#chapter 39

322 17 0
                                    

Keesokan harinya keadaan sudah mulai membaik, baik bunda dan juga satria tak ingin larut dalam rasa sedih dan kecewa. Mereka juga memutuskan akan pindah ke Jakarta dalam jangka waktu dekat dikarenakan dengan ujian yang sebentar lagi satria jalani sang bunda memilih untuk sementara menetap di bandung sampai urusan anak-anaknya selesai.

“ze, udah panggil abang belum?”

Zevanya turut membantu bunda angkatnya untuk menata masakannya di meja makan.

“tadi aku udah ke kamar kak satria, tapi dia belum bukain pintu.” Katanya.

“bunda coba panggil ya?”

Selepas kepergian sang bunda, zevanya masih menatap punggung yang selama ini banyak menyimpan rasa, kejadian kemarin sudah membuat  gadis itu mengerti dengan keadaan sang bunda yang begitu rapuh. Di satu sisi, rasa bahagia yang tiada tara zevanya rasakan saat ibu kandung dari kakak kelasnya itu malah mengangkatnya sebagai anak. Gadis itu masih sedikit tidak menyangka bahwa hal ini akan terjadi secara tiba-tiba.

“bengong aja lo!” seru seseorang yang tengah berdiri di sebelahnya.

Mata zevanya terpaku karena melihat tampilan yang beda dari satria hari ini.

Tanpa canggung satria bertanya dengan adik barunya itu, “rambut gue bagus gak?”

Mulut gadis itu sedikit terbuka hingga tak sadar jika laki-laki di hadapannya sedang menunggu jawaban darinya.

“ze?”

“b —bagus, bagus. Bagus kok kak! Eh bang.. eh..”

Satria tertawa kecil saat mendengar nada gugup keluar dari mulut gadis manis di hadapannya.

“panggil abang aja?” saran satria.

Zevanya mengangguk canggung, sedikit ada rasa malu untuk membaur dengan keluarga barunya.

“ze? Ayo duduk!” bunda menyadarkannya dari lamunan.

“iya bun.”

Satria berangkat sama siapa tuh?

Cewek barunya ya?

Ihh! Itukan dekel kelas 11

Satu ekskul sama satria juga kan?!

Mereka cocok!

Kali ini gue ship mereka sih, pasti!

Dih, gue sih #timsatriarenata kemana-mana!

Halah! Satria aja cintanya bertepuk sebelah tangan, lah ini udah maen gebet orang baru aja!

“sialan yang terakhir, ngomongin gue cintanya bertepuk sebelah tangan.” Gumam lelaki itu dalam hati.

Dengan santai satria mengantarkan adiknya ke depan kelas, “belajar yang bener ya?” lelaki itu menjulurkan kepalan tangannya di depan wajah zevanya.

“awas ketonjok ih!” gerutu gadis itu, tapi tak ayal ia ikut membalas tos-an satria.

“gue balik ke kelas ya?”

Zevanya mengangguk, mempersilahkan. “iya, sok.”

Mood satria sedang membaik hari ini, tidak lagi tertutup awan hitam berkabut seperti biasanya.

“widih! Rambut gondrong nya mana nih?!” sambut raja di depan kelas.

“ah, rese lo! Minggir minggir!” satria menggerakkan badannya ke kanan juga kiri demi menyelamatkan dirinya dari pertanyaan tak bermutu raja.

“sat, lo bareng zevanya?” dimas bertanya seraya menaruh tasnya di sebelah bangku satria. Lelaki itu baru saja datang.

“lo kenal?” tanya balik satria.

Dimas mengedikkan bahunya, “tadi denger di koridor pada nyebut adik kelas yang namanya zevanya, trus ada yang bilang kalian berdua berangkat bareng?”

Satria mengacuhkan omongan dimas ia memilih berkutat dengan ponselnya.

“anying, di garingin!” cibir dimas.

Raja datang merangkul bahu dimas, “sabar, sikapnya masih dingin kalau pagi-pagi.”

“emang dia tiap hari gitu kali.” Dimas menggerakan bola matanya jengah.

“selamat pagi, mimi.” Sapa raja dengan senyuman manisnya.

Yang di sapa membalikan badannya,”eh, raja. Selamat pagi juga..” balasnya dengan senyum malu-malunya.

“jiakh, lo sama si mimi sekarang?” dimas tergelak.

“masih pdkt.” Balas raja tanpa tau keadaan sekitar yang sudah mulai ricuh mendengar balasan lelaki itu.

Kedua teman mimi berseru pada gadis yang baru saja berbalas sapa dengan raja.

“mimi, kok lo gak ngasih tau gue kalau lo deket sama raja?!” tanya salah satu dari keduanya.

Mimi menatap wajah reva, “buat apa? Emang penting buat lo?”

Raja yang mendengar itu langsung melotot tak percaya.

“si mimi tuh?!” dimas ikut terkejut.

“dia lagi marahan sama reva, soalnya reva diem-diem suka sama lo, ja.” Beritahu salah satu teman gadis itu yang diketahui bernama caca.

“lah?” raja di buat bingung.

“emang lo gak ngerasa kalau reva suka caper sama lo?” tanya kembali caca.

Raja menggelengkan kepalanya, ia memang merasakan bahwa reva sedikit banyak bertingkah jika di hadapannya tapi ia juga tak pernah menebak bahwa gadis itu menyukainya.

“nah gini nih, orang-orang yang harus di musnahkan,” haikal ikut menimbrung perbincangan mereka.

“orang yang gak peka, jangan mau mi sama si raja!” lanjut lelaki berambut keriting itu.

Raja menginjak sepatu milik haikal,
“sinting! Jangan gitu, bego.”

“emosi dia.” Kekeh dimas.

Satria sedikit mengintip dari arah belakang untuk melihat apa yang membuat suasana kelas ini menjadi ramai.

“lo kan tau gue suka sama raja?” reva berucap dengan alis yang menyatu.

“gue mana tahu kalau lo suka sama raja, Lagian lo aja gak pernah cerita ke gue kalau lo suka sama raja!” balas mimi

“kenapa jadi ributin si raja sih?” dimas berseru kesal.

“tau, gue kan jadi gimana gitu kalau kalian rebutin gue.” Raja menyugar rambutnya kebelakang.

“dih, najis! Udah deh mi lo ambil aja tuh orang, gue jadi ilfeel!” putus reva lalu melenggang pergi keluar dari kelas tanpa berucap apapun lagi.

Raja, dimas dan juga yang lainnya membuka mulutnya, tercengang.

“oh baguslah, gue jadi gak ada saingan lagi.” Ucap mimi dengan angkuhnya, tangannya di buat terlipat di depan dada.

Raja berjalan mendekati mimi, lalu merangkul bahunya. “nah, ini yang gue cari bray!” ia menunjuk mimi yang ada di rangkulannya, berusaha pamer kepada teman yang lain.

“ah, bubar-bubar! Pertunjukkannya selesai!” seru haikal pada semua teman sekelas yang menonton perdebatan tadi.

***

I LOVE YOU MRS. RENATA [COMPLETED]Where stories live. Discover now