#34. G A R A - G A R A R U J A K

2K 217 5
                                    


Polisi tidak bisa membawa Nessa ke kantor polisi karena Nessa dalam keadaan tidak sadar karena sakitnya. Hal itu tentunya membuat Ali tidak terima namun akhirnya polisi menyarankan agar Nessa di bawa ke rumah sakit jiwa saja.

Lagi-lagi Gina tidak menerimanya dan memilih membiarkan Nessa tinggal di villa saja dengan di awasi perawat. Akhirnya pihak keluarga lainnya setuju.

Gina tahu jika Nessa tidak gangguan jiwa, dia hanya butuh ketenangan karena merasa stres akhir-akhir ini.

"Ma, Nessa gimana?" Tanya Prilly ketika Gina baru masuk ke ruang inapnya.

Gina tersenyum seraya mendekati putrinya. "Kamu jangan khawatir, besok Mama bakalan bawa Nessa buat nenangin diri sementara waktu ini. Dia cuman butuh istirahat sejenak."

Prilly menghela nafasnya lalu tersenyum kecil, "semoga Nessa cepat membaik. Maafin aku, Ma."

Gina mengernyitkan dahinya, "kenapa kamu minta maaf?"

"Aku pikir semua ini karena aku. Andai aja dari awal Nessa gak tau kalau aku saudara angkatnya, pasti dia gak bakalan pernah merasa iri dan ngelakuin hal semacam ini." Jelas Prilly membuat Gina menggeleng diikuti air mata yang menetes.

"Enggak sayang, kamu gak salah. Kalau semua nya terjadi seperti apa yang kamu katakan. Mungkin Mama gak bakalan ketemu sama kamu, anak kandung Mama."

Karena hormonnya yang tidak stabil, Prilly terbawa perasaan sehingga ikut menangis membuat Gina mengusap pipi putrinya.

"Gak usah nangis ya? Kita berdoa bareng-bareng, supaya Nessa cepat sadar dan dia bakalan baik-baik aja."

Prilly mengangguk lalu memeluk Gina dengan senang.

"Kapan-kapan ceritain tentang aku waktu kecil ya Ma. Aku pengen tahu, siapa tahu nanti anakku sama kayak aku waktu kecil." Ucap Prilly seraya melepas pelukannya.

"Iya sayang."

Ibu dan anak itu melanjutkan cerita mereka tanpa sedih lagi. Gina harus memberikan vibes positif kepada Prilly agar janin Prilly baik-baik saja dan tetap sehat keduanya. Apalagi kandungan Prilly masih rentan, karena umurnya yang masih trisemester awal.

***

Prilly mengerjabkan matanya ketika mendengar lantunan ayat suci al-quran. Matanya menelisik ruang inapnya, dia dapat melihat suaminya yang sedang duduk di atas sajadah dengan al-quran di tangannya tak lupa lelaki itu memakai baju kokoh dengan peci.

Prilly bergerak mendudukkan tubuhnya perlahan karena lukanya yang masih belum kering membuat dirinya sedikit kesakitan, kerena pergerakannya itu membuat tempat tidurnya bergerak dan berbunyi. Bertepatan dengan itu Ali menghentikan membaca al-quran nya dan menoleh menatap istrinya yang mencoba duduk.

Ali menutup al-qurannya dan menyimpannya di atas nakas lalu menghampiri Prilly dan membantunya duduk.

"Kenapa? Kamu butuh sesuatu."

Prilly menggeleng kecil, "aku denger Mas Ali  baca Al-quran, suara Mas Ali merdu banget. Jarang-jarang kan aku denger suara Mas Ali kayak gini? Ini tuh limited edition."

Ali terkekeh lalu mengusap rambut Prilly dengan lembut.

"Bisa aja kamu. Tidur lagi yuk, ini masih malem loh." Ali memperlihatkan jam tangannya yang menunjukkan pukul 2 pagi.

"Mas Ali kok jaga aku disini?"

"Kalau bukan aku, siapa lagi?"

"Mas Ali kan besok masuk kerja."

Prilly tahu Ali datang menjaganya setelah selesai bekerja. Prilly hanya merasa kasihan karena suaminya itu sudah kelelahan ditambah harus menjaga dirinya.

After WeddingWhere stories live. Discover now