Part 8

1.1K 58 1
                                    

🌷Kembali Pulang


Tangan melingkar di pinggang. Andre membalikan badan dan membalas pelukan mencari kehangatan dari dinginnya kota Bandung.

Andre pun terbuai. Ia semakin membenamkan tubuh mungil itu ke dalam rengkuhan, mengukung dengan tungkai panjangnya. Kecupan dilayangkan pada pucuk kepala yang menyentuh dagu. Andre pun tersentak, wangi yang asing menyeruak di indra penciuman. Reflek, dilepaskan pelukan dan mendorong tubuh itu hingga menjauh.

Dentuman di lantai dan rintihan perempuan membuat kesadaran Andre pulih seratus persen.

"Aduh."

Andre bangkit dari tidur, mencari sumber suara. Matanya menyipit mendapati perempuan dengan lingeire hitam tergolek di lantai. Kain tipis itu begitu menyolok, kontras dengan kulit putih bak kapas. Laki-laki itu segera memalingkan muka. Mulutnya komat-kamit. Berkali-kali melantun istighfar dengan suara nan lirih. Sungguh pemandangan di bawah sana membuat matanya sakit. Membalikan badan, Andre melemparkan selimut menutupi tubuh yang terpampang jelas di balik kain tipis itu.

"Apa yang kamu lakukan, Re? Kenapa ada di sini?" Andre mengajukan tanya. Suaranya datar dan dingin, menyimpan kemarahan yang meledak. Mata elangnya menatap tajam perempuan yang hanya menekuk wajah menekuri lantai bermotif kayu.

"Sakit, Ndre. Bantu aku bangun dari sini," Perempuan itu memberanikan diri. Meminta Andre dengan mengacungkan kedua tangannya.

"Silahkan bangun sendiri! Maaf, aku tak bisa membantu." Suara itu semakin dingin. Tak sedikit pun mengandung keramahan.


Bangkit dari ranjang. Andre berjalan menuju sofa dan mendudukan bokongnya di sana.

"Kamu berubah, Ndre."

Nada kecewa terdengar jelas dari mulut perempuan bernama Rere. Sungguh ia tak menyangka, sepuluh tahun tak bersua, beginilah sambutan yang di dapat dari lelaki masa lalunya.

"Keadaan yang membuatku berubah dan tentu saja, aku bukan Andre yang dulu. Pria yang mau dibodohi dan diperbudak cinta." Sarkas Andre.

"Maaf!"

Andre memalingkan wajah. Saat matanya menangkap perempuan itu berjalan tertatih. Mendekatinya yang duduk di sofa bersilang kaki. Andre tak perduli, melihat mata itu berkaca menyimpan kekecewaan yang begitu dalam.

Haluan Andre sudah berubah. Tatapan memuja yang dulu ia berikan berganti dengan amarah dan kebencian. Bahkan ia yang dulu tak mau ketinggalan bayangan Rere, merasa muak dan ingin sosok itu enyah dari hadapannya.

Wanita itu tergugu. Bahunya berguncang. Andre semakin acuh. Tak sedikitpun ada keinginan untuk meredakan tangis itu. Padahal dulu, tak sedikitpun ia membiarkan telaga itu berembun.

Andre mengedikkan bahu, saat kepala Rere bersandar di sana. Guratan kecewa semakin nyata. Tak acuh, dengan congkak dan pongahnya Andre bangkit dari duduk.


"Rapikan pakaianmu! Malam ini juga kita kembali ke Jakarta. Maaf, aku tak bisa melanjutkan perjalanan." Laki-laki itu terus mengayunkan langkah. Semakin abai dengan tangis yang terus tergugu. Diraihnya ransel yang tergeletak di lantai. Digantungkan di punggung, berjalan menuju pintu.

Istri yang TerbuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang