12. Masih sama

5.8K 553 6
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Rega dan Raden berjalan bersisihan, sementara Hanin dan Saskia berjalan di depannya. Mereka memutuskan untuk makan di warung tenda langganan Raden yang tempatnya ada di seberang jalan. Tempat yang sama dengan tempatnya makan bersama Hanin waktu itu.

"Pada mau mesen apa?" Tanya Raden setelah mengambil duduk di depan Saskia. Sedangkan Rega duduk berhadapan dengan Hanin.

"Menu andalan disini apa, Mas?" Tanya Saskia, sedikit memanjangkan lehernya untuk memperhatikan sekitarnya yang penuh dengan pengunjung dari berbagai kalangan.

Sepertinya tempat ini bukan hanya di gemari oleh orang kantoran saja, di deretan bangku paling ujung juga ada segerombolan mahasiswa yang sedang menikmati makanannya dengan lahap.
Saskia berdecak kagum.

"Nasi goreng kambing sih, Ki. The best pokoknya." Seru Raden bangga.

"Ya udah, aku itu aja." Saskia menoleh ke arah Hanin yang sejak tadi lebih banyak diam. Tapi Saskia tahu kalau saat ini, Hanin hanya pura-pura sibuk dengan membaca novel di ponselnya. "Lo mau makan apa, Nin?" Tanyanya.

"Sama. Minumnya es teh." Jawab Hanin tanpa berniat mengangkat wajahnya.

"Lo, Ga? Mau pesan apa?" Kali ini giliran Raden yang bertanya pada Rega.

"Samain aja."

Mendengar jawaban Rega, Hanin langsung mengangkat wajahnya tanpa pikir panjang. "Sejak kapan kamu mau makan daging kambing? Bukannya kamu---" Hanin langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan, tidak percaya kalau dirinya bisa lepas kendali.

Di saat yang sama, Saskia dan Raden tengah menatap Hanin dengan sorot mata penuh tanya. Berbeda dengan Rega yang malah tersenyum puas, dia memang sengaja memancing Hanin itu untuk membuka mulut.

"Kok lo tau sih, Rega nggak pernah makan kambing?" Selidik Raden, yang tidak bisa menahan rasa penasarannya. Matanya memicing curiga.

Hanin meringis, menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. "Hm... it-itu Mas..." Hanin menelan ludahnya susah payah. Saat ini, Hanin berharap lantai yang di pijaknya tiba-tiba berlubang dan menenggelamkannya ke dasar bumi.

Dan seharusnya Hanin tahu, bahwa laki-laki yang sedang mati-matian menahan tawanya itu tidak akan membantunya lolos dari situasi memalukan ini. Terbukti dari Rega yang langsung pura-pura sibuk mengajak ngobrol anak kucing di bawah meja ketika Hanin meliriknya dengan tatapan meminta pertolongan.

"Mas Rega ini kakak kelas aku waktu SMA." Ujar Hanin singkat, padat dan berharap bisa membungkam rasa penasaran Raden.

Hanin langsung menghembuskan napasnya lega ketika Raden ber'oh'ria tanpa berniat bertanya lebih jauh. Pikiran laki-laki itu sedikit teralihkan oleh sapaan beberapa orang yang baru datang.

Lovestory - Patah hati terhebatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang