👩‍❤️‍👨 Senior Halalku ~ 47

9.1K 755 121
                                    

Assalamu'alaikum, Alhamdulillah bisa nulis lagi, maaf telah menanti terlalu lama yah temen-temen 🥺🙏

Tapi tetep jangan lupa vote and coment yah, 🥰

"Jika air matamu bisa membuatmu merasa tenang maka menangis lah, biarkan ia mengalir di pipimu seperti mengalirnya perasaan kecewa yang ada di hatimu, tapi jangan terlalu larut dalam rasa kecewamu sebab masih ada aku yang ingin larut dalam hatimu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jika air matamu bisa membuatmu merasa tenang maka menangis lah, biarkan ia mengalir di pipimu seperti mengalirnya perasaan kecewa yang ada di hatimu, tapi jangan terlalu larut dalam rasa kecewamu sebab masih ada aku yang ingin larut dalam hatimu."

👩‍❤️‍👨👩‍❤️‍👨👩‍❤️‍👨

"Do, Lo mau kemana?" tanya Edi saat menatap saudaranya yang sudah rapih.

"Mau ngampus, emang Lo nggak ngampus?" tanyanya balik.

"Ngampus, gue mau ketemu pembimbing, tapi Lo mau ngapain ke kampus kan mata kuliah kita udah rampung semua."

"Adalah, gue ada urusan penting."

"Mau ketemu pembimbing Lo juga?" tanya Edi lagi.

"Nggak, gue ada urusan lain."

"O."

"O, doang?"

"Terus?" jawab Edi sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Ajakin gue berangkat barenglah, gue lagi males bawa motor."

"Nih, Lo yang nyetir gue lagi males nyetir," kata Edi sambil melempar kunci mobil ke arah Edo dan berhasil ditangkapnya.

Kedua pria itu kini berangkat menuju kampus, diperjalanan Edi memejamkan matanya bukan berniat untuk tidur, tapi ia memikirkan apakah Salsa akan mengikuti sarannya untuk meminta maaf kepada Aretha, jika tidak maka ia akan memberitahukan pada Rez bahwa Salsa lah yang sudah berusaha menyakiti Aretha dan membiarkan Rez yang mencari solusi terbaik untuk masalah ini.

"Di," panggilan Edo membuat Edi membuka matanya.

"Hem," dehamnya sambil menatap Edo.

"Gue mau mampir ke supermarket dulu, Lo mau nitip apa?"

"Nggak ada."

"Yaudah," katanya, lalu memarkirkan mobil di halaman supermarket.

"Yakin nggak mau nitip sesuatu?" tanya Edo sekali lagi.

"Yakin, udah sana turun," kata Edi sambil menatap wajah kembarannya.

"Iya-iya," jawab Edo, lalu membuka pintu mobil dan berjalan menuju supermarket.

Edi kembali menyandarkan kepalanya, menatap langit lewat kaca jendela mobilnya, entah mengapa pikirannya kini tertuju pada Salsa, Salsa yang dulu ia kenal kini sangat berbeda dengan yang sekarang, ia sedikit pun tak menyangka jika Salsa bisa berbuat seperti itu kepada Aretha.

Senior HalalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang