43. Dia kembali untuk Kepastian

85 4 0
                                    

Sudah masuk semester 4. Waktu yang benar-benar cepat. Selama ini juga, Aish belum pernah lagi bertemu dengan Kavi. Pertemuan terakhirnya waktu itu saat wisuda Kavi dan itu juga waktu Aish masih semester 1. Sedangkan sekarang Aish sudah masuk semester 4.

Rindu? Katakan saja begitu.

Sebenarnya Aish juga merasa jadi orang paling bodoh yang pernah ada. Itu karena waktu masih bertemu dengan Kavi dulu, kenapa sama sekali tidak ada kepikian untuk minta kontaknya. Atau minimal tau sosmednya seperti yang Sasa katakana.

Karena sekarang ia benar-benar tidak tau apapun mengenai Kavi. Sudah berapa kali Aish menelusuri segala macam sosmed dengan mengandalkan nama Kavi yang diketahuinya. Tapi tidak sama sekali menemukan Kavi yang di carinya.

Aish bagai bertemu lagi dengan waktu dimana ia belum tau indentitas Kavi yang sebenarnya. Bingung, tidak tau harus apa tapi masih ada rasa penasaran dan rasa ingin bertemu.

Untuk Kai? Aish sudah cerita tentang bagaimana dirinya dengan Kavi. Bagaimana ia datang ke acar wisuda Kavi dan apa saja yang terjadi.

Jujur. Bisa saja dikatakan, pertama mendengar itu Kai mungkin cemburu. Namun semakin kebelakang, apalagi terhitung 2 semester penuh ini Aish tidak lagi bertemu atau berhubungan dengan Kavi membuat Kai sedikit merasa lega. Sejauh ini hubungan mereka berdua juga masih baik-baik saja seperti biasanya.

Mereka fokus dengan kuliahnya masing-masing.

Baru masuk semester 4 memang, tapi mereka berencana untuk lulus cepat. Itu yang membuat Aih dan Kavi memutuskan hanya fokus dengan kuliah dan apa yang mereka kerjakan saja. Agar setelah selesai, mereka juga bisa fokus mengurus pekerjaan. Karena keduanya sudah punya planning setelah lulus nanti.

"Ai, mau ikut nyantai bareng anak-anak kelas gak? Katanya temu kangen gitu abis liburan." Sasa sudah rapi dengan tas dan barang bawaanya yang lain. Sedangkan Aish masih duduk santai di bangkunya.

Aish mengangguk. "Iya lah, gak ada rencana lain juga kok. Kamu gak ikut emang? Ini sekarang mau kemana udah rapi gini?"

"Kalo gitu salamin aja nanti sama anak-anak ya. Soalnya aku gak bisa ikut. Biasalah, aku udah keburu ada janji sama Jevo."

Aish hanya bisa tersenyum mengerti. "Iya deh yang emang udah punya janji sama pacarnya." Aish hanya tersenyum dan mempersilahkan Sasa untuk segera pergi.

Sasa memang masih langgeng pacaran dengan Jevo. Keduanya cocok dan sama-sama setia. Aish sendiri saksinya jika di kampus mungkin ada beberapa orang yang berusaha mendekatinya, namun ia tidak pernah buka hati. Karena yang ada di dalam hatinya adalah Jevo seorang.

Begitupun dengan Jevo. Kata Kai, Jevo adalah cowok paling setia yang pernah ada. Keduanya beruntung saling memiliki satu sama lain.

Sekarang Sasa juga tidak lagi banyak mendesak cerita antara Aish dan Kai. Ia kini tau, hubungan mereka memang hanya sebatas teman. Sasa tau dari Jevo jika Kai menyukai Aish. Namun Aish sahabatnya ini sepertinya memang belum bisa membuka hatinya. Masih nyaman dengan posisi yang sama-sama seperti ini.

...

Waktu benar-benar cepat berlalu. Aish baru saja menyelesaikan UTS terakhirnya. Padahal rasanya baru saja mulai masuk di semester 4, tapi sekarang sudah selesai saja semua Uts mereka laksanakan.

"Gimana Ai, bisa jawab tadi di dalam?" Sasa bertanya dengan sahabatnya. UTS kali ini memang lisan, makanya semua orang banyak sekali yang menghafal materi-materi atau hanya diam untuk mempersiapkan diri.

"Lumayan gugup sih Sa, tapi Alhamdulillah aku masih bisa jawab semuanya." Aish memang tidak pintar-pintar amat kalo kata dirinya sendiri. Melainkan sangat pintar kalo kata teman-temannya.

Seharusnya mungkin pertanyaan seperti itu tidak perlu diajukan untuknya. Karena mreka seharusnya sudah tau apa jawabanya.

"Salah tanya sih ya Ai aku sama kamu. Harusnya aku udah tau jawabanya tuh." Sasa terkikik sendiri dengan perkataanya.

"Oh iya, kamu mau langsung pulang sekarang?"

Aish mengangguk. "Iya nih kayaknya langsung pulang deh. Soalnya badan aku capek banget rasanya. Ini tanggalnya aku datang bulan, kayaknya emang sebentar lagi sih. Jadi pengen rebahan di rumah aja rasanya. Udah cukup stress juga selama ini persiapan UTS."

"Yaudah deh sana balik terus langsung istirahat. Bye."

Aish langsung pulang saat sudah menyelesaikan pembicaraanya dengan Sasa. Sampai di kosanya, ia dibuat kaget dengan orang yang sudah berdiri di depan pintu kos-kosanya itu.

"Mas Kavi?" Ucap Aish sangat kaget. Dia benar-benar datang lagi ternyata setelah sekian lama sama sekali tidak ada kabar.

"Assalamualaikum Ai."

"Waalaikumsalam." Ucap Aish sedikit terbata. Jujur dirinya sebenarnya masih sangat syok dengan kehadiran Kavi yang sangat tiba-tiba seperti ini. Pertemuan ketiganya setelah sekian lama.

Dulu yang pertama ia berpisah tanpa tau nama, tiba-tiba ketemua lagi waktu kuliah. Waktu itu akhirnya sudah tau nama dan sudah sempat mengobrol. Namun tak berlangsung lama akhirnya berpisah lagi.

Lucunya, saat itu tak ada tukar kontak atau apapun lah untuk mereka bisa berhubungan walaupun berpisah jarak. Lalu sekarang? Sekarang seenaknya Kavi datang lagi setelah setahun lebihnya itu tidak ada kabar. Kavi benar-benar sulit di tebak.

"Kemana aja mas baru keliatan lagi?kirain kita gak bakal ketemu lagi." Aish berkata to the point. Sejujurnya itu karena kekesalanya sendiri yang tidak bisa menebak bagaimana sosok Kavi sebenarnya.

"Saya boleh minta waktu kamu sebentar?" Tanya Kavi cukup serius. Aish hanya megangguk menanggapi ucapan itu.

"Kamu udah punya pacar?"

Aish diam. Tidak mengerti dengan apa yang Kavi katakan. Tidak paham dengan pertanyaan itu. lebih tepatnya mungkin syok karena ditanya seperti itu.

"Saya Kavi Luzio Yudistira. Dengan segenap hati meminta Azura Rumaisha untuk menjadi pendamping hidup saya." Kavi langsung berlutut dengan menyodorkan kotak yang berisi cincin pada Aish.

Aish langsung diam seketika. Tentu saja ia kaget dengan hal yang sangat tiba-tiba ini. Bukankah ucapan Kavi ini terlalu frontal? Padahal Aish juga belum mengatakan apakah dirinya punya pacar atau tidak.

"Mas Kavi serius? Tapi kan Aish belum bilang sudah punya pacara atau belum."

Kavi diam. Ia hampir menurunkan cincinya dan berdiri. Namun ucapan Aish setelahnya membuat Kavi kembali tersenyum senang.

"Kalo mas Kavi serius, harusnya datang kerumah temui orangtua Aish."

"Saya akan menemui orangtua kamu secepatnya."

Sakitnya, lelahnya, hari itu semuanya tidak terasa lagi. Digantikan lagi dengan kebahagiaa yang tiada tara. Jujur, mungkin ini yang selama ini Aish tunggu. Pria Asy-Syams nya. Buah dari menunggunya selama ini benar-benar menjadi nyata.

Menghilangnya Kavi yang ketiga kalinya itu ternyata dia pulang dan menyiapkan pekerjaanya untuk momen hari ini. Selama setahun lebih ini, Kavi telah mengusahakan segalanya. Ia ingin melamar Aish namun tidak ingin mengikat dulu. Jika memang berjodoh, ketika dia datang lagi Aish pasti masih dalam keadaan sendiri.

Doa itu benar-benar terjawab. Ketika selesai ia mempersiapkan semuanya lalu datang lagi menemui Aish, Aish memang benar-benar belum dimiliki siapapun. Allah baik bukan? Apapun atau siapapun yang ditakdirkan menjadi milik kita, maka tidak akan tertukar dengan yang lain.

Siapapun yang sedang bersamamu saat ini, jika bukan dia yang tertulis di Laufhul Mahfudznya, kamu bisa apa?

...

3 Desember 2021
Jangan lupa tinggalin jejak setelah baca

Pria As-Syams(END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang