7

60 12 6
                                    

"Terima kasih banyak", ucap Viona pada Gerald.

Gerald menatap gadis ini dengan datar. Dia tahu gadis ini, satu-satunya penerima beasiswa di sekolah tempatnya belajar. Gadis yang sejak awal kemunculannya sudah menjadi primadona guru-guru di sekolah. Gadis cerdas, tidak banyak tingkah, selalu sopan dan cantik. Sempurna kah? Ck, yang benar saja. Di matanya gadis ini tipe membosankan. Meski penampilan sederhana gadis ini berhasil menarik perhatiannya sejak awal melihatnya, tetap saja VIBE'S teladan yang melekat pada gadis ini bertentangan dengan dirinya yang berandalan.

Malam sangat larut saat dia menyelesaikan urusannya mencari pelacur, dia hampir sampai di jalan tempat pelacur itu ketika gadis ini berjalan sendirian dengan keadaan yang menyedihkan. Kepala yang menunduk lesuh, baju yang kotor dan wajah yang penuh lebam serta tangan dan kaki yang seperti bekas cambukan.

Dia memang kerab kali melihat gadis ini seperti habis di pukuli. Saat di sekolah, gadis ini beberapa kali pernah tertangkap basah olehnya meringis sakit sambil memegang anggota tubuhnya. Dan berdasarkan pengalaman hidupnya, dia tahu gadis ini pasti mendapat kekerasan. Entah dari siapa.

Disituasi biasa dia hanya mengabaikan eksistensi gadis ini, namun lain ceritanya kali ini. Di jalan yang gelap ini, hanya dirinya dan gadis ini. Dia yang berada dalam amukan besar karena masalah di rumahnya bertemu gadis ini yang habis dianiaya. Menyedihkan sekali dirinya.

Dengan keadaan memar di seluruh tubuhnya dan niatan hati untuk menyentuh pelacur, dia bertemu dengan orang yang mengisi hatinya 2 tahun ini. Dia brengsek dan tidak mau mengelak, otaknya menyuruhnya meninggalkan gadis ini namun dirinya sendiri menolaknya. Tubuhnya bergerak memberikan helm miliknya pada gadis itu, meminta gadis itu untuk naik dengan suara lembut yang dia sendiri terkejut mendengarnya.

Mata yang menyimpan banyak kesedihan itu, seharusnya dia tidak menatap mata itu. Seharusnya Gerald cukup mengobati gadis itu dan mengantarnya ke tempat Tasya, bukan mengancam gadis itu yang menolak keras saat dia bilang akan menuju apartemennya. Seharusnya dia tidak lengah sehingga harus menatap mata itu. Tatapan mata yang membuatnya terjerat dan akhirnya menyerah. Karena saat itu seluruh pertahanannya runtuh untuk tidak berani memiliki gadis itu.

Karena tatapan itu dia goyah dan berakhir memaksa gadis itu menjadi miliknya. Tidak sepenuhnya, hanya mengikat gadis itu dalam hubungan dengannya.

Viona menolaknya namun apa yang gadis itu bisa? Gadis itu hanya gigih pendirian namun lemah mempertahankan diri. Dia selalu berada di dekat halte tempat gadis itu menunggu bus, sekelas dengannya, dan selalu mengikuti gadis itu.

Di matanya, Viona adalah gambaran manusia yang sebenarnya. Keluarganya tidak pantas di sebut manusia baginya. Memukul, memaki, menghina, dan selalu menyiksa dirinya. Juga saling mengkhianati dan bertahan hanya untuk harta dengan membawa dirinya sebagai alasan untuk tidak berpisah.

Ketiga sahabatnya sama brengsek dan kriminal seperti dirinya. Meski dia sudah tidak lagi menyentuh dunia malam, tetap saja ada bagian dari dirinya yang lebih rendah dari binatang. Yang tidak akan pernah dia biarkan Viona mengetahuinya.

Viona baik. Meski gadis itu tidak nyaman dengannya, gadis itu tetap menghargai dirinya. Gadis itu tidak pernah menatapnya seperti orang tuanya menatapnya, tidak melihatnya seperti perempuan lain yang memujanya, tidak mencapnya brengsek layaknya ketiga temannya. Viona menatapnya sama seperti bagaimana gadis itu. Orang yang butuh kasih sayang dan kehangatan. Semua itu dia dapatkan dari Viona.

Dan cukup Viona.

Hanya Viona.

Hanya Viona.

VIONA [END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang