Anindya 15.4

8.4K 364 7
                                    

Ketukan di lantai mengembalikan kesadaran Andre. Beberapa meter di depannya, Andre melihat sang mama yang berjalan tertatih mengunakan alat bantu berjalan. Kaki kiri Ratih yang mengalami keretakan, masih terbungkus gips. Sehingga mempersulit pergerakannya.

Segera Andre bangkit dari sofa mendekati mamanya. Tanpa bersuara, ia  mengangkat tubuh paruh baya itu. Reflek Ratih mengalungkan tangan di leher anak semata wayangnya.

Ratih menelisik wajah Andre nan datar. Bibirnya ditarik ke atas membentuk senyuman. Entah dorongan dari mana, salah satu tangannya mengusap kepala belakang Andre.

Tubuh tegap itu menegang. Mata elangnya menembus bola mata yang terlihat sayu. Namun wanita paruh baya tersebut mengalihkan pandangan.

Sesampai di kamar mandi, perlahan Andre mendudukan mamanya di closet. Membantu mendekatkan beberapa barang yang kira-kira dibutuhkan  Ratih saat di kamar mandi.

"Andre tunggu di luar. Kalau sudah selesai mama panggil aja."

Ucapan Andre melunak dan mulai bersahabat dengan keadaan.

Tiga puluh menit berlalu. Tak ada tanda-tanda Ratih memanggil Andre. Ia mendekatkan telinga di daun pintu, mencoba mengetahui keadaan di dalam sana. Sunyi tanpa adanya percikan air.

Andre berjalan mondar-mandir di depan pintu. Tak mau menunggu lama diputar handle pintu dan didorong hingga terbuka lebar. Kepala yang menunduk itu terangkat hingga mereka saling bertatapan. Andre tercenung melihat keadaan mamanya.  Duduk diam di closet dengan tubuh berbalut handuk putih. Tergesa Andre mendekat raut wajahnya menunjukan kekawatiran.

"Mama kenapa?" Dibingkainya wajah yang masih terlihat cantik diusia menjelang setengah abad.

Tak ada jawaban.

"Ma!" Kembali Andre menuntut jawaban.

"Tolong panggilkan Laras!"

"Untuk?"

"Mama butuh dia."

"Ada Andre. Sekarang Andre yang akan bantu Mama."

Andre langsung menyambar tubuh Ratih, mengangkatnya keluar dari kamar mandi.

"Andre, turunkan mama!" Ratih menaikan nada suaranya.

Tak mengindahkan perintah Ratih, Andre terus membopong tubuh mamanya dan didudukan di pinggir ranjang.

Andre berjalan menuju lemari besar. Mencari satu set lengkap pakaian yang akan dikenakan mamanya. Setelah menemukan, ia langsung meletakkan di samping sang mama. Lalu melangkah ke pintu dan berlalu dari kamar.

Andre berpapasan dengan Laras. Wanita muda berseragam putih-putih dengan hijab lebar itu berjalan sembari menundukan kepala.

"Setelah rapi, saya tunggu mama di meja makan!" Tanpa basa-basi Andre memberikan perintah pada Laras.

"Baik pak." Laras menjawab pelan tanpa menatap Andre.



Istri yang TerbuangWhere stories live. Discover now