Kavi dengan segala kejutanya

32 4 2
                                    

Kai nongkrong dengan teman-teman clubnya. Ada banyak sekali orang-orang di sana yang mnyambutnya dengan hangat. Sebenarnya bukan hanya dirinya seorang yang baru di sana, oleh sebab itu malam ini menjadi momen perkenalan untuk mereka semua. Baik anggota lama maupun anggota baru.

Kai memperhatikan semua teman-temannya mengobrol seperti tanpa beban sedikitpun. Sedangkan dirinya bahkan susah sekali fokus barang hanya sebentar. Tidak tau dan terus terbayang, kira-kira apa yang Aish lakukan sekarang. Apa di rumah? Atau justru sedang keluar dengan laki-laki yang minggu lalu di ceritakanya itu.

"Kai lo gak pa-pa kan? Kalo lagi ada masalah cerita aja jangan sungkan." Sapta menepuk bahu Kai membuat Kai langsung tersadar.

"Gak kok bang, aman kok aman."

"Lo keliatan ngelamun dan gak fokus dari tadi. Lain kali kalo mau cerita ya ngomong aja. kita semua disini kan udah jadi keluarga. gak enak kalo disimpan sendiri gitu."

Kai mengangguk. "Iya bang." Ucapnya sambil tersenyum. Lalu Sapta kembali meninggalkanya. Karena jika nanti Kai ingin cerita, Kai pasti akan mendatangi Sapta dengan sendirinya.

Di tempat yang berbeda, Aish baru saja datang ke kos-kosannya. Ia memilih untuk tidak sampai malam. Karena jika sampai malam, jalanan pasti macet. Tempat-tempat juga pasti akan ramai. Healing tidak baik jika beramai-ramai. Lebih enak di tempat yang sepi dan tenang.

Aish segera membersihkan dirinya sebelum benar-benar rebahan dan nantinya bisa saja ia langsung tertidur. Maklum, kantuk menyerang kapan saja jika kita sudah bersebelahan dengan yang namanya bantal.

...

Pagi-pagi sekali sejujurnya Aish belum bangun. Aish halangan, jadi hari ini ia memutuskan untuk bangun lebih siang.

Karena momen datang bulan sepertinya memang momen merdeka untuk anak-anak cewek sehingga ia bisa bangun siang tanpa harus memikirkan telat bangun subuh dan sebagainya.

Namun Aish gagal karena pagi-pagi sekali sudah ada tamu yang mencarinya. Setelah di lihat, orang itu ternyata Kavi.

"Mas Kavi? Ngapain pagi-pagi udah di sini aja?" Aish benar-benar masih tampang orang bangun tidur yang hanya mengambil jilbab langsungnya untuk menemui tamunya itu.

"Maaf kalo ganggu waktu kamu. Saya kesini cuman mau kasih ini." Kavi menyerahkan sebuah bingkisan pada Aish.

Aish menerimanya sambil berpikir, sebenarnya bisa saja Kavi memberikan nanti atau entah kapan-kapan. Tidak harus pagi ini dengan waktu sepagi ini juga. Saat dibuka, Aish kaget karena isinya sepertinya pakaian dengan jenis kebaya.

"Mas, ini buat aku?"

Kavi mengangguk. "Iya ini untuk kamu. Nanti di pake ya waktu kamu datang di acar wisuda saya. Sekalian di dalam juga ada undanganya. Jadi kamu bisa masuk pake undangan itu."

Aish tidak tau harus menjawab apa. Ini seperti Kavi memang sudah menyiapkan segalanya agar dia bisa datang ke acara itu. sejujurnya Aish jadi merasa tidak enak hati. "Kak, gak harus kaya gini tau. Aish punya kok baju yang pantas untuk datang ke acara wisuda itu."

"Eh gak gitu, bukan gitu maksudnya. Ini emang udah niat saya aja kasih ini buat kamu. Gak ada maksud apa-apa kok. Jadi mohon di terima aja ya pemberian ini."

Aish mengangguk ragu. "Yaudah deh."

Sesaat mereka berdua hanya diam. Aish tidak menyuruh Kai masuk karena memang ini kos-kosan. Bukan tempat yang besar. Lagipula, tidak baik bukan jika mereka hanya berdua saja di tempat yang sempit dan sepi seperti ini.

Kavi mungkin juga mengerti dan sedikit merasa tak nyaman juga. "Yaudah kalo gitu saya pulang. Saya datang cuman mau kasih itu aja kok."

Aish hanya mengangguk. Melihat Kavi berjalan semakin menjauh. Menghidupkan motornya sampai Kavi tak terlihat lagi dari pandangan matanya barulah ia masuk kembali kedalam kos-kosannya.

"Gak ngerti harus gimana lagi. Apa ini tandanya kak Kavi suka sama aku ya? Tapi kenapa? Apa iya dengan waktu secepat ini?" kini Aish menjadi tidak mengantuk lagi. Bahkan ia sekarang bergelut dengan pikirannya sendiri tentang Kavi. Ada apa dengan Kavi? Kenapa Kavi bersikap seperti itu? semuanya kini berputar di kepala Aish sekarang.

Saat Aish sedang sibuk dengan pikiranya yang seperti itu, ponselnya tiba-tiba berdering yang membuatnya kembali tersadar. Tertera nama Kai disana yang membuat Aish menjadi semakin terkejut lagi.

"Assalamualaikum Ai." Ucap Kai dari seberang sana setelah panggilan tersambung.

"Waalaikumsalam." Ucap Aish sekenanya dan apa adanya.

"Lagi sibuk ya?"

"Enggak kok. Kenapa?" Aish langsung menjawab dengan cepat pertanyaan itu tanpa membiarkan Kai menunggu lama.

"Semangat banget mbak jawabnya. Lagi kangen apa gimana?" Terdengar candaan dari seberang sana yang membuat Aish sedikit menyunggingkan senyumnya. Tidak bisa di pungkiri bahwa dirinya memang merindukan Kai. Selain tidak ketemu, seminggu ini Kai juga tidak ada menghubunginya.

"Kalo kamu gak sibuk aku mau kesana Ai. Kebetulan aku lagi deket kosan kamu sekarang."

Ucapan Kai yang seperti itu membuat Aish terbelalak kaget. "Serius? Kamu lagi ada dimana sekarang? Kok ada di sini tapi gak ada ngabarin aku sih?"

"Baru sampe kok. Ini nganterin Sasa balik. Aku datang juga sama Jevo kesini. Jadi ada kesempatan buat ketemu kamu."

Aish mendengarkan dengan seksama. Jika saja dirinya menerima ajakan Sasa kemarin tanpa gengsi, mungkin waktunya dengan Kai juga akan lama. Mereka bisa bertemu dengan waktu yang lama. Saling tukar cerita dan saling melepas rindu satu sama lain.

"Seriusan deket sini? Tapi aku belum mandi, ini juga baru bangun." Aish berkata sambil menggigit bibir bawahnya. Ia tau Kai pasti sebentar lagi agak mengoloknya.

"Ya gak masalah. Siap-siap aja dulu sambil aku berangkat ke sana. Aku bisa nunggu kok santai aja." Diluar dugaan, jawaban Kai yang seperti ini rasanya menjadi sangat lembut dan Aish menyukai kelembutan itu.

"Yaudah, aku siap-siap dulu deh. Bye." Aish langsung mematikan sambungan telfon setelah mengatakan itu. ia juga seketika panik tak tau harus bagaimana sekarang. Karena terlalu exited mungkin sehingga ingin beranjak mandipun rasanya susah sekali.

"Gimana?" Tanya Jevo pada Kai setelah melihat temannya ini menyelesaikan panggilan telfonya. Wajahnya sumringah. Dengan begitu saja Jevo sudah bisa menebak jika ini pastilah kabar baik.

"Gue mau ketemuan sama dia. Udah ya, gue kesana dulu takut macet ntar di jalan. Oh iya, gue pinjem mobil ini sebagai gantinya." Kai mengambil kunci mobil di atas meja dan beregegas keluar café tanpa menyurutkan senyumnya sedikitpun. Kali ini dan detik ini, Kai benar-benar merasa bahagia. Harusnya, ia tak perlu menahan diri jika memang benar-benar rindu. Karena ia sadar, salah satu yang tak bisa di tahan itu adalah kerinduan.

Perjalanan cukup lancar. Sehingga Kai datang lebih dulu ke kos-kosan Aish bahkan sebelum pemiliknya siap. Ketika Kai datang, Aish baru saja ingin mulai memasang jilbabnya.

"Kai bentar dulu ya, ini lagi pake jilbab bentar."

Kai hanya bisa tersenyum simpul dari luar. Sesuatu yang baru saja ia sadar. Bahwa sekarang, di momen yang seperti ini, ia seperti baru saja mengenang momen SMA dulu secara tidak sadar.

...

3 Desember 2021
Jangan lupa tinggalin jejak ya setelah baca.

Pria As-Syams(END)✅Where stories live. Discover now