42. Kai dan harapanya

35 3 1
                                    

Liburan Usai dan akhirnya mereka memasuki babak baru di semester yang baru. Semester dua dengan sistem perkuliahan yang kurang lebihnya masih sama. Meski bau-bau mahasiwa baru masih melekat di mereka karena mereka belum punya junior. Itu artinya mereka juga belum resmi menjadi senior.

Semester dua berlalu begitu saja. Tidak ada yang begitu istimewa dengan semester dua ini. Karena Aish hanya kulia tanpa mengikuti organisasi apapun, jadi dirinya merasa hidupnya semasa perkuliahan ya begitu-begitu saja.

Hubungan Aish dengan Kai juga baik-baik saja. Selama liburan kemarin mereka banyak menghabiskan waktu bersama. Termasuk menghabiskan waktu bertiga dengan Keisya juga.

Bahkan waktu dengan teman-teman semasa SMA nya juga terbilang banyak. Karena mereka adalah definisi liburan yang benar-benar liburan. Jadi tidak ada hal lain yang harus dikerjakan selain menghabiskan waktu dengan sia-sia.

Namun dengan begitu, Kai dan Aish malah berhasil mencetuskan satu pekerjaan yang baru. Bahkan selama liburan ini mereka fokus mengurus hal itu. EO kecil-kecilan untuk mengisi waktu luang selama liburan. Itung-itung pekerjaanya dengan teman-teman semasa liburan. Sukur-sukur jika bisa terus berjalan.

Selama waktu itu juga, sekarang sudah masuk semester 2, Aish belum berhasil menemukan Kavi. Bahkan tidak ada tanda-tanda laki-laki itu akan kembali.

...

Semester 2 juga akhirnya berjalan dengan lancar. Tak jauh berbeda, semuanya masih berjalan dengan cukup lancar.

Liburan lagi dan bertemu teman-temanya lagi. Bahkan ketika liburan saja yang harusnya Aish bisa menghabiskan waktu dengan teman-temanya, ia masih sesekali terpikirkan Kavi.

Bukan tidak lagi bahagia dengan teman-temanya, melainkan ia memiliki rasa penasaran yang besar dengan Kavi kenapa hilang lagi tanpa kabar.

Aish jadi merasa di ghosting. Apa yang seperti ini sudah bisa di katakan sebagai korban ghosting?

Menjalani semester 3, perkuliahan mungkin sudah mulai berjalan semakin berat. Dari mata kuliahnya, dari dosennya, semuanya semakin naik tingkat.

Bedanya ini dengan semester lalu, kalo ini akhirnya Aish sudah resmi menjadi kakak tingkat karena sudah ada anak semester satu yang menggantikan posisi angkatanya sebagai anak baru. Setidaknya, mereka sudah bisa di katakan sebagai senior sekarang.

"Masih baik-baik aja Ai sama Kai?"

"Masih lah, emang kenapa?" Aish tak mengerti dengan pertanyaan Sasa yang ditujukan padanya.

"Ya gak pa-pa, nanya aja kali jangan sensi gitu."

Aish menatap curiga pada Sasa. Tidak mungkin seorang Sasa bertanya tanpa sebab. Tidak mungkin tidak ada udang di balik bakwan jika sudah berhubungan dengan Sasa.

"Kalo si Kavi Kavi itu apa kabarnya? Kok aku gak pernah liat dia lagi? Kamu kayaknya juga gak ada cerita tentang dia lagi. Jangan-jangan di ghosting ya kamu sama dia?"

Aish diam. Ya memang tidak ada kabar lagi sih tentang Kavi. Tapi apa inya ini namanya di ghosting. Apa artinya ia jadi korban ghosting sekarang?

"Gak bisa jawab kan? Berarti bener dong sekarang dia gak ada kabar lagi. Lagian ya Ai, menurut aku masih bagusan lah Kai kemana-mana. Kamu kenal dia juga udah lama, partner di SMA, mana tetangga pula. Jadi kamu udah kenal baik sama dia. Kenapa gak sama dia aja sih? Aku sama Jevo dukung banget loh hubungan kalian berdua."

Aish lagi-lagi hanya bisa diam. Kai memang baik, ia akui Kai adalah orang baik. Terutama padanya, Kai pasti selalu bersikap baik.

Hanya saja sikapnya dengan Kai tidak akan pernah bisa lebih dari seorang sahabat. Semua itu sangat susah untuk di ubah. Aish terlalu nyaman dengan posisinya yang seperti ini.

"Udah ah jangan di bahas lagi. Nanti kalo jodoh juga gak kemana kok." Aish kembali sibuk dengan ponselnya padahal tidak ada melakukan apapun. Ia hanya sok sibuk saja untuk menghindari pembicaraan itu lebih lanjut.

Sasa yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepala. Mempengaruhi Aish memanglah sesuatu hal yang sulit. Anak ini memiliki prinsip yang cukup kuat.

...

Liburan kembali hadir. Semester 3 berlalu masih seperti biasa. Keberadaan Kavi yang entah dimana tanpa kabar sedikitpun. Bahkan Aish juga tidak tau dan tidak pernah bertanya darimana asal Kavi. Setelah sekian banyak pembicaraan yang pernah mereka lalui, menanyakan alamat adalah satu hal yang paling ia lupakan.

"Sayang, kamu mikirin apa sih dari tadi kok ngelamun aja gitu?" Papanya meletakan Koran yang di pegangnya. Berhenti membaca dan menatap sang putri dengan penuh tanda tanya.

"Anak papa ini kenapa? Lagi ada masalah apa hmm?"

"Anak muda pa, mungkin juga masalah percintaan. Biasalah, papa ini kayak gak pernah mudah aja." Mamanya datang langsung menyambung pembicaraan itu sambil meletakan kopi di atas meja.

"Emang iya? Siapa sayang pacar kamu sekarang? Masa gak di kenalin ke papa sih. Atau papa udah kenal ya? Atau jangan-jangan tetangga kita itu, siapa ma namanya?"

"Kai pa namanya."

"Nah itu. apa itu sayang pacar kamu?"

"Papa sama mama ini apaan sih. Aku gak ada apa-apa. Gak ada mikirin itu juga. Kenapa sih pada negative thingking gitu sama aku."

Bunyi bel rumah nyaring membuat mereka bertanya-tanya siapa yang datang.

Panjang umur banyak rezeki, setelah di lihat ternyata Kai-lah tamu mereka malam ini.

"Malam om , tante, Kai mau minta izin ajak Aish jalan kalo boleh sih."

Ucapan itu membuat kedua orangtua Aish malah hanya senyum-senyum bukanya menjawab.

"Boleh Kai, asal jangan kemaleman aja ya pulangnya. Jagaian Aish nya juga."

...

Malam ini Kai dan Aish hanya menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan di pasar malam. Menaiki berbagai permainan yang bisa di naiki orang dewasa. Jajan apa saja yang ingin mereka makan. Intinya, malan ini adalah malamnya untuk mereka berdua.

"Ai boleh nanya sesuatu gak?" Kai berteriak di tengah kebisingan itu agar suaranya tetap bisa di dengar.

"Apa?" Jawab Aish dengan berteriak juga.

"Kamu bahagia gak malam ini?" Pertanyaan yang cukup sederhana, namun cukup sulit untuk Aish menjawab itu. rasanya berat. Entahlah, Aish terlalu menganggap segala hal yang begitu sederhana itu justru bermakna sangat besar.

"Iya! Aku bahagia banget. Makasih udah ajak aku kesini. Malam ini aku bahagia banget." Itu adalah jawaban yang jujur.

Sesungguhnya membahagiakan Aish tidaklah membutuhkan materi yang sangat banyak. Aish sudah bisa bahagai dengan hal-hal sederhana saja. Namun, laki-laki sejati pasti tau cara terbaik untuk membahagiakan wanitanya.

"Makasih! Makasih udah bahagia malam ini. Makasih juga udah mau keluar bareng aku. Senyum kamu selalu buat aku semangat Ai."

Mereka berdua sama-sama berbicara dengan isyarat dan makna yang besar. Meski keduanya juga tidak saling mengerti apa yang di maksud satu sama lain. Intinya, malam ini adalah malamnya untuk mereka berdua.

"Liat senyum kamu selalu membuat aku berpikir untuk semakin cepat bisa memiliki kamu Ai. Semoga hati kamu juga semakin cepat tergerak untuk membalas perasaan aku sama kamu. Yang harus kamu tau, perasaan ini masih sama seperti yang dulu. Masih belum berubah sedikitpun. Hati ini masih bergetar oleh orang yang sama. Aku rela menunggu sampai kapanpun, asalkan akhirnya tetap kamu sama aku."

"Aku harap, Allah selalu mendengarkan doa aku ini Ai. Doa yang tidak pernah berubah setiap waktunya."

...

3 Desember 2021
Jangan lupa tinggalin jejak setelah baca

Pria As-Syams(END)✅Where stories live. Discover now