#17. S I K A P A N E H A L I

2.3K 266 24
                                    


"Aku harus antar Prilly pulang Bunda."

"Kenapa sih kamu masih ngotot ngebiarin Prilly diam di rumah sendiri? Prilly lagi hamil muda loh, Li. Bunda khawatir kalau Prilly tinggal sendirian."

Prilly hanya memperhatikan ibu dan anak yang sedang berdebat tentang dirinya. Tidak hanya mereka bertiga disana, Nessa pun ikut mendengarkan perdebatan itu.

"Mas Ali benar Bunda, besok kan waktunya Mas Ali sama Nessa." Nessa ikut menimpali ucapan mertuanya.

"Nessa kamu gak mengerti. Prilly itu sedang hamil dan dia butuh perhatian, setidaknya suaminya. Sedangkan kamu disini ada banyak orang, suster Diana juga selalu ikut merawat kamu. Tolong jangan egois." Entah sengaja atau tidak Renata berkata seperti itu, tapi hal itu membuat Nessa sakit hati.

Prilly yang melihat itu dengan cepat mengusap bahu Nessa menyalurkan kekuatannya. Nessa hanya diam tanpa menoleh.

"Bunda tolong jangan seperti itu sama Nessa. Kasian dia lagi sakit, Nessa juga istri Ali." Ujar Ali membela Nessa.

"Bunda tahu dia istri kamu, tapi Prilly juga istri kamu! Dia sedang mengandung anak kamu, darah daging kamu dan keturunan pertama kamu 'kan? Prilly butuh lebih banyak perhatian." Ucapan Bunda membuat Ali terdiam, selama satu tahun lamanya mendamba seorang anak dari rahim sang istri namun tak jua ada.

Prilly mendekati Renata dan memeluknya dari samping. "Bunda percaya sama Prilly kan?" Bunda Renata mengangguk dan menoleh ke arah Prilly.

"Kalau Bunda percaya sama Prilly, Prilly bakalan sehat terus Bunda. Prilly sendiri juga gak apa-apa. Bunda yang ajarin kan kalau Prilly gak boleh tergantung sama orang lain. Bunda gak usah khawatir ya?" Dengan lembut Prilly menjelaskannya membuat Bunda Renata berpikir sebentar.

"Oke! Tapi Bunda mau ada pembantu yang nemenin kamu disana. Dan Bunda bakalan nengokin kamu setiap hari." Perintah Renata tak mau dibantah.

"Siap Bunda." Prilly mencium pipi Renata dan Renata memeluk Prilly dengan senang.

Sedangkan Nessa yang melihat hal itu merasa hatinya sakit, akhirnya dia beranjak dan pergi meninggalkan ruang tamu.

Nessa menangis dan menjatuhkan tubuhnya di ranjang. Rasanya begitu sakit ketika melihat Bunda Renata sebahagia itu. Namun dia marah karena bukan dirinya yang berada di posisi Prilly.

Nessa mendudukkan tubuhnya ketika mendengar suara pintu kamarnya tertutup. Di sana ada Ali yang baru saja masuk dan berdiri tepat di hadapannya.

"Kamu kenapa? Sakit hati mendengar perkataan Bunda?" Tanya Ali membuat Nessa mengangguk.

"Aku cuman mau di perhatikan juga, kenapa sih aku merasa kalau aku dan Prilly itu di bedain di rumah ini?"

Ali menghela nafasnya, "bisa gak kamu gak negatif thinking sama keluarga aku? Kurang apa aku selama ini sama kamu Nes. Kamu diperlakukan seperti ratu di rumah ini. Kamu gak perlu bantuin Bunda dan kamu juga gak perlu urus keperluan aku. Lalu dimana letak kesalahan kami?" Ali meluapkan kekesalannya kepada Nessa.

Nessa menghapus air matanya dan berdiri di hadapan Ali dengan jari telunjuk yang menunjuk dada Ali.

"Kamu gak ngerti perasaan aku! Semua orang gak pernah ngerti!"

"Kita gak ngerti karena kamu gak pernah bilang! Dan kamu juga gak pernah ngertiin suami kamu sendiri!" Bentak Ali membuat Nessa menganga.

"Ternyata ini sifat asli kamu Mas? Kamu itu kelihatan lembut ternyata kamu begitu kasar walaupun sama istri kamu sendiri."

Ali meraup wajahnya, "aku capek Nes. Aku capek berdebat sama kamu terus. Apa mungkin ini jalan untuk kita berpisah?"

Nessa memegang lengan Ali dan menggeleng- gelengkan kepalanya tidak mau. "Ngelantur kamu Mas! Kita gak akan pernah pisah. Oh aku tahu alasan kamu ingin pisah sama aku, itu karena wanita gatel itu kan?" Murka Nessa menyebut Prilly sebagai wanita gatal.

After WeddingWhere stories live. Discover now