18

1.1K 91 1
                                    

Hijab kabul telah telah diucapkan, itu tandanya status Raya sudah berubah. Didampingi Fina dan Fani, Raya mulai memasuki ruang resepsi. Banyak mata yang kagum akan kecantikan Raya hari ini. Seakan-akan berubah 180°. Sangat cantik.

Fajri menyambut nya dengan suka cita. Raya mencium tangan Fajri untuk yang pertama kalinya. Kini bukan hanya Abi dan kakak-kakaknya yang harus ia hormati, namun sekarang suaminya juga harus ia hormati.

"Sekarang lo istri gua, jadi nurut sama apa yang gua ucapin," bisik Fajri.

"Tergantung,"

*:..。o○ ○o。..:*

Acara resepsi telah usai. Fajri dan Raya tengah berada dikamar Raya. Untuk sementara mereka tinggal disini. Seminggu dirumah Raya, seminggu dirumah Fajri. Sisanya mereka akan tinggal di rumah mereka sendiri hadiah dari orang tua mereka.

"Kamar lo nyaman, pantesan doyan rebahan,"

"Ga berubah, masih sama seperti dulu,"

"Iyain aja dah,"

Dua pemuda dengan seragam putih abu-abu nya memasuki sebuah kamar milik Raya. Mereka adalah Fenly dan Fajri, dua orang tersebut akan pergi menjenguk Raya, namun sebelum nya, Fenly akan mengambil boneka kesayangan adiknya itu.

"Kamarnya nyaman ya Fen,"

"Iya, ini gua yang desain sendiri, supaya adik gua mau pulang, nyatanya engga,"

"Sabar, gua yakin suatu saat jodoh gua itu bakal nempatin kamar ini,"

"Bacot lo, Ji!"

"Malah ngelamun!" ucapan Raya membuyarkan lamunannya, saat itu pertama kalinya memasuki kamar ini.

"Btw tadi siapanya Fenly? Lo ngundang dia?"

"Bang Fen yang ngundang, dia Hanum. Cewe inceran kayaknya,"

"Incaran? Bukannya lagi nunggu Kaila?"

"Kamar mandi dimana? Gerah nih," ucap Fajri mencoba menghilangkan overthinking nya terhadap Fenly.

"Tuh," Raya menunjuk kearah pintu putih dengan stiker doraemon di sana.

Raya sudah siap dengan baju santainya. Ia akan membantu memasak untuk makan malam. Tadi Raya milih mandi duluan, sebelum Fajri masuk kamarnya. Ga tau kenapa, pengen aja gitu.

"Bang Fen mana, Mi?"

"Nganterin Hanum sama Anis,"

"Gimana Mi? Cocok ga sama Hanum?"

"Kalau abangmu mau ya Umi cocok cocok aja," kekeh sangat Umi.

"Masalah nya Hanum mau ga? Kan Bang Fen kayak gitu orang nya. Udah ngeselin, nyebelin, keras kepala pula,"

"Pantesan telinga gua panas, lagi dighibahin ternyata,"

"Gua ga ghibah, gue bicara faktanya. Pepet bang, Raya dukung kok,"

"Bocil diem deh,"

"Yang bocil siapa ya?"

"Raya Fenly!"

"Umi cantik, Fenly keatas dulu,"

Fenly memilih meninggalkan area dapur. Daripada kena omel uminya, lebih baik ngobrol sama rival yang berubah menjadi adik ipar nya. Mau ga mau ia harus terima itu.

"Liat Raya ga, Fen?"

"Di dapur, gua minta tolong bisa?"

"Apa?" ucap Fajri sambil memakan cemilan dan duduk disofa yang ada didepan kamar. Jadi didepan kamar tuh ada kek ruang keluarga gitu.

"Bantu jaga Raya, gue ga mau sampe ada luka seujung kuku  dibadan adik gua. Kalau itu terjadi, siap-siap aja deh,"

"Lo pikir, gua bakal biarin Raya terluka? Tenang Fen, itu ga akan terjadi. Gua beneran sayang sama adik lo. Lo tau kan, gua udah suka sama Raya dari dia masih polos?"

"Gua pegang omongan lo,"

Makan malam telah siap. Namun dua pemuda belum juga kelihatan batang hidung nya.

"Ray, panggil suami sama abang kamu,"

"Iya, Mi,"

"Pajri Penly!" teriak Raya di sela-sela langkahnya. Umi hanya bisa geleng kepala melihat kelakuan putri bungsu nya.

"Pajri Penly, makan malem udah siap."

"Pajri pajri, manggil yang sopan ngapa. Sayang kek, apa kek," ketus Fajri tanpa mengalihkan pandangannya dari layar TV. Mereka sedang bermain play station.

"Nama gua Fenly bukan Penly,"

"Satu!" Fenly langsung mematikan play station.

"Eh apa-apaan nih?"

"Lo mau diamuk Raya?"

"Dua!"

Fajri berdecak kesal. Namun akhirnya ngekor juga. Fajri merangkul Raya saat melewati gadis itu. Ntah ada bisikan dari mana, Fenly menoleh kebelakang. Ia berdecak melihat dua sejoli dibelakangnya.

"Nyesel gue nengok," gumamnya.

*:..。o○ ○o。..:*

Waktu menunjukkan pukul 22:10. Namun Raya dan Fajri belum juga memejamkan matanya. Mereka sama-sama tak tau harus melakukan apa, tak ada topik yang menurut mereka menarik untuk dibahas.

"Lo punya pacar?" kalimat tersebut spontan keluar dari mulut Raya setelah sekian lama sunyi.

"Kenapa nanya gitu?"

"Salah? Maaf,"

"Ga papa kali, gue ga punya pacar. Pengagum mungkin ada,"

"Silvi?"

"Bukan siapa-siapa, dia cuma masa lalu gue, dan lo masa depan gue," ucap Fajri diikuti senyuman manis.

"Udah ga usah mikir ini itu tidur gih,"

"Belum ngantuk, lo mau nemenin gue bergadang ga?"

"Boleh, btw gue ada permintaan boleh?"

"Apa?"

"....













Kira-kira minta apa ya?

Sstt diem oke ~ Fajri

👌

Jangan lupa votmen nya ya!!

Nb : Jangan jadi silent readers ya. Hargai penulis/author dengan memberi votmen dan jika tidak suka dengan alurnya bisa pergi, boleh memberi masukan asal tidak menghina, paham?

Badboy My Husband : End✅ Donde viven las historias. Descúbrelo ahora