09 - William Sanders Arghaza

243 258 108
                                    

Biasakan sebelum membaca ditabok dulu bintangnya ya.

Sudah? Makasih..

Happy reading!

~~~

"Eh, cewe jelek lewat ni"

"Ewhh, dari tampangnya aja udah kaya gembel!"

"Dasar pelakor!!!"

"Jijik banget gue liatnya!"

"Udah bau, item, dekil, kotor lagi. Ewhh!"

"Anak miskin haha!"

"Pergi aja lo dari sekolah ini!"

Cukup menyakitkan bagiku mendengar makian dari teman sekelasku.

Aku berjalan di sepanjang koridor dengan kepala yang menunduk malu. Aku mencoba untuk tetap tegar, dan kuat dengan hinaan yang mereka berikan. Tetapi, ada satu makian yang sangat menyangkut di ulu hati ku.

"Punya ibu kok cacat haha!!"

Aku geram dan kesal saat ini. Enak saja orang itu menyangkut pautkan perihal tentang ibuku. Aku terima saja jika diperlakukan yang tidak baik oleh mereka, tapi tidak dengan keluarga ku, termasuk ibu ku.

Dengan cepat aku menoleh ke arah mereka semua. Aku cukup terkejut, mendapati Chelsea yang ikut serta menertawaiku disana.

Aku berharap cepat cepat tamat dari SMA mematikan ini.

"Eh, si jalang liat ke kita tuh haha!!" ledeknya sembari menunjuk ke arahku.

Semua siswa menertawaiku, entah apa yang membuat mereka tertawa. Justru ini sama sekali bukan candaan yang lucu, ini adalah hinaan yang sanggup membuat amarahku memuncak.

"Jaga mulut busuk lo, lo kira gue takut hah?!" aku menatapnya dengan sinis, dan ditambah senyuman menyeringai hingga menampakkan deretan gigiku.

Chelsea tidak menggubris perkataan ku barusan, justru dia malah mendekati ku dengan wajah yang memburu amarah.

Aku mendongak sedikit keatas, melihat wajah membosankan nya itu.

"Kenapa hah?!" ucapku remeh.

"Ternyata lo ga ada kapok kapok nya ya haha!" tawanya sumringah.

"Buat apa gue takut sama lo, emang lo tuhan yang harus gue sembah hah?!" selah ku sembari memukul pundaknya dengan telunjuk jariku. Hingga dia sedikit terdorong ke arah belakang.

Chelsea mendelik melihat ke arah ku, dengan sigap ia menarik kerah baju ku, hingga sedikit berjinjit.

Tenaganya setara dengan anak lelaki. Sungguh.

Bugh!

Aku terjatuh. Chelsea mencampakkan aku dari atas hingga ke bawah, aku memekik kesakitan. Karena saat itu, tenaganya benar benar melebihi dengan anak anak perempuan pada biasanya.

Aku terus memegangi lengan dan perut ku sambil meringis kesakitan.

"Nyali lo ternyata besar juga ya haha!" dia memandang ku dengan ekspresi wajah yang tidak bisa aku artikan.

Teenage Love!Donde viven las historias. Descúbrelo ahora