Immortal Witch | Act 86 - Weiss City

332 48 0
                                    

"Clare?" Jules dan yang lainnya terbelalak, mematung sejenak begitu juga dengan Clare. Namun, cepat-cepat Clare memalingkan wajah sambil mendesis pelan dan pergi karena tertangkap basah oleh teman-temannya.

"Sial sial sial...." Clare merutuki dirinya sendiri yang begitu ceroboh tidak menyadari kehadiran mereka disini. Masalahnya, Clare terlalu terburu buru menuju Winfried.

"Hei, kalian! Tunggu aku!" Zoya tampak meraih tali sepatunya yang terlepas sambil berjalan dengan langkah gontai. Buruknya, dia tepat di depan Clare dan sepertinya anak itu tertinggal rombongan.

Zoya berhenti didepan Clare dengan mata terbelalak. Sebelum Clare pergi, cepat-cepat Zoya menahan kedua bahunya sambil menatapnya tidak percaya.

"Clare...." Dia masih shock apalagi ketika melihat iris merah Clare yang berbeda dari sebelumnya. "Matamu...."

Clare mengerutkan dahi. Dia masih tidak sadar dengan penampilannya sendiri kemudian melirik ke arah dinding kaca disebelahnya. Dinding itu memantulkan pencerminan buram, Clare sadar saat itu juga bahwa irisnya merah seperti vampir.

Tiba-tiba, Zoya memeluk Clare erat seakan Clare akan pergi jika dia merenggangkan pelukan. "Clare, aku mengkhawatirkanmu. Aku menangis sepanjang hari. Kenapa denganmu? Apa yang terjadi sebelumnya? Melody bilang kau kritis, itu sebabnya aku sangat mencemaskanmu."

"Zoey...." Clare merasa tercekat karena Zoya memeluknya sangat erat hingga Clare kesulitan bergerak.

Dibelakang mereka, terdapat teman-teman mereka berdatangan. Saat itu juga Zoya melepas pelukan ketika Luke menengahi mereka sehingga Zoya harus sedikit mundur.

Clare menunduk tidak berani menatap Luke didepannya. Dia masih merasa bersalah atas kejadian dua hari lalu dimana pertarungan antara Clare dan Luke berlangsung.

"Kau baik-baik saja?" Suara Luke melembut tidak dingin seperti sebelumnya. Dia menggenggam kedua lengan Clare dan melihat luka yang masih belum sembuh di tangannya.

Clare menggeleng pelan kemudian menatap iris biru Luke. "Maaf," katanya kemudian mengedarkan pandangan ke teman-temannya. "Aku harus pergi."

Clare ingin pergi, namun lengannya ditahan Luke sehingga dia kembali ke tempat semula. "Clare—"

"Aku ada urusan lain. Tidak ada hubungannya dengan kalian ... Ataupun orang lain. Hanya aku." Clare berusaha meyakinkan. Dia terlalu terburu-buru untuk segera pergi ke Winfried.

Melihat keraguan di mata Luke, Clare menghela napas. Sebenarnya bisa saja Luke ikut. Tapi Clare tidak ingin menyusahkannya lagi. "Aku hanya ingin ke suatu tempat. Ini masalah pribadi, tidak ada hubungannya dengan kasus apapun."

"Tapi—"

Clare tersenyum tipis. "Aku akan kembali." Dia melonggarkan genggaman Luke kemudian pergi dengan langkah terburu-buru.

Mereka melihat kepergian Clare. Sejujurnya, mereka ragu membiarkan Clare pergi begitu saja terutama Luke.

Pandangan Luke teralih pada teman temannya. "Aku akan mengikutinya. Kalian lanjutkan rencana awal."

Louis ingin berkomentar, tapi Luke sudah terlanjur pergi sehingga dia menelan kembali kalimatnya. Dia menatap teman-temannya bergantian dan menghela napas pasrah. "Baiklah, turuti saja."

Luke berlari ke arah Clare yang masih di koridor akademi dan berjalan berdampingan dengannya tanpa banyak bicara.

Clare menyadarinya, melirik ke arahnya sekilas kemudian lurus kembali seakan tidak mempermasalahkannya. "Kau sudah memutuskannya. Jangan menyesal."

"Terakhir kau pergi penuh luka. Aku tidak akan membiarkanmu lagi."

Clare mengedikkan bahunya. Dia tidak masalah jika Luke ikut dengannya. Lagipula, ini hanya masalah mengunjungi rumah lama, mungkin. Bukan masalah Vrochis atau hal yang berkaitan dengan Penyihir Abadi.

Immortal Witch ✓Where stories live. Discover now