25. Keselek Ayam

1.8K 265 9
                                    

"Tadi gue denger lo habis di panggil kepala sekolah, kenapa?" Tanya Samudra seraya mengalihkan atensinya kearah Angkasa.

"Tadi?" Tanya Angkasa seraya membalas tatapan kakanya, sedangkan Samudra? Laki - laki itu terlihat mengangguk sebagai jawaban.

"Bukan apa - apa sih" balasnya setelah menyelesaikan kunyahannya. "Cuma disuruh gabung ekskul lagi"

"Lahh kenapa? Bukannya waktu ini lo udah buat surat pengunduran diri gara - gara ga diijinin sama ayah?" Tanya Samudra lengkap dengan kernyitan di alisnya.

Angkasa kembali mengangguk, "i know, but ekskul karate sekarang emang lagi butuh gue banget. Katanya buat olimpiade dua bulan lagi"

"Dan lo terima?"

"Gue gaenak nolak"

"Begoo" balas Samudra yang langsung dijawab helaan nafas oleh Angkasa.

"Lo ga mikir? Gimana kalau ayah tau? Lo pasti bakal kena marah lagi, Sa. Lo tau kan? Ayah udah ngelarang lo banget buat ikut karate lagi gara - gara masalah waktu itu. Dan sekarang?"

"Sam udahh"

"Gimana bisa udah? Disaat lo sendiri ngambil keputusan tanpa nanya dulu ke gue ataupun ayah. Lo ga nganggep gue ada?"

Angkasa meletakkan semdok makannya, metramya kini beralih sempurna kearah sang kakak. "Sam, gue bukannya ga nganggep lo. Tapi kalau gue bilang dari awal, gue tau endingnya pasti bakal gini. Lagipula gue ga ada pilihan lain, nasib anak - anak ekskul ada di tangan gue. Kalau ga ada yang mau wakilin, ekskul karate fix bakal dibubarin. Sekarang cuma gue satu - satunya orang yang mereka percaya buat ikutan olimpiade, dan gue ga mungkin kan hancurin harapan mereka. Jadi please, ijinin gue Sam"

"Tolong ngertiin posisi gue, end then— soal ayah, gue cuma berharap lo bisa sembunyiin masalah ini dari ayah ataupun bunda. Lo mau kan?" Lanjut Angkasa lagi, sedangkan Samudra? Laki - laki itu hanya bisa menghela nafasnya pelan.

Ia juga tidak tau harus melakukan apa, ia tau keputusan Angkasa salah, tapi ia juga tidak mungkin menyulitkan adiknya itu. Jadi setelah memikirkannya, Samudra hanya bisa mengangguk pelan sebagai jawaban.

"Okey"

"Gue tau lo bakal dukung gue, Sam" balas Angkasa lengkap dengan senyum khas andalannya.

"Wahh, pada ngomongin apa nih? Serius banget?" Tanya Rasya yang baru saja kembali dari kamar mandi.

Samudra menggeleng, "Bukan apa - apa, by the way lo ngapain lama banget di kamar mandi?"

"Antriannya panjang, jadinya yaudah gue ngantri dulu" balas Rasya sebelum memilih melanjutkan aksi makannya.

Tapi sebelum itu, sosoknya sempat melirik kearah Angkasa sebelum akhirnya mengulum senyum sinisnya.

"Uhuk - uhukkkkk" entah apa yang baru saja Angkasa telan, yang jelas saat ini benda tersebut tengah bersemayam di kerokongannya, membuatnya kesulitan untuk mengatur pernafasannya.

"Lain kali kalau makan tuh pelan - pelan" ujar Samudra seraya menyodorkan minuman miliknya kepada Angkasa. Sedangkan Angkasa? Tanpa pikir panjang laki - laki itu langsung menerimanya dan meminumnya hingga tandas.

Tapi bukannya membaik, batuknya justru semakin berlanjut. Matanya bahkan sampai berair seiring dengan wajahnya yang kian memerah. "Uhukk - uhukkk"

"Aiss, mana minumannya udah habis lagi" sungut Samudra sebelum akhirnya memilih mengacungkan tangannya ke udara "Mba, lemonteanya tambah satu sama air putih lagi satu ya"

Sosok yang baru saja Samudra panggil langsung mengangguk cepat sebagai jawaban. Sedangkan Samudra? Laki - laki itu terlihat membantu Angkasa untuk menghentikan batuknya.

"Nih minum punya gue aja dulu" ujar Rasya seraya menyerahkan minuman miliknya.

"Udah gapapa, bentar lagi pesenannya juga dateng, Sya"  balas Samudra

"Nungguin minuman dateng sama aja kaya lo nyiksa Angkasa, Sam. Liat tuh, mukannya udah merah gitu" ujar Rasya yang sukses membuat Samudra mengangguk setuju.

"Lo minum ini dulu ya" ujar Samudra seraya menyerahkan minuman milik Rasya.

"Uhukk- uhukkk"

"Gimana? Udah agak mendingan?"

"Uhukkkk"

"Lain kali makannya pelan - pelan aja, lagian tuh ayam juga ga bakal kabur kalau lo makannya pelan" ujar Samudra yang sukses membuat Angkasa memutar bola matanya malas.

"Udah ah gue gamau makan lagi, ayam nya jahat"

"Jahat darimana nya, setan?"

"Liat nih mata gue jadi merah kaya gini, tenggorokan gue juga sakit. Coba tadi gue ga makan nih ayam, ga ada tuh sejarahnya gue bakal keselek ayam" ujar Angkasa tak mau kalah. Membuat Samudra maupun Rasya hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Nih ayam gue buat lo aja" lanjutnya

"Terus lo?"

"Sebagai gantinya, makanan lo kasih gue"

Samudra menggeleng heran sebelum akhirnya memilih menukar piring makanannya dengan Angkasa. "Pelan - pelan makannya, gue gamau denger lo batuk gara - gara keselek sapi lagi"

Angkasa mempoutkan bibirnya lucu, mengabaikan jika saat ini sosok Rasya tengah menatap iri kearahnya.

Garpu ditangannya ia genggam kuat - kuat, berusaha menyalurkan emosinya lewat benda tersebut.

"Gue benci sama lo, Angkasa"

TBC

SEMESTAWhere stories live. Discover now