21. perihal hujan dan perasaan

29 5 1
                                    

Menjelang sore, akhirnya sekolah di bubarkan begitu saja. Ini semua karena kasus pak Bambang yang membuat semua jadi kena batunya.

"Gimana kita sekarang? Nyantai lah ayo?" Ono mulai menyusun rencana. Anak ini memang tidak bisa yang namanya pulang awal dan langsung ke rumah. Karena nyatanya, setiap pulang cepat, Ono memang selalu nyangkut kemanapun itu.

"Sorry No, tapi gue udah ada janji sama Cinta." Bayu bersiap-siap dengan tas yang sudah terselempang di sebelah bahunya.

"Bucin ae Lo terus."

"Suka-suka gue lah, mumpung punya pacar. Daripada kayak Lo jomblo Mulu gini."

"Gue juga gak bisa. Masih ada yang mau gue urus. Lagian juga, gue mau nemenin Keisya. Dia juga kan baru balik."

"Udah lah udah semuanya pada sibuk gini terus gue gimana?" Ono melempar barangnya dan kembali duduk dengan asal. Sepertinya, memang hanya dirinya yang tidak memiliki kesibukan di sini. Gabut adalah hal yang paling indah.

"Lah Ujan nih No, gara-gara Lo kan semua ini."

Erwin semakin membuat hidup Ono menderita dengan menyalahkannya seperti ini.

"Iya udah, salahin aja gue terus salahin aja. Ayo siapa lagi sini yang mau nyalahin gue." Ono membuat dirinya semakin memelas.

"Makanya No, cari pacar sana." Kai menepuk-nepuk pundak Ono seolah memberi semangat. Padahal nadanya juga sama mengejek dengan yang lain.

"Hujan masih air, dan dia juga masih jadi milik orang lain."

Begitulah quote galau Ono. Dari dulu, Ono hanya masih mencintai satu wanita, namun sayangnya wanita itu malah sudah memilih orang lain. Ono tentu tidak salah dengan hatinya, hanya waktu yang tidak tepat dengan itu semua.

"Hati gue juga masih sama mencintai dia. Dia tau, tapi dia memilih untuk gak perduli."

"Ngenes banget sih hidup Lo. Move on lah, banyak kali cewek lain selain Dita. Katanya cowok sejati, masa gak bisa move on dari pacar orang sih."

"Apa bedanya sama lo? Gak bisa dapetin Sasa tapi gak move on juga kan?" Ono membalikan kata-kata Erwin.

Enak saja dirinya terus yang di sudutkan dan di Katai seperti itu.

Sebenernya juga, justru laki-laki sejati itu yang harusnya memang hanya setia dengan satu wanita apapun yang terjadi.

"Udah yuk Ai, pembahasan di sini udah mulai gak penting gini. Pada ngelantur tuh mereka." Sasa langsung menarik Aish begitu saja.

Pastinya, Sasa sudah mulai khawatir karena dirinya dijadikan bahan cerita disini.

Telinganya sudah kebal mendengar tentang Erwin yang menyukainya. Namun entah karena apa, Sasa selalu abai karena hal itu. Enggan untuk memikirkannya lebih jauh.

"Kita kemana Sa?" Tanya Aish yang tanganya masih di tarik Sasa.

"Kemana aja, yang penting menjauh dari mereka semua. Kalau mode nya udah gini, mereka itu udah gak jelas Ai. Bawaannya jadi males gabung sama mereka lagi."

"Kamu males atau menghindar? Udah lah terima aja perasaan Erwin kenapa sih?"

"Apa bedanya sama kamu? Udah lah terima aja perasaan Kai."

Pembahasannya selalu seperti itu. Tidak pernah menemui titik terang karena mereka malah saling menyudutkan satu sama lain seperti ini.

"Ujan Sa Lo mau anterin gue emang?"

"Ya gimana ya?" Sasa melepas genggamannya pada tangan Aish. Lantas menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Mana bisa mengantar Aish jika dirinya sendiri saja hari ini tidak membawa kendaraan.

Pria As-Syams(END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang