03 - Alvian Rendra Arghaza

367 349 212
                                    

Biasakan sebelum membaca, diharapkan dapat memberikan votenya dahulu.

Sudah? Makasih..

🐰Happy reading🐰

~~~

"Akhh!" rintihan gadis itu kesakitan, karena pisau yang digenggam Chelsea berhasil membuat leher Hana mengeluarkan cairan merah segar. Syukurnya, Chelsea tidak melukainya cukup dalam, hanya sebatas sayatan dan goresan saja.

Walaupun hanya berupa sayatan dan goresan, rasanya bahkan melebihi kata perih. Rasa yang sangat menyakitkan bagi gadis itu.

"Gimana? Masih mau lagi?" tawar Chelsea seperti sudah tidak waras.

Sangat gila.


"H-hentikan.. S-sakitt.. Shh," rintih gadis itu kembali, dan memohon agar Chelsea menghentikan aksinya itu lalu membukakan tali yang masih melilit kuat di tubuh mungil gadis itu. Biarkan ia pulang hari ini.

Gadis itu ingin menemui ayahnya dirumah.

"Ini ga sesakit sama apa yang gue rasain. Paham lo?!" desis Chelsea ke arah telinga Hana yang lagi lagi membuatnya ketakutan setengah mati.

Hana sudah mulai lemas, hanya tertinggal nafasnya yang terasa begitu sesak dan oksigen di sekitarnya mulai menipis.

Luka goresan dan sayatan itu tidak lagi terasa, luka itu sudah terlanjur sakit baginya, hingga menyebabkan mati rasa yang dialami.

Tap, tap, tap.

Terdengar suara derap langkah kaki seseorang yang semakin lama semakin mendekat kearah gadis itu berada. Gadis itu cukup lega, karena ada seseorang selain dirinya dan Chelsea. Chelsea menghentikan aktivitas nya sejenak, mencoba mendengarkan lebih jelas suara derap langkah kaki yang perlahan mendekat.

Wajahnya panik, tampak dari mereka berusaha keluar dari gedung sekolah, penderitaan gadis itu masih belum berakhir, justru, ia malah ditinggal sendirian ditengah kegelapan yang melanda, hanya ada satu cahaya dari atas yang tengah menyinarinya

Ceklek!

Hana pasrah. Seorang misterius tersebut berhasil membuka pintu gedung sekolah itu. Hana memejamkan matanya rapat rapat, berusaha tidak ingin melihat seseorang yang datang tersebut.

Keringat dingin mulai bercucuran dari sekitar pelipis gadis itu, tubuh gadis itu menggigil menahan dinginnya suasana di ruangan tersebut. Keringat yang berhasil mengalir berhasil mengenai luka sayatan di leher gadis itu. Hana hanya bisa menahan dan meringis kesakitan yang teramat perih.

"Lo?!"

Masih dalam posisi yang sama, Hana memejamkan matanya rapat rapat, takut jika seseorang itu akan membunuhnya hidup hidup disini.

Tetapi, tunggu.

Dari suaranya, sepertinya gadis itu mengenalnya.

Hana perlahan membuka matanya, Hana mengernyit karena mendapati laki laki yang tengah berdiri di hadapannya dengan membawa sebuah senter.

"A-alvian?"

Mengapa ia bisa disini? Bukannya sekolah sudah ditutup? Bahkan sudah tidak ada lagi murid yang masih berkeliaran di area sekolah.

Alvian sedikit mencium aroma anyir darah yang berasal dari tubuh gadis itu. Kebetulan juga, waktu Chelsea melakukan aksinya itu, darah Hana sempat menetes netes jatuh ke bawah lantai.

Teenage Love!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang