maka, akan lebih baik jika mereka tidak bertemu lagi.

Pelukan dilepas. Kedua mata mereka kembali saling menatap. Rosa tak memudarkan senyum, "Master akan segera menjemput kita. Menjemput Anda."

Rosa sebenarnya terbilang cukup jarang membicarakan tentang hal ini. Entah mungkin menurutnya, Edeth masih kecil dan tidak akan mengerti, atau karena Edeth sendiri tidak pernah menanyakan apa-apa mengenai siapa orang tuanya.

NEW LIFEWhere stories live. Discover now