Anindya 15.3

8.5K 357 8
                                    

Sejak peristiwa Rere jatuh dari sepeda, sepasang anak manusia ini semakin dekat. Dunia Andre serasa berfariasi. Rere yang manja dan cerewet mampu mencairkan kebekuan Andre.

Lima tahun berlalu.

"Ndre, ayuk!"

Rere menarik Andre. Sedari tadi ia terus merajuk, kesal diacuhkan oleh remaja yang sedari tadi fokus dengan kanvas dan kuas di tangan.

"Bentar, Re." Tangan itu terus menari, menghasilkan perpaduan gambar dan warna.

Rere menghentakkan kaki, mulut mungilnya terus mengeluarkan suara gumaman. Pipi nan chubby semakin mengembung dengan bibir bak ikan mas koki.

Andre melirik sekilas, sebersit senyum terbit di bibirnya. Dengan tangan yang masih belepotan cat, ia mendekati Rere yang duduk di sofa. Bahunya menyenggol bahu Rere. Tak bergeming, gadis remaja berambut panjang itu tetap diam.

Gemas, Andre mengacak poni Rere yang menghasilkan teriakan dari gadis itu. Tak jua berhenti, ia malah mencekal kepala Rere dengan kedua tangannya. Semakin mengusel surai panjang nan hitam.

Tangan mungil itu memberikan perlawanan. Kepalannya memukul Andre bertubi-tubi. Tak ada jerit kesakitan, cekakan Andre membahana di ruangan itu.

Puas mengerjai Rere, Andre meraihnya ke pelukan. Mendekap mulut yang terus mengeluarkan dumelan.

"Iih, tanganmu kotor, Ndre." Rere semakin cemberut, sembari mengusap bibirnya menghapus jejak tangan Andre.

Pemuda itu hanya mengedikkan bahu, melenggang masuk ke kamarnya melalui pintu penghubung yang terdapat di studionya.

Tiga puluh menit berlalu. Remaja jangkung lima belas tahun itu menuruni satu persatu anak tangga. Tampak segar, mengenakan kaos putih oblong dengan celana selutut. Rambut hitamnya pun terlihat basah menguarkan aroma sampo.

"Udah?" tanya Rere, saat Andre mendaratkan bokongnya di samping gadis itu.

"Seperti yang kamu lihat. Aku cukup ganteng untuk menjadi guru prifatmu," sahut Andre dengan kepercayaan diri yang penuh.

Rere melirik malas.

Tak acuh dengan reaksi Rere. Andre duduk menggelosor di lantai. Meraih buku kumpulan soal ujian nasional. Dibukanya satu persatu lembaran buku tersebut.

Asyik bercengkrama dengan angka, Andre kembali mengacuhkan si gadis yang wajahnya semakin di tekuk.

"Ndre!" Rere merampas pulpen yang di pegang Andre lalu melemparnya ke atas meja.

Andre menautkan alisnya, memberikan ekspresi penuh tanya.


Istri yang TerbuangWhere stories live. Discover now