BOY 2 : 34. KEJUTAN

94 5 2
                                    

***

Sebuah kendaraan melaju menuju sebuah tempat yang akan menjadi tujuan mereka. Sejujurnya, Rasya tidak tau laki-laki itu akan membawanya kemana, karena setelah pembicaraan mereka semalam laki-laki itu mengajaknya untuk pergi jalan-jalan, refreshing katanya. Dirinya hanya mengikuti saja, setelah dengan semua apa yang terjadi hal ini tentu saja bagus untuk menyegarkan pikiran mereka bukan? Apalagi mengingat kejadian yang menimpa dirinya, hal itu cukup membuat pikirannya terganggu. Sejujurnya dirinya masih tidak bisa melupakan itu, menjadi ketakutan tersendiri baginya, bagaimanapun juga Rasya itu sama, manusia, makan nasi, punya emosi, jadi jangan heran jika dirinya merasa takut, bukan?

Ah soal Kania, dirinya tidak menyangka jika, perempuan ular itu bisa melakukan hal yang menjijikan menurutnya. Hanya karena cinta, perempuan itu merendahkan kaumnya sendiri, sulit ia percaya itu. Sejujurnya ia sangat marah pada perempuan itu, ingin sekali ia menampar dan mencakar wajah perempuan berhati iblis itu, namun tertahan karena Abay lebih dulu melakukannya. Bahkan tamparan dan cakaran itu, masih belum setimpal dengan apa yang perempuan itu lakukan. Sekali ular, akan tetap menjadi ular, meskipun telah berganti kulit. Pepatah itu sangat cocok untuk menggambarkan perempuan itu, bukan? Setelah kejadian beberapa tahun lalu, dirinya pikir perempuan itu telah berubah, namun siapa sangka jika perempuan itu masih sama, bahkan lebih mengerikan menurutnya.

Tetapi di balik kejadian itu, jujur saja dirinya bersyukur, jika kejadian itu tidak terjadi mungkin hari ini laki-laki yang di sampingnya ini masih sama. Masih melupakannya, mungkin. Tetapi berkat kejadian itu, laki-laki yang ada di sampingnya ini, bisa mengingat semuanya. Ah memikirkan itu tanpa sadar membuat sudut matanya basah, bukan tangis sedih melainkan tangis bahagia. Rasya mengusap sudut matanya yang basah, itu semua tidak luput dari perhatian laki-laki yang ada di sampingnya, sedari tadi Abay terus memperhatikan perempuan yang ada di sampingnya ini. Perempuan itu tidak berbicara hanya diam, seperti sedang memikirkan sesuatu. Sesekali Abay melihat Rasya dan jalanan yang ada di depannya.

“Are you okay?” tanyanya menatap perempuan itu, kemudian kembali menatap jalan, perempuan itu tersenyum lalu menggeleng.

I'm okay,” jawabnya, perempuan itu kembali menatap jalanan, sesekali mengusap sudut matanya. Sebenarnya ada apa? Apa ada sesuatu yang mengganggu pikirannya?

“Ra, kamu beneran gapapa? Maksudnya, ada sesuatu yang mengganggu pikiran kamu? Kamu bisa cerita itu sama aku, Ra,” ucap Abay menatap perempuan itu kembali menatap ke jalanan, perempuan itu terkekeh lalu menggeleng. Ternyata kekasihnya ini sangat peka dengan dirinya, bahkan tanpa mengatakan pun laki-laki itu bisa tau, jika dirinya sedang memikirkan sesuatu.

“Enggak, Bay. Aku cuman senang aja, seandainya gak ada kejadian penculikan itu, apa hari ini kamu masih lupa sama, aku?” tanya Rasya, ah soal itu rupanya, pantas saja sedari tadi perempuan itu diam, sebenarnya tidak hanya perempuan itu yang memikirkan hal yang sama, dirinya juga. Dirinya cukup bersyukur untuk kejadian itu, tanpa itu mungkin sekarang dirinya masih sama, seperti hari-hari sebelumnya. Melupakan perempuan ini, dan masih melupakan semuanya. Laki-laki itu menggeleng sebagai jawaban.

“Aku gak tau, mungkin aja iya kan?” tanyanya laki-laki itu memarkirkan mobilnya lalu melepaskan sabuk pengaman, kemudian menoleh pada Rasya. “Ayo turun, kita udah sampai, Ra.”

Perempuan itu mengangguk, lalu melepaskan sabuk pengamannya. Laki-laki itu keluar lebih dulu, untuk membukakan pintu mobilnya. Perempuan itupun mengucapkan terimakasih, lalu melangkah mengikuti laki-laki yang ada di hadapannya ini. Rasya menyapu pemandangan yang ada di hadapannya, air yang biru dengan pasir putih di pinggirnya, pemandangan ini cukup membuat matanya sejuk. Sejauh mata memandang, tempat ini masih asri banyak di tumbuhi pohon kelapa yang melambai-lambai di tiup oleh angin, serta di terpa oleh cahaya matahari, membuatnya merasa tenang. Perempuan itu menghirup udara dalam-dalam, merasakan kesejukan di tempat ini, membiarkan wajahnya di sapu oleh angin sehingga rambutnya yang di tergerai terbang tertiup angin. Seulas senyum terbit di bibirnya, laki-laki ini pintar sekali mencari tempat seperti ini, untuk membuatnya senang.

BOY 2 : Hiraeth (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang