Anindya 14.3

8.9K 445 11
                                    

Dengan langkah gontai, Andre memasuki rumah masa kecilnya. Duduk di sofa panjang yang terdapat di ruang keluarga. Mata elangnya mengitari setiap sudut rumah. Bayang-bayang kehangatan masa lalu, terangkai jelas di ingatan.

Setiap hari, Andre kecil menunggu sang ayah pulang ke rumah. Deru mesin mobil menjadi alarm otomatis di tubuhnya. Saat suara itu menyambangi indra pendengaran, tubuh yang lelap pun segera berlari menyongsong rengkuhan.

Hari itu, lewat maghrib sang ayah tak kunjung pulang. Lelaki kecil mulai gelisah, merengeki sang bunda yang masih tersenyum simpul.

Dua lelaki berseragam berdiri di depan pintu. Entah apa yang mereka sampaikan. Tak lama, sang bunda pergi mengikuti mereka. Rengekan putra semata wayang tak dihiraukan. Hanya tangan Mbok Nah menuntun menuju kamar.

Lelah menangis, Andre tertidur dalam pelukan pengasuhnya.

Andre berlari menuruni tangga saat tak menemukan keberadaan sang ayah di kamar. Suasana lantai bawah yang ramai membuatnya bingung. Dari ujung tangga dia melihat sosok berbaring dikelilingi orang-orang berpakaian serba hitam.

Kaki kecilnya melangkah mendekati kerumunan. Andre menjerit riang, mendapati sang ayah yang tertidur. Perlahan dibangunkan, digoyang, dan diguncangnya tubuh itu. Dua orang yang tak dikenal mendekati Andre, mendekap dan memeluk erat. Ia berontak,  yang diinginkan hanyalah ayahnya bangun dan bermain bersama.

Ratih hanya diam. Air matanya mengalir semakin deras.

Andre semakin histeris saat orang-orang membungkus ayahnya dengan kain putih. Memasukan ke dalam kotak besi dan membawanya pergi bersama ambulance.

"Ndre."

Sesuatu menyentuh bahu Andre. Dihapusnya air mata yang menggenang.

"Mama."

Wanita paruh baya itu jatuh ke pelukan Andre. Tak ada kata yang terucap. Isakan dan derai air mata cukuplah mewakili suasana hati.

Andre merengkuh semakin dalam. mencoba memberi kekuatan pada  mamanya yang begitu rapuh.

"Maafkan mama, Ndre. Maaf!"

Begitu besar penyesalan yang mendera mamanya. Andre bisa merasakan itu.

"Mama tak mau kehilanganmu, jangan tinggalkan mama. Ampuni mama, Ampun ...."

Ucapan Ratih berhenti saat tubuhnya lunglai. Sigap Andre mengangkat dan membopong tubuh yang semakin kurus.

Hati-hati Andre membaringkan mamanya di ranjang. Memberikan pertolongan pertama agar sang ibu segera mendapatkan kesadaran.

Tangerang, 29 Mei 2020

Istri yang TerbuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang