Jam berapa kalian baca?Koreksi typo ya!
****
"BAIKAN! SEPET GUE LIHAT LO BERDUA DIEM MULU! KAYA PERAWAN!!"
"Berisik tolol!" Rio menyumpali mulut Andra dengan kentang goreng.
"Tapi iya juga," ujar Rio kemudian. Menatap Allard yang asik makan bakso serta Erlan yang bermain game.
"Bentar deh, ada yang lebih serius. Dira gimana Lan?"
Atensi anak dimeja mereka kini beralih pada Erlan, termasuk Allard yang juga kepo. Erlan menatap mereka, menghentikan permainan gamenya.
"Baik," ujar Erlan.
"Yakin lo?" tanya Lintang mengulang. Tak yakin dengan kasus seperti ini, nama Dira akan memburuk.
Allard diam, dia tau masalah ini dari gosip orang-orang juga teman-temanya. Tak lupa Seina yang selalu memaki-maki Aurel didepanya. Heran, padahal Seina tau Aurel juga adiknya. Ya walau tak dianggap.
Ini hanya pertengkaran kecil merebutkan Erlan. Tapi entah kenapa pikiran Allard langsung tertuju pada Seina dan Clarisaa. Bukan, bukan karena dirinya. Tapi sesuatu nanti. Nama Seina termasuk buruk dikalangan senior kala berhubungan dengan Allard. Apalagi jika gadis itu memiliki masalah nantinya.
"Lard, Seina noh. Sama Rayhan," ujar Naresh menunjuk kearah pedagang kantin. Tampak Seina dan Rayhan yang memborong beberapa makanan.
Andra tersenyum menggoda. "Tiati diembat Lard. Kadang kalau sahabatan lebih bahaya euy."
Allard memutar bola mata malas. "Kalaupun Rayhan suka sama sahabatnya, pasti lebih ke Dira, bukan Seina."
"Widiihhh!" kompor Naresh. Cowok itu tertawa melihat raut wajah Erlan yang langsung menajam dan suram kearah Allard.
"Tapi bener," komentar Lintang.
Allard tersenyum miring. "Ntar ke rumah gue," ujar Allard pada Erlan yang kini kembali bermain game.
"Sei!" Lintang memanggil Seina yang kini membawa kantong plastik berisi makanan. Sontak, Seina dan Rayhan berjalan mendekati kearah mereka.
"Apa?" tanya Seina pada Lintang. Cewek itu menatap Allard sebentar sambil tersenyum.
"Buat siapa? Disini aja kali," ujar Lintang basa-basi.
"Oh buat Dira," ujar Seina menjawab, melirik Erlan sebentar.
Andra menatap Erlan, "oh Dira kemana? Kenapa nggak beli sendiri aja?"
Seina langsung dengan mode julidnya memberi kode kearah Rayhan yang hanya diam sebelumnya. "Ya lo tau kan, kasusnya Dira. Kalau nggak gue sebagai temen yang beliin dia makanan siapa lagi. Kan nggak punya pacar!" ujar Seina menekankan.
Rayhan langsung merubah raut wajahnya menjadi kesal. "Sei lo anggep gue apa? Lo nggak inget gue baru nembak Dira kemaren?"
Satu meja hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Rayhan yang ikut kompor. Naresh menahan tawa melihat raut Erlan yang tak menunjukan reaksi apapun. Untung demi untung, Seina pacar Allard. Jika tidak bisa habis dia dimaki-maki oleh Erlan.
Apalagi wajah Allard yang ikut tersenyum mengejek pada Erlan. Oke, Erlan korban bully disini.
Setelah Seina pergi, Allard tertawa. Cowok itu berdiri kala ponselnya berdering. Rautnya menjadi serius dan menjauhi kerumunan.
"Hallo," ujar Allard mendahului.
"Dengan Pak Allard?"
"Iya Pak, ini saya," tatapan Allard mengamati punggung Seina yang menjauh dari area kantin bersama Rayhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny [END]
Teen FictionNemu anak? Loh, yang tanggung jawab siapa dong? Putra Allard Aditama. Pangillanya Allard, bukan Putra maupun Tama. Si brandalan yang sialnya sangat tampan. Allard itu seperti bunglon. Kadang cuek, kadang galak, kadang gila, kadang dingin. Tapi yang...