38

922 91 8
                                    

Waktu terus berlalu. Tak terasa, satu bulan lagi hari graduate Fajri. Namun, beberapa hari ini Raya jatuh sakit. Setiap pagi, perutnya terasa mual dan hanya ingin makan yang manis-manis. Mood Raya juga berubah-ubah setiap saat. Kadang marah-marah ga jelas, manja, dan terkadang ga mau dideketin Fajri, jangankan dideketin, satu ruangan aja kadang ga mau.

Seperti saat ini, Fajri sedang mencoba membujuk Raya agar mengizinkan dirinya diperbolehkan masuk kamar.

"Yang, aku bawa martabak manis loh, rasa coklat pula, ga mau nih?"

"Ga usah masuk! Udah sono jalan sama cewe tadi!" ketus Raya. Padahal yang Fajri bonceng adalah sepupunya.

"Mampus," ucap Fenly sambil memasuki kamarnya.

"Ya udah, aku pergi lagi ya," Fajri berharap Raya akan keluar dan stop ngambek. Ayolah, dia lumayan lelah mencari tau yang bisa melelehkan Raya. Nanya Fenly? Boro-boro dijawab, belum nanya aja udah ditolak dulu.

"Ga boleh," ucap Raya sambil menarik ujung jaket Fajri. Terlihat seperti seorang anak merengek pada ayahnya.

"Katanya ga boleh masuk," ucap Fajri.

"Tapi jangan pergi lagi, ga mau sendirian lagi," rengek nya.

"Ya udah, yuk masuk, kita makan martabak," ajak Fajri. Raya hanya mengangguk dan menarik lengan Fajri untuk masuk kamar.

"Ya Tuhan, percepat waktu 1 bulan, hamba ingin segera menikah, cape liat mereka kayak gitu," ucap seseorang yang tengah meratapi nasibnya.

*:..。o○ ○o。..:*

Brakk

Seorang lelaki parubaya menggebrak meja saat wanita didepannya meminta keadilan. Ia ingin anaknya bersama nya, setelah sekian lama ia tak bersama anaknya.

"Keadilan apalagi hah?!"

"Mas, Raya itu anakku bukan anak Alma," tegas Lina.

"Anak? Sejak kapan Raya jadi anakmu? Alma yang merawatnya dari bayi sampai menjadi wanita seperti saat ini. Apa pernah kamu berpikir, bagaimana Raya nantinya? Bagaimana kehidupan anak yang kamu buang itu hah?! Masih pantaskah kamu disebut seorang ibu?"

"Tapi-"

"Tapi apa? Kamu ga akan dapat warisan? Semurah itukah Raya dimata kamu? Seberharga itukah harta kamu? Kalau begitu adanya, kenapa kamu ga bunuh Raya sebelum dia lahir?"

"Aku ga mungkin sebodoh itu, aku sayang anak kita," ucap Lina dengan nada yang bergetar.

"Terus, hal yang kamu lakukan terhadap Raya hari itu ga bodoh Lin? Sangat bodoh! Kamu ga peduli saat itu Raya menangis kelaparan, kamu ga peduli sama kebersihan tempat yang kamu gunakan untuk membuang Raya," tegas Fariz. Raya ditemukan disekitar tempat sampah didepan kantornya.

"Sekarang, bagaimana rasanya diacuhkan oleh anak sendiri? Bagaimana rasanya, melihat Raya sangat menyanyangi Alma? "

Lina segera pergi dari hadapan Fariz, percuma juga meminta pertolongan lelaki itu. Tidak akan membuahkan hasil sedikit pun.

*:..。o○ ○o。..:*

Fajri tersenyum sambil meneteskan air matanya, atas apa yang Raya tunjukkan padanya. Ini yang ia harapkan, ini yang ia inginkan.

"Makasih ya," Fajri kembali memeluk Raya, ia amat bahagia atas apa yang ia dapatkan.

"Aku janji, aku akan jaga kalian, aku ga akan tawuran, balapan dan sejenisnya. Aku ga mau kalian kenapa-napa," ucap Fajri sambil mengelus perut Raya.

"Ga percaya," ucap Raya.

"Ya kalau khilaf, ga tau deh," kekeh Fajri.

"Yang lain udah tau?" Raya menggeleng. Ia baru saja membeli alat itu tadi pagi dan beberapa saat yang lalu ia gunakan.

"Kita kasih tau nanti aja, pas makan malam," usul Raya. Karena malam ini Ricky beserta anak istrinya akan berkunjung, saat itu pula keluarga Raya berkumpul.

"Ya udah, aku post di instagram ya," Raya mengangguk pelan.

Maulana_fajri

(1 pict)

👤raych

Alhamdulillah😇

Beberapa saat setelah Fajri mengunggah hasil test kehamilan Raya, Fenly masuk kamar Raya tanpa permisi.

"Bener-bener setan lo," ketus Fajri.

"Ray, kamu beneran hamil?" tanya Fenly tanpa memperdulikan ucapan Fajri.

"Iya," jawab Raya singkat.

"Sama siapa?" datar Fenly. Mohon maaf, kayaknya Fenly lupa kalau adiknya sudah menikah.

"Fen, lo amnesia?"

"Lah, lo ngapain disini? Oh lo yang udah buat ade gue hamil?!" masih dengan wajah datarnya.

"Iya," jawab Fajri santai, lah memang benar kan?

"Kurang ajar lo," Fenly hendak melayangkan tinjuannya, namun berhasil dicegah Raya.

"Abang apa-apaan sih, kejedot dimana coba, Raya sama Kak Fajri kan udah nikah," ketus Raya. Fenly menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ia benar-benar lupa kalau adiknya sudah bersuami. Ia terlampau panik saat melihat postingan Fajri. Ia juga bingung kenapa ia panik.

"Makanya nikah, eh jangan, ntar lo lupa udah punya bini," ucap Fajri dengan watados, ia malah berbaring dipangkuan Raya.

"Ya maaf, congrats deh, semoga anak kamu ga kayak bapaknya ya," ucap Fenly.

"Dan jangan kayak uncle nya, ganteng doang tapi pelupa," jawab Fajri tanpa memandang Fenly. Ia fokus dengan perut Raya.

"Ji, damai aja yuk, gue ga mau ponakan gue kayak kita," kini Fenly bersandar di meja rias.

"Boleh, gue juga berharap anak gue ga kurang aja kayak kita."

"Alhamdulillah pada nyadar, inget kakak udah mau jadi ayah, Bang Fen juga udah mau punya dua ponakan, ubahlah sifatnya, jangan sampe El sama baby RF ngikutin jalan kalian," Fenly dan Fajri hanya tersenyum menanggapi ucapan Raya.

"RF?"

"Raya Fajri, ga peka lo," jawab Fajri.

"Ya mana gue tau," baru juga dibilangin.

"BARU JUGA DINASEHATIN!" Fenly dan Fajri terlonjak kaget, bahkan Fajri bangun dari tidurnya. Akhir-akhir ini Raya jarang ngegas.

"Sakit telinga aku yang," adu Fajri.












Baby RF on the way nih🎉
Cie yang pada nungguin baby RF, sabar ya, masih lama nih brojol nya, eh lahiran maksud nya.
Jangan lupa vote ✨

Badboy My Husband : End✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang