35. Tidak segampang itu

4.7K 390 8
                                    

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

"Tapi... aku nggak bisa, Kak."

Rega langsung menarik diri dan menatap Hanin intens. Mencoba mencari kebohongan disana namun sayang itu tidak dia temukan. Jadi Hanin serius?

"Kenapa?" Tanya Rega setelah terdiam cukup lama. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat menunggu jawaban Hanin.

Hanin menunduk, memainkan jari-jarinya. Perasaannya campur aduk, senang tapi juga sedih karena tidak bisa menerima lamaran Rega. "Aku nggak mungkin ngelangkahin Bang Dika, dan Papa juga nggak mungkin ijinin aku nikah sebelum lulus kuliah."

Rega menghembuskan napasnya panjang. Sedikit lega mendengar hal itu, tadinya Rega pikir alasan Hanin menolak lamarannya karena perempuan itu belum siap untuk menikah muda. Tapi kalau alasannya hanya karena Dika dan Dirga berarti sudah jelaskan, kalau Hanin sebenarnya juga ingin menikah dengannya. Diam-diam Rega tersenyum lega.

Rega menepuk puncak kepala Hanin pelan, membuat perempuan itu sontak mendongak dan menatapnya.

"Kok senyum? Aku nolak lamarannya loh ini." Hanin bertanya heran.

Tapi justru Rega tersenyum semakin lebar dan menarik perempuan itu ke pelukannya. "Tapi kamu mau nikah sama aku kan?"

"Y-ya mau, tapi..."

"Aku bakalan nunggu sampe kamu lulus. Setelah itu kita nikah."

Dalam pelukannya Hanin mengangguk semangat. Perempuan itu juga membalas pelukan Rega tak kalah erat.

Soal lamarannya yang tertunda memang sudah selesai tapi Rega tetap tidak bisa merasa tenang. Secepatnya dia harus bertemu dengan Dika, kalau perlu dia juga akan menemui Dirga. Sebagai langkah awalnya untuk mengikat Hanin.

***

"Lo manggil gue kesini cuma mau minum kopi doang?" Dengan malas, Dika melirik jam di pergelangan tangan kirinya. "Gue duduk disini udah lebih dari 30 puluh menit dan selama itu juga lo cuma ngeliatin gue, gue juga bales ngeliatin lo tanpa ada yang mulai ngomong dari tadi. Dan lo nggak jijik?"

Rega mendengus. Dalam hatinya ikut membenarkan apa yang Dika bilang. Situasi mereka saat ini memang agak menggelikan sih untuk ukuran dua orang laki-laki dewasa.

"Gue lagi nyiapin mental." Jawab Rega.

Dika menaikan satu alisnya tinggi. Memperhatikan Rega dengan saksama. "Ini pasti tentang adek gue." Tebaknya tepat sasaran. Dika menyenderkan punggungnya ke sandaran kursi dan menyilangkan tangannya di dada. "Kenapa lagi sama Hanin? Lo di putusin?"

Lovestory - Patah hati terhebatWhere stories live. Discover now