24 - Ruang Bawah Tanah

436 94 17
                                    

"Tentu saja, aku 'kan mencintaimu."

Sharley menggigit lidah. Sudah diingatkan jika bukan cinta pun Ethan tetap menganggapnya sebagai cinta. Dia benar-benar tak tahu perbedaan cinta dan obsesi. Menganggap kalau cewek yang disukainya adalah miliknya saja. Perempuan yang cuma tersenyum untuknya.

Sejak dulu, Sharley tak suka cerita novel dengan laki-laki obsesif seperti Ethan. Bagi sebagian orang, cowok obsesif seperti Ethan itu hot dan menarik. Di mata Sharley, jenis cowok seperti itu laiknya singa. Mematikan. Berbahaya. Sekali terjatuh dalam obsesinya, takkan bisa keluar lagi.

"Aku akan melakukan apapun untukmu. Bahkan jika harus mengambil bintang dan bulan dari langit, aku akan melakukannya." Ethaian menarik wajahnya. Sharley yang awalnya menatap sengit, ganti membuang muka. Sepertinya percuma memberitahu orang yang sejak dulu obsesif.

Namun Sharley akan mendapat keuntungan dari keobsesifan Ethaian. Dia tak memikirkan ini sebelumnya, tapi begitu mendengar Ethaian berani melakukan apapun untuknya, itu bisa dia manfaatkan. Dia harus memanfaatkan segalanya yang ada, meski itu bertentangan dengan perasannya. Meski itu sanggup menjadi boomerang untuknya.

Sharley sudah melangkah sejauh ini. Tidak ada salahnya 'kan maju selangkah? Mentalnya memang perlahan hancur, tapi akan lebih hancur jika dia tak melakukan apapun. Sharley menutup mulutnya yang menyeringai. Ethaian menelengkan wajah bingung.

"Hah, Anda masih tidak mengerti rupanya. Tapi jika Anda senang hati memberitahukan rahasia Anda, saya merasa sangat penasaran. Selama Anda tidak menunjukkan kepala manusia yang sudah Anda penggal, atau bagian-bagian tubuh yang Anda pajang di dinding, saya merasa itu tidak terlalu masalah." Sharley berusaha bertindak seperti biasa, menjaga jarak dan takut pada Ethaian.

"Eh, tidak kok. Itu bukan seperti yang kaupikirkan. Sebentar." Ethan merapal mantra pada lingkaran. Seketika lingkaran bercahaya lembut, sekejap menghilang. Ethan menyentuhnya, lukisan di seberang sana bergeser. Menampilkan ceruk gelap persis yang diingat Sharley.

"Wah, keren. Tapi cahaya tadi itu apa?" tanyanya. Ethan tersenyum miring. "Aku memberikanmu akses masuk ruang rahasiaku."

Sharley melotot. Dia teringat masa lalu –– atau masa depan? –– di mana dirinya mendapat akses ke ruang rahasia. Dulu, itu adalah pertanyaan besar dia dan yang lain. Ternyata asal muasalnya adalah ini. Ethan memberi akses padanya yang berada di periode masa lalu.

Tentang catatan di ruang itu, Sharley akhirnya tahu jika itu milik Ethaian yang ditunjukkan untuknya, Clementine. Ternyata aku seperti menggali lubang kubur sendiri. Tapi bagaimana bisa, ya?

"Saya tak percaya Anda memberi akses semudah ini."

"Ayo." Ethaian mengulurkan tangan, tapi Sharley enggan menerimanya. Ethaian pun menarik tangannya kembali, lupa jika Sharley tak mau disentuh. Mereka pun berjalan canggung di lorong, tanpa ada percakapan sedikit pun. Diam-diam Ethan memperhatikan Sharley lekat-lekat, sementara Sharley sendiri melamun.

Ruang itu seolah tahu sesuatu yang akan terjadi. Catatan itu jelas milik Ethan, tapi sebelum aku datang ke sini Ethan tak pernah menjalin hubungan dengan wanita lain. Dan Clementine adalah nama samaranku. Bahkan di arsip dan catatan kehidupan Ethan, tak pernah ada nama Clementine.

Clementine adalah diriku. Sharley. Ruang rahasia itu memiliki waktu yang rusak karena sebuah kejadian. Untuk saat ini, kejadian itu jelas belum terjadi. Itu akan terjadi di beberapa waktu ke depan., tapi kenapa Ethan berusaha membalikkan waktu? Apa gara-gara rusaknya waktu di sana, maka sesuatu yang terjadi di masa depan akan tertampak jelas?

Aku harus memikirkan segala kemungkinannya. Tapi kemungkinan terkuat di sini ialah ruangan itu bisa menunjukkan masa lalu dan masa depan. Dan tangan yang kulihat membalikkan jam pasir, adalah tangan Ethan.

The Eternal Country (3) : Curse from the Past (√) Where stories live. Discover now